Pengorbanan

Revisi per 6 Oktober 2022 07.47 oleh Isa (bicara | kontrib)


Bab 01: Pengertian Pengorbanan

Pengorbanan adalah ...

Bab 02: Perintah Berkorban

Bab 03: Kaitan Erat antara Shalat dan Pengorbanan

Allah Ta'ala berfirman,

فَصَلِّ لِرَبِّکَ وَانۡحَرۡ

“Maka beribadahlah kepada Tuhan engkau dan berkorbanlah” (QS Al-Kautsar 108:3)

Allah Ta'ala berfirman,

وَاَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَاٰتُوا الزَّکٰوۃَ وَارۡکَعُوۡا مَعَ الرّٰکِعِیۡنَ ﴿۴۴﴾

Dan dirikanlah shalat, bayarlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk. (QS Al Baqarah 2:44)

Bab 04: orang Munafik dan Pengorbanan

Allah Ta'ala berfirman,

یَکَادُ الۡبَرۡقُ یَخۡطَفُ اَبۡصَارَہُمۡ ؕ کُلَّمَاۤ اَضَآءَ لَہُمۡ مَّشَوۡا فِیۡہِ ٭ۙ وَاِذَاۤ اَظۡلَمَ عَلَیۡہِمۡ قَامُوۡا ؕ وَلَوۡ شَآءَ اللّٰہُ لَذَہَبَ بِسَمۡعِہِمۡ وَاَبۡصَارِہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿٪۲۱﴾

"Nyaris kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat menyinarinya, mereka berjalan di dalamnya tetapi aapabila gelap meliputinya mereka berhenti. Dan seandainya Allah menghendaki niscaya Dia menghilangkan pendengaran mereka dan penglihatan mereka, sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu."

Tafsir dari ayat ini adalah sebagai berikut,

Orang-orang munafik yang dilukiskan sebagai orang-orang lemah iman sangat dekat kepada kehilangan penglihatan. Mereka tidak benar-benar kehilangan mata, tetapi jika mereka berulang-ulang dihadapkan kepada keadaan yang meminta keberanian dan pengorbanan yang dilambangkan dengan petir dan guruh, mereka sangat boleh jadi akan kehilangan matanya, yakni imannya. Tetapi kasih-sayang Allah Swt telah mengatur demikian, sehingga kilat itu tidak selamanya disertai halilintar. Seringkali kilat hanya sekilas kilau yang menyingkapkan selimut kegelapan dan menolong sang musafir untuk bergerak ke muka. Manakala Islam nampaknya mencapai kemajuan, orangorang munafik mengadakan kerjasama dengan kaum Muslimin. Tetapi, kalau kilat diikuti oleh guntur, maksudnya bila keadaan menghendaki pengorbanan jiwa dan harta-benda, dunia menjadi gelap bagi mereka; mereka menjadi kehilangan akal lalu berhenti, enggan bergerak maju bersama dengan orang-orang yang beriman.

Bab 05: Pentingnya Berkorban Harta di Jalan Allah

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Kebangkitan Islam kembali menuntut pengorbanan dari kita. Apakah pengorbanan itu? Itu adalah mati berjuang di jalan ini, yang dengannya kehidupan Islam, kehidupan orang-orang Muslim, dan perwujudan Allah bergantung. Ini, dengan kata lain, adalah Islam. Itu merupakan kebangkitan kembali Islam ini yang hari ini Allah kehendaki. Untuk meraih tujuan ini, adalah perlu bahwa Dia Sendiri mendirikan sistem yang besar dan efektif; dan inilah apa yang Allah Maha Bijaksana dan Maha Kuasa telah lakukan dengan mengutus aku ke dunia ini untuk memperbaiki umat manusia. Dia telah membagi tugas mendukung kebenaran dan penyebaran Islam ini dalam beberapa cabang.” [1]

