Memakmurkan berasal dari bahasa arab, ma'muur (معمور) artinya dimakmurkan; [1] kata ma'mur berasal dari akar kata 'a-ma-ro [2]
yang berarti menghuni, tinggal dan memakmurkan.[1]
Dalam Bahasa Arab memakmurkan masjid berasal dari kata عمارة المساجد (‘imaratul masajid).[3]
Sedangkan Masjid berasal dari kata bahasa arab masjadun (مَسجَد) [4] yang berarti tempat untuk bersujud atau tempat untuk beribadah. [5]
Allah Ta'ala berfirman,
Artinya, “Sesungguhnya yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian dan tetap mendirikan shalat dan membayar zakat serta ia tidak takut kecuali kepada Allah; maka mudah-mudahan mereka itu termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS Al Taubah 9:18)
Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) menyampaikan,
Hanya mereka yang beriman kepada Allah yang layak memakmurkan Masjid-Masjid Allah. Dengan demikian, tujuan dibangunnya Masjid-Masjid adalah iman kepada Allah, dan keimanan ini sempurna ketika seseorang melindungi dirinya sendiri dari segala bentuk syirik (menyekutukan Allah) dan hanya menganggap Allah sebagai Maha Pemberi yang menyediakan segala sesuatu.[6]
Mereka yang memakmurkan masjid adalah mereka yang beriman kepada Allah. Tapi hanya mengatakan bahwa kita beriman pada Allah Ta’ala tidaklah cukup. Iman yang disebutkan di sini juga memiliki beberapa standar yang Allah Ta’ala telah tetapkan. Allah Ta’ala berfirman bahwa jika Saudara-saudara menegakkan standar keimanan tersebut, barulah Saudara-saudara akan dihitung termasuk diantara mereka yang sempurna keimanannya, jika tidak demikian maka iman Saudara-saudara tidak akan sempurna.[7]
Salah satu ungkapan rasa syukur adalah melalui banyak berdoa dan Salat. Namun, sikap syukur yang haqiqi adalah dengan cara memakmurkannya dengan berbagai macam Salat dan doa.[8]
Hadhrat Masih Mau'ud (as) menjelaskan mengenai syirik, Seseorang mempunyai rasa percaya kepada sarana kebendaan dan sesuatu yang lain melebihi kepada Tuhan dan ia lebih fokus kepada pekerjaannya, bisnisnya dan kesibukan duniawinya. Dan inilah yang menyebabkannya tidak ada perhatian kepada shalat dan memakmurkan Masjid. Alhasil, kita harus berdoa kepada Allah Ta’ala dengan segala kerendahan hati, “Ya Tuhan! Jadikanlah kami mu-min yang sempurna!” Sebab, untuk menjadi mu-min pun bergantung kepada karunia Ilahi sehingga dengan meminta kepada-Nyalah maqam tersebut dapat diraih.
Cara Memakmurkan Masjid
Beberapa cara memakmurkan masjid diantaranya:
- Membangun masjid,
- Memperbaiki atau merawat masjid
- Memberikan pelayanan untuk masjid
- Membersihkan masjid
- Shalat, berdzikir dan ibadah lain di dalamnya,
- Mengadakan pengajian dan daras Al Quran, tafsir, hadits, fikih dan ilmu-ilmu bermanfaat yang lain
- Membuka halaqah dzikir di masjid berupa taklim Al Quran, fikih, tafsir, hadits dan ilmu-ilmu bermanfaat yang lain,
- Memberi wakaf untuk hal-hal yang memberikan masalahatan masjid
- Melaksanakan kegiatan sosial untuk meringankan beban hidup para mustahaq (orang-orang yang berhak menerima zakat; orang yang kekurangan).
Hadits-Hadits tentang memakmurkan Masjid
Diriwayatkan,
dari Abu Sa'id dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Jika engkau melihat seorang laki-laki selalu mendatangi masjid, maka bersaksilah bahwa ia seorang yang beriman, Allah Ta'ala berfirman; '(Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah...)" (H.R. Ibnu Majah) [9]
Diriwayatkan,
...aku mendengar Umar berkhutbah dan berkata; “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membangun masjid ini, dan kami dari muhajirin maupun anshar bersama beliau, ketika masjid menjadi penuh sesak sampai-sampai seseorang dari kalian sujud di atas punggung saudaranya dan beliau melihat orang-orang shalat di jalanan, maka beliau bersabda: “Shalatlah kalian di dalam masjid.” (H.R. Ahmad) [10]
Diriwayatkan,
...dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa datang ke masjid di pagi dan sore hari, maka Allah akan menyediakan baginya tempat tinggal yang baik di surga setiap kali dia berangkat ke masjid di pagi dan sore hari." (H.R. Al-Bukhari) [11]
Diriwayatkan,
...dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu wa'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila kalian melewati taman Surga, maka makan dan minumlah sampai kenyang!" Aku katakan; apakah taman Surga itu wahai Rasulullah? Beliau mengatakan: "Masjid-masjid." Aku katakan; dan apa makanannya wahai Rasulullah? Beliau mengtakan: "SUBHAANALLAAHI WAL HAMDULILLAAHI WA LAA ILAAHA ILLALLAAHU WALLAAHU AKBAR" (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Allah Maha Besar). (H.R. Tirmidzi) [12]
Diriwayatkan,
...dari Abdurrahman bin Mihran, mantan budak Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Lokasi yang paling Allah cintai adalah masjid, dan Lokasi yang paling Allah benci adalah pasar." (H.R. Muslim) [13]
Diriwayatkan,
Artinya, ia mendengar Abu Hurairah berkata; ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa masuk ke dalam masjid kami ini, kemudian ia belajar atau mengajarkan kebaikan, maka ia seperti mujahid di jalan Allah, dan barangsiapa masuk ke dalamnya untuk tujuan selain itu maka ia seperti orang yang melihat sesuatu yang bukan miliknya.” (H.R. Ahmad) [14] [15]
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda:
“Keindahan sejati Masjid-Masjid bukanlah pada gedungnya, namun ada pada para mushalli (orang-orang yang shalat) yang melakukan shalat-shalat dengan ketulusan, keikhlasan dan kesungguhan. Jika tidak, banyak sekali Masjid yang jadi lengang dan terlantar. (beliau menunjuk pada Masjid-Masjid kaum Muslimin saat itu).
Masjid Rasulullah saw dulu kecil. Atapnya terbuat dari dedaunan pohon kurma dan ketika hujan, bocor. Keindahan dan kegembiraan dari Masjid-Masjid ada pada para jamaahnya yang shalat di dalamnya. Orang-orang yang cenderung pada keduniawian membangun sebuah Masjid di zaman Rasulullah saw masih hidup, namun Masjid tersebut kemudian dirobohkan atas perintah Allah. Masjid tersebut disebut Masjid Dhirrar, yang artinya sesuatu yang merugikan dan merusak. Masjid tersebut diratakan dengan tanah. Berkaitan dengan Masjid-Masjid, diperintahkan agar Masjid-Masjid tersebut harus dibangun untuk ketakwaan.” [16] [6]
Tujuan Didirikannya Masjid
Pada satu kesempatan, Hadhat Masih Mau’ud as bersabda dalam mengungkapkan pentingnya pembangunan masjid,
“Jemaat kita pada masa ini sangat memerlukan pembangunan Masjid-Masjid. Masjid adalah rumah Allah. Ketahuilah! Ketika sebuah Masjid dibangun di sebuah desa atau di sebuah kota bagi kita maka dasar kemajuan Jemaat telah diletakkan. Jika ada sebuah desa atau sebuah kota yang tidak ada orang Islam di sana atau hanya ada sedikit orang Muslim di sana, dan kalian harapkan adanya kemajuan Islam di tempat tersebut, maka bangunlah Masjid di sana. Allah Ta’ala sendiri yang akan menarik orang-orang Muslim ke Masjid tersebut. (artinya, orang Muslim lainnya akan bergabung dengan kalian disamping para penduduk pribumi di situ. Beginilah bertambahnya jumlah kalian)
Namun, syarat atau niatan di balik pembangunan Masjid tersebut harus niat yang baik dan tulus ikhlas. Tidak membangun kecuali semata-mata demi memperoleh ridha Allah. Tidak boleh ada unsur hawa nafsu, keburukan, kekacauan ataupun kepentingan tertentu. (Jika demikian) maka Allah akan memberkahi perbuatan tersebut dengan berkah yang banyak.” [17] [18]
Pada beberapa hari yang lalu, berbagai [wartawan] dari stasiun radio, televisi dan surat kabar mewawancarai saya setibanya di kota Oslo. Salah satu pertanyaan yang mereka ajukan, adalah:
‘Apakah maksud dan tujuan didirikannya sebuah Masjid? Kegiatan apa saja yang akan dilakukan di dalamnya?
Huzur V (atba) menjawab: ‘Dengan didirikannya sebuah Masjid, artinya lingkungan di sekitarnya akan menjadi cerminan kehidupan surgawi. Yakni, keindahan ajaran Islam, yang tiada lain adalah pesan perdamaian dan kasih sayang akan tumbuh berkembang di dalam masyarakat tersebut. Dengan dibangunnya sebuah Masjid, artinya pesan kasih sayang, kedamaian dan ukhuwah tali persaudaraan yang haqiqi akan menyebar-luas di lingkungan sekitarnya, di kota tersebut, lalu meluas lagi hingga ke seluruh negeri.[8]
Tujuan dari pembangunan masjid adalah supaya orang-orang bisa berkumpul untuk beribadah kepada Tuhan Yang Satu, dari segi ini pun hendaknya kita perlu memberikan perhatian terhadap pembangunan masjid. Jadi, sebagaimana yang telah saya katakan bahwa sesuai dengan sabda Hadhrat Rasulullah s.a.w. hal yang pokok adalah niat, yang dengan berlandaskan padanya amalanamalan dikerjakan. Dan niat kita adalah untuk menegakkan Tauhid ilahi, menyebar luaskan pesan-Nya, membawa sebanyak mungkin orang-orang ke bawah naungan bendera ke-Esa-an Tuhan, menciptakan revolusi ruhani terhadap kondisi diri kita sendiri dan anak keturunan kita, dan sambil menciptakan revolusi ini kita hendaknya menjadikan diri kita sendiri dan anak keturunan kita tunduk di hadapan Tuhan. Kita harus menggunakan segala upaya untuk menegakkan shalat-shalat kita dan mengisi masjid untuk tujuan ini dengan cara sedemikian rupa sehingga masjid-masjid itu mulai tampak terlalu kecil.[7]
Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,
"Jemaat harus memiliki Masjidnya sendiri dengan imam dari Jemaat yang dapat memberikan Khotbah dsb. Para anggota Jemaat harus berkumpul di dalam Masjid tersebut untuk melakukan shalat berjamaah. Ada berkah dan karunia luar biasa di dalam berjamaah dan harmoni dalam kerukunan. Sedangkan jika jemaat saling menjauh dan terpecah-belah, maka dapat menyebabkan permusuhan dan perselisihan. Pada masa ini suatu keharusan yang sangat untuk menjunjung persatuan dan harmoni dalam kerukunan secara sangat serius dan luas. Tingkatkanlah kesatu-paduan dan persatuan. Abaikanlah perkara-perkara remeh-temeh yang dapat menyebabkan perselisihan dan perpecahan.” [19] [6]
Hadhrat Khalifatul Masih V atba menyampaikan,
Dengan demikian, seiring dengan membangun dan memakmurkan Masjid, bertambah satu lagi tanggung jawab bagi para Ahmadi di sini untuk menjadikan Masjid ini sebagai sarana tabligh Islam.[20]
Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,
“Masjid Rasulullah (saw) saat itu kecil saja. Atap-atap Masjid dibuat dari daun-daun kurma. Jika hujan, bocorlah ia. Namun, betapa hebatnya kegiatan yang telah dilakukan di dalamnya. Keramaian Masjid adalah dengan para jamaahnya yang memakmurkannya. Berkenaan dengan Masjid ada perintah supaya dibangun dengan ketakwaan.[21] [20]
Meluangkan Waktu ke Masjid
Masjid tidak cukup hanya berkaitan dengan para sesepuh dan yang punya waktu saja. Melainkan, mereka yang sibuk pun hendaknya dapat meluangkan waktu mereka dengan datang ke sini dan meramaikannya. Hendaknya kita mengusahakan agar tumbuh (tercipta) hubungan [dengan masjid] itu di kalangan keturunan kita. Hendaknya tumbuh (tercipta) gairah semangat beribadah kepada Allah diantara para pemuda dan anak-anak keturunan kita. Untuk [mencapai hal] itu, di satu segi sangat penting mengusahakan secara fisik, dan di segi yang lain sarana yang sangat besar adalah dengan banyak berdoa. Allah Ta’ala Maha Mengetahui dan Maha Mendengar; Dia Maha Mendengar doa-doa yang muncul dari niat-niat yang benar yang ada di hati. Oleh karena itu, berdoalah sedemikian rupa agar tatkala telah terbangun ibadah kepada-Nya, telah terbangun pengamalan atas hukum-hukum Allah Ta’ala kemudian ini berlanjut terus dari satu generasi ke generasi berikutnya. Jika diri sendiri pun malas (mengabaikan) dalam mengamalkan perintah-perintah Allah Ta’ala dan beribadah kepada-Nya ini, maka generasi penerusnya pun akan malas pula.[22]
Hilangkan Kemalasan
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa Saudara-saudara juga harus menjaga diri terhadap kemalasan dan kelesuan karena ini juga menjauhkan orang dari Allah Ta’ala.[23] [7]
Kemalasan ini membuat seseorang juga lalai terhadap kecintaan kepada Tuhan. Kecerobohan ini, kelalaian ini, perlahan tapi pasti menjauhkan seseorang dari agama dan dia juga kehilangan rasa takut terhadap Hari Kiamat dan rasa takut datangnya Hari Penghisaban dan harus hadir di hadapan Tuhan. Inilah sebabnya mengapa Allah telah menyebutkan iman kepada akhirat sebagai salah satu karakteristik dari orang-orang yang meramaikan (memakmurkan) masjid, yakni mereka yang datang ke masjid secara teratur. Inilah sebabnya mengapa kita diajarkan bahwa di akhirat nanti kita akan mendapatkan pahala dari hal yang kita lakukan di dunia ini.[7]
Ciri Orang yang Beriman
Allah Ta'ala berfirman,
Artinya, orang-orang mu’min, mereka paling mencintai Allah. (Surah Al-Baqarah [2]:166)
Shalat Berjamaah
Shalat berasal dari bahasa arab yaitu kata sholla (صلو) yang berarti doa, shalat, berkah, shalawat, kehormatan. [24]
Allah Ta'ala berfirman,
”Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS Adz-Dzariyaat 51:57)
Sedangkan Berjamaah berasal dari dari bahasa arab yaitu ja-ma'a (جمَعَ يَجْمَع ، جَمْعًا ، فهو جامِعٌ، وجَمُوعٌ ،مِجْمَعٌ، وجَمَّاع والمفعول: مَجْمُوعٌ، وجَميعٌ) [25] yang berarti jamak, lebih dari dua, mengumpulkan, menghimpun, bergabung, bersatu, mempersatukan dll [26]
Diriwayatkan,
...dari 'Abdullah bin 'Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Shalat berjamaah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat." (H.R. Al-Bukhari) [27]
Diriwayatkan,
dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Shalat berjamaah lebih utama dari shalatnya sendirian di rumah atau di pasarnya sebanyak dua puluh lima derajat. Jika salah seorang dari kalian berwudlu lalu membaguskan wudlunya kemudian mendatangi masjid dengan tidak ada tujuan lain kecuali shalat, maka tidak ada langkah yang dilakukannya kecuali Allah akan mengangkatnya dengan langkah itu setinggi satu derajat, dan mengahapus darinya satu kesalahan hingga dia memasuki masjid. Dan jika dia telah memasuki masjid, maka dia akan dihitung dalam keadaan shalat selagi dia meniatkannya, dan para malaikat akan mendoakannya selama dia masih berada di tempat yang ia gunakan untuk shalat, 'Ya Allah ampunkanlah dia. Ya Allah rahmatilah dia'. Selama dia belum berhadats." (H.R. Bukhari) [28]
Diriwayatkan,
Artinya, dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa datang ke masjid di pagi dan sore hari, maka Allah akan menyediakan baginya tempat tinggal yang baik di surga setiap kali dia berangkat ke masjid di pagi dan sore hari." (H.R. Bukhari) [29]
Diriwayatkan,
Artinya, ...Saya telah mendengar Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Sungguh saya ingin sekali memerintahkan para pemudaku untuk mengumpulkan tumpukan tumpukan kayu bakar, kemudian saya pergi mendatangi kaum yang mengerjakan shalat di rumah rumah mereka tanpa udzur, lalu saya membakar rumah rumah mereka."
Kata Yazid bin Yazid Saya katakan kepada Yazid bin Asham; Wahai Abu Auf, apakah Shalat Jumat yang dimaksud Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ataukah lainnya? Dia menjawab; Kedua telingaku tersumbat, sekiranya saya tidak mendengar Abu Hurairah meriwayatkannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sama sekali beliau tidak menyebutkan shalat Jumat dan juga shalat yang lain. (H.R. Abu Dawud) [30]
Hadits di atas menunjukkan bahwa shalat fardhu terbaik adalah dilaksanakan di masjid, dan boleh melakukannya di rumah hanya bila ada udzur seperti sakit, hujan atau sulit mengakses masjid. Tubuh yang cacat, bila masih memungkinkan ke masjid tidak termasuk ke dalam udzur. Diriwayatkan,
Artinya, ...dari Abu Hurairah dia berkata; "Seorang buta (tuna netra) pernah menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berujar "Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke masjid." Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk shalat di rumah. Ketika sahabat itu berpaling, beliau kembali bertanya: "Apakah engkau mendengar panggilan shalat (adzan)?" laki-laki itu menjawab; "Ya." Beliau bersabda: "Penuhilah seruan tersebut (hadiri shalat berjamaah di masjid)." (H.R. Muslim) [31]
Diriwayatkan,
Artinya, dari Abu Hurairah berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang Munafik kecuali shalat shubuh dan 'Isya. Seandainya mereka mengetahui (kebaikan) yang ada pada keduanya tentulah mereka akan mendatanginya (di masjid) walau harus dengan merangkak... (H.R. Bukhari) [32]
Diriwayatkan,
Artinya, dari Ibnu 'Abbas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Barangsiapa mendengar suara adzan kemudian tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya kecuali karena udzur." (H.R. Ibnu Majah) [33]
Diriwayatkan,
Artinya, ...telah menceritakan kepada kami Jabir bin Yazid bin Al Aswad Al 'Amiri dari Ayahnya ia berkata; "Aku pernah berhaji bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu aku shalat subuh bersamanya di masjid Al Khaif." Ia berkata; "Ketika beliau selesai melakasanakan shalat subuh dan berpaling, tiba-tiba ada dua orang laki-laki dari kaum lain yang tidak ikut shalat berjama'ah bersama beliau. Maka beliau pun bersabda: "Bawalah dua orang itu kemari!" maka mereka pun dibawa ke hadapan Nabi sedang urat mereka bergetar. Beliau bersabda: "Apa yang menghalangi kalian untuk shalat bersama kami?" mereka menjawab, "Wahai Rasulullah, kami telah shalat di tempat kami, " beliau bersabda: "Janganlah kalian lakukan, jika kalian telah melaksanakannya di tempat kalian, lalu kalian datang ke masjid yang melaksanakan shalat berjama'ah maka shalatlah bersama mereka, karena hal itu akan menjadi pahala nafilah kalian berdua." (H.R. Tirmidzi) [34]
Diriwayatkan,
Artinya, ...Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar menemui mereka sambil bersabda: "Janganlah kalian berbuat demikian, karena aku mengira bahwa shalat malam itu (Shalat Tarawih) akan diwajibkan kepada kalian. Karena itu, shalatlah kalian di rumah kalian masing-masing, karena sebaik-baik shalat seseorang adalah yang dilakukan di rumahnya sendiri, kecuali shalat wajib." (H.R. Muslim) [35]
Diriwayatkan,
dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan 'ibadah kepada Rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah; mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, 'Aku takut kepada Allah', dan seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis." (H.R. Bukhari) [36]
Diriwayatkan,
Artinya, ...dari Abu Sa'id Al Khudri, bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dengannya Allah menghapus kesalahan dan menambah kebaikan?" para sahabat menjawab; "Tentu, ya Rasulullah, " beliau bersabda: "Menyempurnakan wudlu di saat yang tidak disukai, memperbanyak langkah ke masjid dan menunggu shalat setelah shalat." (H.R. Ibnu Majah) [37]
Berzikir
Arti Berdzikir
Berdzikir berasal dari bahasa arab yaitu dari kata dzikrun atau dzikron (ذكَرَ يَذكُر ، ذِكْرًا وذُكْرًا وذِكْرى وتَذكارًا وتِذكارًا ، فهو ذاكِر ، والمفعول مَذْكور) [38] yang berarti mengingat, laki-laki, menerangkan, pengajaran, peringatan, pelajaran dll [39]
Allah Ta'ala berfirman,
Artinya ... (QS Ar-Ra'd 13:29)
Allah Ta'ala berfirman,
Berkhidmat kepada Manusia
Arti Berkhidmat
Arti Manusia
Referensi
- ↑ 1,0 1,1 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D9%85%D8%B9%D9%85%D9%88%D8%B1/
- ↑ https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/%D8%B9%D9%8E%D9%85%D9%8E%D8%B1%D9%8E/
- ↑ Pengertian Memakmurkan Masjid; Kajian Lengkap Keutamaan, Cara, dan Hikmah. Dikutip dari pabrikjammasjid.com pada 6-Ags-2022
- ↑ https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/%D8%B3%D8%AC%D8%AF/
- ↑ https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D9%85%D8%B3%D8%AC%D8%AF/
- ↑ 6,0 6,1 6,2 Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz tanggal 13 Mei 2016 di Masjid Mahmud di Malmo, Swedia. Dikutip dari alislam.org tanggal 5-Ags-2022
- ↑ 7,0 7,1 7,2 7,3 Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 17 Hijrah 1392 HS/Mei 2013 di Masjid Baitur Rahman, Vancouver, Kanada. Diakses di ahmadiyah.id pada 5-Ags-2022
- ↑ 8,0 8,1 Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 30 September 2011 di Masjid Baitun Nashir, Furuset, Oslo, Norwegia. Dikutip dari ahmadiyah.id Tgl 5 Agustus 2022
- ↑ Hadits Sunan Ibnu Majah, Kitab Masjid dan berjamaah, Bab Melazimi masjid dan menunggu waktu shalat. Dikutip dari hadits.id pada 6-Ags-2022
- ↑ https://www.carihadis.com/Musnad_Ahmad/212
- ↑ Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Adzan, Bab Keutamaan orang yang pergi ke masjid baik pagi maupun sore hari. Dikutip dari hadits.id pada 5-Ags-2022
- ↑ Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab Do'a, Menghitung tasbih dengan tangan. Diakses dari hadits.id pada 5-Ags-2022
- ↑ Hadits Shahih Muslim, Kitab Masjid dan tempat-tempat shalat, Bab Keutamaan duduk di tempat shalatnya setelah subuh, dan keutamaan masjid. Dikutip dari alislam.org pada 5-Ags-2022
- ↑ Shahih ibn Hibban, kitab tentang keilmuan no. 87; Musnad Ahmad ibn Hanbal jilid 3, h. 322, Musnad Abi Hurairah, Hadits 8587, Alamul Kutub, Beirut, 1998
- ↑ الراوي : أبو هريرة | المحدث : شعيب الأرناؤوط | المصدر : تخريج المسند | الصفحة أو الرقم : 8603 | أحاديث مشابهة | خلاصة حكم المحدث : ضعيف dikutip dari dorar.net
- ↑ Malfuzhat, Vol. 8, hal 170, edisi 1985, UK
- ↑ Malfuzhat, Vo. 7, hal 119 – 120, edisi 1985, terbitan UK
- ↑ Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz 04 November 2016 di Masjid Mahmud, Regina, Provinsi Saskatchewan, Kanada. Dikutip dari ahmadiyah.id tanggal 5-Ags-2022
- ↑ Malfuzhat, Vo. 7, hal 119 – 120, edisi 1985, terbitan UK
- ↑ 20,0 20,1 Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 19 Oktober 2018 (Ikha 1397 Hijriyah Syamsiyah/09 Safar 1440 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Baitul Aafiyat, Philadelphia, USA (Amerika Serikat). Dikutip dari alislam.org tanggal 6-Ags-2022
- ↑ Malfuzhat, Vo. 8, hal 170, edisi 1985, terbitan UK
- ↑ Khotbah Jum’at Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahulloohu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 27 Syahadat 1391 HS/ April 2012 di Masjid Darul Amaan, Greenheys Lane, Hulme Manchester-UK. Diakses dari ahmadiyah.id pada 5-Ags-2022
- ↑ 0Majmu’ah Isytihaaraat, Jilid. II, Hal. 654, Isytihaar no. 270, dengan judul “Tabligh al-Haq”, Rabwah
- ↑ https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D8%B5%D9%84%D9%88/
- ↑ https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/%D8%AC%D9%85%D8%B9/
- ↑ https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D8%AC%D9%85%D8%B9/
- ↑ Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Adzan, Bab Keutamaan shalat berjama'ah. Dikutip dari hadits.id pada 5-Ags-2022
- ↑ Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Shalat, Bab Shalat di masjid pasar. Dikutip dari hadits.id pada 5-Ags-2022
- ↑ Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Adzan, Bab Keutamaan orang yang pergi ke masjid baik pagi maupun sore hari. Dikutip dari hadits.id tgl 5-Ags-2022
- ↑ Hadits Sunan Abu Dawud, Kitab Shalat, Bab Terguran keras dari meninggalkan shalat jamaah. Dikutip dari hadits.id pada 6-Ags-2022
- ↑ Hadits Shahih Muslim, Kitab Masjid dan tempat-tempat shalat, bab Wajib mendatangi shalat jamaah bagi yang mendengar adzan. Dikutip dari hadits.id pada 6-Ags-2022
- ↑ Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Adzan, Keutamaan shalat 'Isya' berjama'ah. Dikutip dari hadits.id pada 6-Ags-2022
- ↑ Hadits Sunan Ibnu Majah, Kitab Masjid dan berjamaah, Teguran keras dari meninggalkan shalat berjamaah. Dikutip dari hadits.id pada 6-Ags-2022
- ↑ Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab Shalat, Shalat sendirian lantas menemukan jamaah. Dikutip dari hadits.id pada 6-Ags-2022
- ↑ Hadits Shahih Muslim, Kitab Shalatnya musafir dan penjelasan tentang qashar, Sunahnya shalat nafilah dalam rumah dan juga di masjid. Dikutip dari hadits.id pada 6-Ags-2022
- ↑ Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Adzan, Orang yang duduk di dalam masjid menunggu pelaksanaan shalat dan keutamaan (berdiam di) masjid. Dikutip dari hadits.id pada 6-Ags-2022
- ↑ Hadits Sunan Ibnu Majah, Kitab Masjid dan berjamaah, bab Berjalan kaki menuju masjid. Dikutip dari hadits.id pada 6-Ags-2022
- ↑ https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/%D8%B0%D9%83%D8%B1/
- ↑ https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D8%B0%D9%83%D9%8E%D8%B1%D9%8E/