Khotbah-huzur-20220311

Revisi per 18 Maret 2022 01.13 oleh Isa (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'Ringkasan Khutbah Jum’at Kutipan dari Khutbah Jum'at yang disampaikan oleh Hadhrat Khalīfatul-Masīh V aba pada 11 Maret 2022 di Masjid Mubarak Islāmabad, Tilford,...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Ringkasan Khutbah Jum’at Kutipan dari Khutbah Jum'at yang disampaikan oleh Hadhrat Khalīfatul-Masīh V aba pada 11 Maret 2022 di Masjid Mubarak Islāmabad, Tilford, Inggris.

Setelah membaca tasyahud, ta`awwuz dan surah al-Fatihah, Khalifatul Masih Al-Khamis, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba. bersabda bahwa beliau aba. akan melanjutkan kembali topik berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh umat Islam setelah terpilihnya Hadhrat Abu Bakar ra. sebagai khalifah.

Menghadapi Kesedihan Atas Wafatnya Hadhrat Rasulullah saw.

Hudhur aba. bersabda bahwa kesulitan pertama yang dihadapi adalah kesedihan yang diakibatkan oleh kewafatan Hadhrat Rasulullah saw. Hadhrat Abu Bakar ra. merupakan sahabat beliau saw. yang paling dekat dan telah mengenal beliau saw. dari sejak masa kanak-kanak. Beliau ra. begitu taat, setia dan sangat mencintai Hadhrat Rasulullah saw. Oleh karena itu, beliau ra. pun sungguh mengalami kesedihan yang sangat mendalam. Namun, terlepas dari kesedihan yang beliau ra. alami tersebut, beliau ra. tetap tegar dan kuat. Bahkan di saat banyak orang yang tidak dapat menerima kenyataan bahwasanya Hadhrat Rasulullah saw. telah wafat, beliau ra. justru berusaha untuk menguatkan mereka dan juga membantu mereka agar dapat menerima kenyataan yang terjadi.

Hadhrat Abu Bakar ra. mengutip ayat Al-Qur'an berikut ini:

وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوۡلٌ ۚ قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِہِ الرُّسُلُ ؕ اَفَا۠ئِنۡ مَّاتَ اَوۡ قُتِلَ انۡقَلَبۡتُمۡ عَلٰۤی اَعۡقَابِکُمۡ ؕ وَمَنۡ یَّنۡقَلِبۡ عَلٰی عَقِبَیۡہِ فَلَنۡ یَّضُرَّ اللّٰہَ شَیۡئًا ؕ وَسَیَجۡزِی اللّٰہُ الشّٰکِرِیۡنَ ﴿۱۴۵﴾

“Dan Muhammad tidak lain hanyalah seorang rasul. Sungguh telah berlalu rasul-rasul sebelumnya. Apakah jika ia mati atau terbunuh kamu akan berbalik atas tumitmu? Dan barangsiapa berbalik atas tumitnya maka ia tidak akan memudaratkan Allah sedikit pun. Dan Allah pasti akan memberi ganjaran kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran 3: 145)

Dengan cara ini, Hadhrat Abu Bakar ra. tidak hanya menguatkan umat Islam saja, akan tetapi, beliau ra. juga menegakkan kembali tauhid Ilahi.

Mengatasi Masalah Khilafah

Hudhur aba. bersabda bahwa kesulitan yang kedua adalah menyatukan umat Islam di bawah panji kekhalifahan. Pada mulanya, kaum Anshar (penduduk asli Madinah) tampaknya tidak mau menerima jika khalifah terpilih berasal dari kaum Muhajirin (kaum pendatang). Dan begitu pula dengan kaum Muhajirin yang juga tidak mau menerima apabila khalifah berasal dari kaum Anshar. Namun, melalui kepandaian Hadhrat Abu Bakar ra. dalam berbicara, umat Islam pun pada akhirnya sepakat mengenai masalah kekhalifahan ini.

Keputusan Terkait Pengiriman Pasukan Yang Dipimpin oleh Hadhrat Usama ra.

Kesulitan ketiga yang beliau ra. hadapi adalah mengenai keberangkatan pasukan Hadhrat Usama ra. Hadhrat Rasulullah saw. telah mengirimkan pasukan ini ke Suriah sebagai persiapan untuk berperang melawan bangsa Romawi, jika mereka melakukan penyerangan ke tanah Arab. Untuk tujuan tersebut, Hadhrat Usama ra. lalu dikirim bersama dengan pasukannya dua hari sebelum wafatnya Hadhrat Rasulullah saw. Hadhrat Rasulullah saw. memerintahkan bahwa jika mereka memperoleh kemenangan, maka mereka hanya boleh tinggal di sana sebentar saja dan Hadhrat Usama ra. harus mengirimkan terlebih dahulu seseorang yang kemudian akan memberikan informasi kepada pasukan. Hadhrat Rasulullah saw. juga memberikan bendera Islam kepada Hadhrat Usama ra. Pasukan kemudian berkumpul di luar Madinah, dan semua sahabat, termasuk para sahabat awwalin, diajak untuk bergabung dengan pasukan tersebut. Ada beberapa orang yang mengeluh, mengapa anak muda ini diangkat sebagai pemimpin dari sahabat awwalin. Akan tetapi, ketika Hadhrat Rasulullah saw. mengetahui hal tersebut, beliau saw. lalu berbicara di hadapan umat Islam dengan mengatakan bahwa orang-orang juga mempertanyakan penunjukan ayahanda dari Hadhrat Usama ra. sebagai pemimpin. Namun faktanya, keduanya ternyata mampu memimpin pasukan dengan baik. Bahkan, mereka termasuk di antara orang-orang yang paling dicintai oleh Hadhrat Rasulullah saw. Meskipun kesehatan Hadhrat Rasulullah saw. lemah, akan tetapi beliau saw. bersikeras agar pasukan tersebut harus tetap berangkat. Ketika pasukan tengah bersiap-siap, Hadhrat Usama ra. pergi menemui Hadhrat Rasulullah saw. Namun, dikarenakan kondisi kesehatan beliau yang sedemikian rupa lemahnya, sehingga beliau saw. tidak dapat berbicara. Beliau saw. meletakkan tangan beliau di atas kepala Hadhrat Usama ra. untuk memberi isyarat bahwa beliau saw. sedang berdoa untuknya.

Ketika Hadhrat Rasulullah saw. wafat, pasukan ini kembali dari luar kota Madinah, tempat mereka sebelumnya telah bersiap-siap. Kemudian, setelah Hadhrat Abu Bakar ra. terpilih sebagai Khalifah, beliau ra. bersabda bahwa misi pasukan ini harus tetap dilanjutkan sesuai dengan rencana semula. Akan tetapi, setelah kewafatan Hadhrat Rasulullah saw., banyak orang-orang yang menjadi murtad. Orang-orang Yahudi dan Kristen pun menganggap bahwasanya umat Islam telah menjadi lemah dan jumlahnya semakin berkurang. Orang-orang berkata kepada Hadhrat Abu Bakar ra. bahwa anggapan ini disebabkan karena mereka mengira bahwa pasukan umat Islam yang tersisa saat ini hanyalah pasukan Hadhrat Usama ra. saja yang berjumlah sekitar 3.000 orang. Oleh karena itu, alangkah lebih baik untuk tidak mengirim pasukan ini ke Suriah. Namun, Hadhrat Abu Bakar ra. tetap teguh pada keputusannya. Beliau ra. bersabda bahwa tindakan pertamanya sebagai Khalifah bukanlah untuk memanggil kembali pasukan yang telah ditugaskan dan dikirim oleh Hadhrat Rasulullah saw. sendiri. Beliau ra. bersabda bahwa sekalipun jika beliau harus menghadapi penentangan-penetangan, beliau ra. akan tetap teguh pada pendiriannya. Oleh karena itu, beliau ra. akan tetap menjalankan keputusan yang telah dibuat oleh Hadhrat Rasulullah saw. Beliau ra. bersabda bahwa semua orang yang telah diperintahkan oleh Hadhrat Rasulullah saw. untuk menjadi bagian dari pasukan tersebut, mereka harus kembali ke pasukan.

Hudhur aba. bersabda bahwa ketika pasukan berkumpul kembali di luar Madinah, Hadhrat Abu Bakar ra. pergi ke sana untuk memeriksa kesiapan pasukan. Beliau ra. meminta Hadhrat Usama ra. agar mengizinkan Hadhrat Umar ra. untuk tetap tinggal di Madinah bersamanya, guna membantunya dalam berbagai hal. Hadhrat Abu Bakar ra. kemudian menasihati pasukan tentang sepuluh hal, yaitu: tidak boleh berdusta, tidak boleh mencuri harta rampasan, tidak boleh melanggar sumpah, tidak boleh memutilasi tubuh, tidak boleh membunuh anak-anak, orang tua atau wanita, tidak menebang atau membakar pohon kurma atau buah-buahan, tidak menyembelih hewan kecuali untuk dimakan oleh mereka, dan jika mereka bertemu dengan pendeta atau rahib, maka mereka harus membiarkannya. Jika mereka ditawari makanan oleh orang lain, mereka harus menyebut nama Allah terlebih dahulu sebelum memakannya. Kemudian, beliau ra. bersabda bahwa mereka akan bertemu dengan orang-orang yang mencukur rambutnya dari tengah dan memiliki rambut di sisi kepala mereka – mereka itu bukanlah pendeta, melainkan pemimpin umat Kristen (yang menyulut api permusuhan, pent). Hadhrat Abu Bakar ra. bersabda bahwa orang-orang yang seperti itu harus diperangi. Hadhrat Abu Bakar ra. lalu menasihati Hadhrat Usama ra. untuk melakukan persis seperti apa yang telah diperintahkan oleh Hadhrat Rasulullah saw. kepadanya.

Hudhur aba. bersabda bahwa pasukan pun bergerak maju dan pada akhirnya, memperoleh kemenangan. Hadhrat Abu Bakar ra. sangat senang saat mereka kembali ke Madinah, yang diriwayatkan terjadi setelah 40-70 hari sejak keberangkatan mereka. Diriwayatkan pula bahwa bendera yang diberikan oleh Hadhrat Rasulullah saw. itu tetap disimpan di rumah Hadhrat Usama ra. sampai beliau ra. wafat.

Hudhur aba. bersabda bahwa setelah melihat dampak yang luar biasa dari kemenangan yang dicapai oleh pasukan tersebut, orang-orang yang pada awalnya menentang gagasan bahwa pasukan ini harus tetap dikirim, akhirnya menyadari kebijaksanaan dan visi yang terkandung di dalam keputusan-keputusan yang dibuat oleh seorang Khalifah.

Permasalahan Mengenai Orang-orang Yang Menolak Membayar Zakat

Hudhur aba. bersabda bahwa tantangan keempat yang dihadapi oleh Hadhrat Abu Bakar ra. adalah berkenaan dengan orang-orang yang menentang zakat. Diriwayatkan bahwa orang-orang yang berasal dari berbagai suku menjadi murtad/keluar dari Islam setelah wafatnya Hadhrat Rasulullah saw. Ketika umat Islam Quraisy melihat hal ini, keimanan mereka pun mulai goyah. Hadhrat Suhail bin Amar ra. menasihati mereka bahwasanya merekalah yang terakhir menerima Islam dan seharusnya mereka tidak menjadi orang yang pertama murtad. Beliau ra. terus meyakinkan mereka bahwa pada akhirnya, Islam akan tetap menang. Hal ini menguatkan kembali keimanan kaum Quraisy dan keimanan ini pun tetap teguh dipegang oleh mereka.

Hudhur aba. bersabda bahwa orang-orang menjadi murtad karena berbagai macam alasan yang berbeda-beda dan juga melalui berbagai cara. Beberapa di antara mereka ada yang memang benar-benar keluar dari agama Islam, ada yang menerima nabi palsu, dan ada juga beberapa orang di antara mereka yang menolak hal-hal seperti shalat dan zakat. Sementara yang lainnya juga menolak adanya shalat atau zakat dengan alasan karena hal itu hanya berlaku di masa Hadhrat Rasulullah saw. saja.

Hudhur aba. bersabda bahwa sehubungan dengan mereka yang menentang zakat, Hadhrat Abu Bakar ra. berunding dengan beberapa orang sahabat awwalin mengenai tindakan apa yang harus diambil terhadap mereka. Beberapa sahabat menyarankan untuk menggolongkan mereka di antara orang-orang murtad. Ada yang menyarankan untuk mengambil tindakan tegas terhadap mereka. Ada juga sahabat lainnya yang menyarankan untuk mencoba dan membuat mereka mengerti sehingga mereka mulai berzakat lagi. Hadhrat Umar ra. bersabda bahwa Hadhrat Rasulullah saw. telah diperintahkan untuk berperang sampai orang-orang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Setelah itu, maka hidup dan harta kekayaan mereka akan selamat, kecuali apa yang menjadi kewajiban mereka. Hadhrat Abu Bakar ra. bersabda bahwa beliau ra. akan memerangi orang-orang yang tidak memberikan zakat, karena zakat merupakan hak dari harta kekayaan yang harus dibayarkan. Setelah mendengar penjelasan tersebut, Hadhrat Umar ra. menerima dan setuju dengan pendapat Hadhrat Abu Bakar ra. tersebut.

Hudhur aba. bersabda bahwa beliau aba. akan melanjutkan topik ini di dalam khutbah yang akan datang.

Pelajaran Bagi Negara-Negara Muslim Berkenaan Dengan Situasi Dunia Saat Ini

Hudhur aba. kembali menarik perhatian kita untuk berdoa bagi kondisi dunia saat ini. Hudhur aba. berdoa semoga pemerintah mempertimbangkan situasi ini dengan akal sehatnya dan menghindari terjadinya pertumpahan darah. Hudhur aba. juga bersabda bahwa umat Islam harus belajar dari keadaan dunia saat ini, bagaimana dunia bisa menjadi bersatu dalam perkara ini. Akan tetapi, umat Islam tetap saja tidak dapat bersatu meskipun mengikrarkan kalimah yang sama (syahadat). Negara-negara seperti Irak, Suriah dan Yaman menghadapi kehancuran di tangan orang lain. Namun, meskipun demikian, umat Islam tetap tidak dapat bersatu. Hudhur aba. berdoa semoga negara-negara Islam dapat bersatu. Dan hal tersebut hanya akan dapat terjadi jika mereka beriman kepada Imam Zaman. Hudhur aba. berdoa semoga umat Islam terus memperbaiki diri mereka sendiri dan Hudhur aba. juga berdoa untuk seluruh dunia agar dunia dapat selamat dari api peperangan.

Shalat Jenazah Ghaib

Hudhur aba. bersabda bahwa beliau aba. akan memimpin shalat jenazah ghaib untuk anggota yang telah meninggal dunia, yaitu:

Syedah Qasirah Zafar Hashmi, istri dari Zafar Iqbal Hashmi yang berasal dari Lahore. Almarhumah tinggal di berbagai tempat setelah menikah. Almarhumah berkhidmat di Jemaat Lahore. Almarhumah memiliki banyak sekali sifat-sifat baik di dalam dirinya. Almarhumah berada di garis depan dalam memberikan pengorbanan harta di jalan Allah Ta’ala. Almarhumah meninggalkan seorang suami, lima orang putra dan seorang putri. Salah satu putranya saat ini menjadi tahanan di jalan Allah Ta’ala di Pakistan. Hudhur aba. bersabda bahwa kondisi di Pakistan sedemikian rupa buruknya sehingga seorang Ahmadi yang dipenjara tidak diperbolehkan untuk melakukan shalat jenazah, sedangkan orang-orang yang dituduh melakukan kejahatan keji sekalipun justru diberikan izin. Hudhur aba. bersabda bahwa salah satu cucu almarhumah, Asim Iqbal Hasmi, berkhidmat sebagai mubaligh di Inggris. Hudhur aba. berdoa semoga keturunannya dapat meneruskan kebaikan almarhumah, dan semoga Allah Ta’ala menganugerahkan maghfirah, rahmat dan kasih sayang-Nya kepada almarhumah.

Catatan

Diringkas oleh: The Review of Religions

Diterjemahkan oleh: IHR