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Wahai orang-orang Islam yang kaya! Aku sampaikan pesan kepada kalian bahwa kalian hendaknya membantu lembaga perbaikan ini, yang telah didirikan oleh Allah Yang Maha Kuasa, dengan sepenuh hati, perhatian dan keikhlasan kalian. Kalian harus memandang semua segi dari lembaga ini dengan rasa hormat dan laksanakan dengan segera apapun yang kalian mampu untuk membantunya. Siapapun ingin mempersembahkan sejumlah uang tiap bulan, sesuai kemampuannya, hendaknya menjadikan itu wajib bagi dirinya seperti hutang, dan melunasi pembayarannya setiap bulan tanpa kegagalan. Dia seharusnya menjadikan tugas ini murni sebagai kewajiban kepada Allah, dan hendaknya tidak terlambat atau lamban dalam pembayarannya. Dia yang ingin membayar semuanya sekaligus dapat juga melakukannya, tapi ingatlah bahwa cara benar yang akan menjamin kemajuan terus-menerus dari gerakan ini adalah bahwa orang-orang, yang benar-benar peduli pada agama, seharusnya menjadikan hal itu wajib bagi diri mereka untuk membayar suatu jumlah tertentu setiap bulan yang mereka dapat berikan dengan mudah dan teratur, kecuali jika mereka dihadapkan pada keadaan-keadaan yang tak diharapkan. Tentu saja, siapapun yang punya sarana-sarana dan sumber-sumber daya untuk memberikan sesuatu, selain dari janji bulanannya, diterima dengan senang hati untuk melakukan demikian.”

“Wahai kalian yang kusayangi, orang-orang yang kucinta, cabang-cabang yang selalu hijau dari pohon yaitu aku sendiri! Wahai yang telah, dengan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa atas kalian, masuk dalam janji Bai’at denganku! Wahai kalian yang telah mengorbankan jiwa, kenyamanan dan harta kekayaan kalian di jalan ini! Aku mengetahui bahwa kalian memandang itu sebagai satu kehormatan untuk menerima apapun yang aku katakan, dan tidak akan ragu-ragu sejauh itu ada dalam kemampuan kalian, tapi aku tidak dapat membuat paksaan bagi kalian dengan lidahku sendiri pada pengkhidmatan yang harus kalian persembahkan, supaya pengkhidmatan kalian seharusnya keluar dari kerelaan kalian sendiri dan tidak sebagai sebuah kewajiban dariku…” [2]

Bab 06: Menjadi Penolong Agama Allah

Allah Ta'ala berfirman,

فَلَمَّاۤ اَحَسَّ عِیۡسٰی مِنۡہُمُ الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ ۚ وَاشۡہَدۡ بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ ﴿۵۳﴾

Maka tatkala Isa merasa ada kekufuran pada kaumnya ia berkata, ”Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?” Para Hawari berkata, “Kamilah para penolong di jalan Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri. (QS Ali-'Imran 3:53)

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Kebanyakan anggota Jama’at-ku adalah miskin dan tak istimewa, tapi mempersembahkan diri sendiri bagi pelayanan kepada Allah dengan hati suci merupakan penyembuh bagi setiap masalah dan kesukaran. Maka siapapun yang benar-benar beriman akan adanya Allah dan mengetahui bahwa dia bergantung pada karunia-karunia-Nya dalam dunia lahiriah dan ruhani, hendaknya tidak membiarkan zaman beberkat ini lepas dari tangannya, tidak pula hendaknya membiarkan penyakit kekikiran memahrumkannya dari ganjaran ini. Hanya dia yang layak bergabung ke Jama’at ini yang mempunyai keteguhan hati yang tinggi dan yang berjanji kepada Allah bahwa dari sekarang dan seterusnya dia akan berupaya sebaik-baiknya untuk mempersembahkan setiap bulan apapun bantuan keuangan yang dia dapat persembahkan agar menghilangkan kesukaran-kesukaran yang dihadapi agama-Nya. Itu merupakan kemunafikan bahwa mengingat Allah ketika dihadapkan pada musibah dan menjadi masa bodoh ketika orang ada dalam kemudahan dan kenyamanan. Allah adalah Berdiri Sendiri dan Tak Peduli; itu adalah kalian yang harus membuktikan keikhlasan kalian agar meraih karunia-Nya. Semoga Allah beserta kalian.” [3]

Allah Ta'ala mempunyai sifat Al-Ghani, yakni Maha Kaya. Oleh karena itu, sebenarnya pengorbanan yang kita lakukan adalah untuk diri kita sendiri. Allah Ta'ala berfirman,


Bab 07: Pengorbanan Tidak Boleh Berlebih-lebihan

Allah Ta'ala berfirman,

وَاَنۡفِقُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَلَا تُلۡقُوۡا بِاَیۡدِیۡکُمۡ اِلَی التَّہۡلُکَۃِ ۚۖۛ وَاَحۡسِنُوۡا ۚۛ اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الۡمُحۡسِنِیۡنَ ﴿۱۹۶﴾

“Dan belanjakanlah di jalan Allah, dan janganlah menjerumuskan diri kalian dalam kebinasaan dengan tangan kalian sendiri, dan berbuat baiklah; sungguh Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Al-Baqarah [2] : 196)

Bab 08: Ganjaran Pengorbanan: Menyelamatkan Kita dari Azab yang Pedih

Allah Ta'ala berfirman,

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی تِجٰرَۃٍ تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ
تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَرَسُوۡلِہٖ وَتُجٰہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ بِاَمۡوٰلِکُمۡ وَاَنۡفُسِکُمۡ ۚ ذٰلِکُمۡ خَیۡرٌ لَّکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ

“Hai orang-orang yang beriman, Maukah Aku tunjukkan kepadamu perdagangan yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? - Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kamu berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Hal itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (QS Ash-Shaaf [61]: 11-12)

Bab 09: Ganjaran Pengorbanan: Dilipat Gandakan Ganjarannya

Allah Ta'ala berfirman,

مَنۡ ذَا الَّذِیۡ یُقۡرِضُ اللّٰہَ قَرۡضًا حَسَنًا فَیُضٰعِفَہٗ لَہٗۤ اَضۡعَافًا کَثِیۡرَۃً ؕ وَاللّٰہُ یَقۡبِضُ وَیَبۡصُۜطُ ۪ وَاِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿۲۴۶﴾

“Barang siapa yang meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Dia akan melipat gandakannya berkali lipat banyaknya. Dan Allah menerima dan meluaskan, dan kepada Dia kalian akan kembali.” (QS. Al-Baqarah [2] : 246)

Allah Ta'ala berfirman,

مَّثَلُ الَّذِیۡنَ یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوٰلَہُمۡ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ کَمَثَلِ حَبَّۃٍ اَنۡۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِیۡ کُلِّ سُنۡۢبُلَۃٍ مِّائَۃُ حَبَّۃٍ ۗ وَاللّٰہُ یُضٰعِفُ لِمَنۡ یَّشَآءُ ۗ وَاللّٰہُ وٰسِعٌ عَلِیۡمٌ

“Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan harta mereka di jalan Allah, adalah seumpama sebuah biji menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir terdapat seratus biji, Allah melipat-gandakan ganjaran-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas karunia-Nya, Maha Mengetahui” (QS Al Baqarah [2]: 262)

Diriwayatkan,

عَنْ خُرَيْمِ بْنِ فَاتِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَنْفَقَ نَفَقَةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ كُتِبَتْ لَهُ بِسَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ

...dari Khuraim bin Fatik ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa berinfak di jalan Allah maka akan dituliskan untuknya tujuh ratus lipat kebaikan." (H.R. At-Tirmidzi) [4]

Bab 10: Ganjaran Pengorbanan: Pasti Diberikan Gantinya

Diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ وَقَالَ يَمِينُ اللَّهِ مَلْأَى وَقَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ مَلْآنُ سَحَّاءُ لَا يَغِيضُهَا شَيْءٌ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

...dari Abu Hurairah hingga sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: 'Wahai anak Adam, berinfaklah kamu niscaya Aku akan memberikan ganti kepadamu.'" Beliau juga bersabda: "Pemberian Allah selalu melimpah." Ibnu Numair berkata, "Suatu pemberian yang tidak pernah berkurang meskipun mengalir siang dan malam." (H.R. Muslim) [5]

Bab 11: Ganjaran Pengorbanan: Diberikan Ganjaran yang Mulia

Allah Ta'ala berfirman,

مَنۡ ذَا الَّذِیۡ یُقۡرِضُ اللّٰہَ قَرۡضًا حَسَنًا فَیُضٰعِفَہٗ لَہٗ وَلَہٗۤ اَجۡرٌ کَرِیۡمٌ ﴿ۚ۱۲﴾

“Siapakah yang akan meminjami Allah dengan pinjaman yang baik? Maka Dia akan melipat gandakan baginya, dan baginya ada ganjaran yang mulia.” (QS. Al-Hadid [57] : 12)

Bab 12: Ganjaran Pengorbanan: Dihilangkan Ketakutan dan Kesedihan

اَلَّذِیۡنَ یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوٰلَہُمۡ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ثُمَّ لَا یُتۡبِعُوۡنَ مَاۤ اَنۡفَقُوۡا مَنًّا وَّلَاۤ اَذًی ۙ لَّہُمۡ اَجۡرُہُمۡ عِنۡدَ رَبِّہِمۡ وَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَلَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ

“Orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dibelanjakannya itu dengan menyebut-nyebut kebaikan dan tidak pula menyakiti hati, bagi mereka ada ganjarannya di sisi Tuhan-nya, dan tidak ada ketakutan pada mereka dan tidak pula mereka akan bersedih” (QS Al Baqarah [2]: 263)

Allah Ta'ala berfirman,

اَلَّذِیۡنَ یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَہُمۡ بِالَّیۡلِ وَالنَّہَارِ سِرًّا وَّعَلَانِیَۃً فَلَہُمۡ اَجۡرُہُمۡ عِنۡدَ رَبِّہِمۡ ۚ وَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَلَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿۲۷۵﴾ؔ

“Orang-orang yang membelanjakan harta mereka di waktu malam dan siang, secara rahasia dan terbuka, maka bagi mereka ada ganjaran pada sisi Tuhan mereka; dan tak ada ketakutan atas mereka, tidak pula mereka akan berduka cita.” (QS. Al-Baqarah [2] : 275)

Bab 13: Ganjaran Pengorbanan: Membersihkan dan Mensucikan Jiwa Kita

خُذۡ مِنۡ اَمۡوٰلِہِمۡ صَدَقَۃً تُطَہِّرُہُمۡ وَتُزَکِّیۡہِمۡ بِہَا وَصَلِّ عَلَیۡہِمۡ ۖ اِنَّ صَلَوٰتَکَ سَکَنٌ لَّہُمۡ ۗ وَاللّٰہُ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ

“Ambillah sedekah dari harta mereka agar engkau dapat membersihkan mereka dan mensucikan mereka dengannya. Dan berdoalah untuk mereka; sesungguhnya doa engkau adalah sumber ketenteraman bagi mereka. Dan, Allah itu Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS At Taubah [9]: 103)

Bab 14: Ganjaran Pengorbanan: Memperteguh Jiwa Kita

Allah Ta'ala berfirman,

وَمَثَلُ الَّذِیۡنَ یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوٰلَہُمُ ابۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ اللّٰہِ وَتَثۡبِیۡتًا مِّنۡ اَنۡفُسِہِمۡ کَمَثَلِ جَنَّۃٍۭ بِرَبۡوَۃٍ اَصَابَہَا وَابِلٌ فَاٰتَتۡ اُکُلَہَا ضِعۡفَیۡنِ فَاِنۡ لَّمۡ یُصِبۡہَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗ وَاللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِیۡرٌ

“Dan perumpamaan orang-orang yang menginfakkan harta mereka demi mencari keridhoan Allah dan memperteguh jiwa mereka adalah seperti perumpamaan kebun yang terletak di dataran tinggi, hujan lebat menimpanya lalu menghasilkan buahnya dua kali lipat, tetapi jika hujan lebat tidak menimpanya, maka hujan gerimis pun memadai. Dan Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Baqarah [2]: 266)

Bab 15: Ganjaran Pengorbanan: Diberi Derajat yang Tinggi

Allah Ta'ala berfirman,

اَلَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَمِمَّا رَزَقۡنٰہُمۡ یُنۡفِقُوۡنَ
اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ حَقًّا ۚ لَّہُمۡ دَرَجٰتٌ عِنۡدَ رَبِّہِمۡ وَمَغۡفِرَۃٌ وَّرِزۡقٌ کَرِیۡمٌ

“Orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian dari apa yang Kami rezekikan kepada mereka * Mereka inilah orang-orang mukmin yang sejati. Bagi mereka ada derajat-derajat yang tinggi di sisi Tuhan mereka, ampunan dan rezeki yang mulia” (QS Al Anfal [8]: 4-5)

Bab 16: Ganjaran Pengorbanan: Dekat dengan Allah dan Dekat dengan Surga

Diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ السَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنْ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنْ الْجَنَّةِ قَرِيبٌ مِنْ النَّاسِ بَعِيدٌ مِنْ النَّارِ وَالْبَخِيلُ بَعِيدٌ مِنْ اللَّهِ بَعِيدٌ مِنْ الْجَنَّةِ بَعِيدٌ مِنْ النَّاسِ قَرِيبٌ مِنْ النَّارِ وَلَجَاهِلٌ سَخِيٌّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ عَالِمٍ بَخِيلٍ

...dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Orang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang bakhil itu jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, dan dekat dengan neraka. Sesungguhnya orang bodoh yang dermawan lebih Allah cintai dari pada seorang 'alim yang bakhil." (H.R. At-Tirmidzi) [6]

Bab 17: Penyerahan yang Sempurna kepada Allah

Allah Ta'ala berfirman,

قُلۡ اِنَّ صَلَاتِیۡ وَنُسُکِیۡ وَمَحۡیَایَ وَمَمَاتِیۡ لِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ

Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, pengorbananku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam (QS Al-An’aam 6:163)

Tafsir dari ayat ini adalah sebagai berikut,

Shalat, korban, hidup, dan mati meliputi seluruh bidang amal perbuatan manusia; dan Rasulullah Saw diperintah untuk menyatakan bahwa semua segi kehidupan di dunia ini dipersembahkan oleh beliau kepada Allah Swt, semua amal ibadah beliau dipersembahkan kepada Allah Swt, semua pengorbanan dilakukan beliau untuk Dia; seluruh kehidupan beliau persembahkan untuk berbakti kepada-Nya, maka bila di jalan agama beliau mendapat kematian, itu pun guna meraih keridhaan-Nya.

Bab 18: Berkorbanlah Sebelum Terlambat

Allah Ta'ala berfirman,

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا بَیۡعٌ فِیۡہِ وَلَا خُلَّۃٌ وَّلَا شَفَاعَۃٌ ؕ وَالۡکٰفِرُوۡنَ ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ ﴿۲۵۵﴾

“Hai orang-orang yang beriman! Belanjakanlah sebagian dari apa yang Kami rezekikan kepada kalian sebelum tiba hari di mana tiada jual beli di dalamnya, tidak pula persahabatan, tidak pula syafaat dan orang-orang kafir itu berlaku aniaya kepada diri mereka sendiri.” (QS. Al-Baqarah [2] : 255) Allah Ta'ala berfirman,

وَمَا لَکُمۡ اَلَّا تُنۡفِقُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَلِلّٰہِ مِیۡرَاثُ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ ؕ لَا یَسۡتَوِیۡ مِنