Allah Ta'ala berfirman berkenaan dengan ulama,
"Dan demikian juga, di antara manusia, binatang buas, dan binatang ternak ada bermacam-macam warnanya. Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya adalah ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun." (QS Faathir, 35:29)
Ungkapan, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah para ulama,” memberikan bobot arti kepada pandangan, bahwa ketiga kata itu menggambarkan tiga golongan manusia, yang di antara mereka itu hanya mereka yang dikaruniai ilmu, takut kepada Tuhan. Akan tetapi, di sini ilmu itu tidak seharusnya selalu berarti ilmu keruhanian, akan tetapi juga pengetahuan hukum alam. Penyelidikan yang seksama terhadap alam dan hukum-hukumnya niscaya membawa orang kepada makrifat mengenai kekuasaan Maha Besar Tuhan dan sebagai akibatnya merasa kagum dan takzim terhadap Tuhan.
Jadi dari ayat diatas, salah satu ciri ulama adalah orang yang takut kepada Allah swt.
Pembagian Ulama Menurut Rasulullah (saw)
Rasulullah (saw) membagi ulama menjadi dua bentuk, yaitu:
1. Ulama Rasulullah (saw)
Artinya: Dari Ali ra, Rasulullah ﷺ bersabda: *"Akan datang suatu zaman pada manusia, ketika tiada yang tersisa dari Islam kecuali hanya tinggal namanya saja, dan tiada yang tersisa dari Al Qur'an kecuali hanya tinggal tulisannya saja, masjid-masjid mereka begitu megah penuh orang, tetapi kosong dari petunjuk. Ulama mereka adalah seburuk-buruk makhluk di kolong langit, dari mereka keluar fitnah dan (fitnah itu) kepada mereka juga kembalinya."* (HR Al Baihaqi & Misykat/Jilid I /kitab Al-‘Ilm/hadits no.276/Dar al-kutub al-‘ilmiyah/Beirut-Libanon/2003M)
2. Ulama Mereka
Seseorang dari Madinah mendatangi Abu Darda` di Damaskus, Abu Darda` bertanya; "Apa yang membuatmu datang kemari wahai saudaraku?" Orang itu menjawab: "Satu hadits yang telah sampai kepadaku bahwa anda menceritakannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." Abu Darda` bertanya; "Bukankah kau datang karena keperluan lain?" Orang itu menjawab; "Tidak." Abu Darda` bertanya; "Bukankah kau datang untuk berniaga?" Orang itu menjawab: "Tidak, aku datang hanya untuk mencari hadits tersebut." Abu Darda` berkata; "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan menuntunnya menuju surga dan para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya karena senang kepada pencari ilmu, sesungguhnya orang berilmu itu akan dimintakan ampunan oleh (makhluq) yang berada di langit dan di bumi hingga ikan di air, keutamaan orang yang berlilmu atas ahli ibadah laksana keutamaan rembulan atas seluruh bintang, sesungguhnya ulama adalah pewaris pada nabi dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanya mewariskan ilmu, maka siapa yang mengambilnya berarti ia telah mengambil bagian yang banyak." (H.R. Tirmidzi) [1]
Rasulullah (saw)
Takūnu fi ummatī faz‘atun fayasīru al-nāsu ilā ‘ulamā’ihim fa idzāhum qiradatun wa khanāzīru (akan terjadi dalam umatku kegelisahan dan ketidak-berdayaan yang akibatnya orang-orang akan pergi kepada ulama-ulamanya, dan mereka dapati para ulama itu adalah kera-kera dan babi-babi). (Kanz al-‘Ummāl) [2]
Referensi
- ↑ Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab Ilmu, Bab Keutamaan berilmu saat menunaikan ibadah
- ↑ Kanz al-‘Ummāl, jilid 16 halaman 80 hadist nomor 387227, cetakan Beirut 1985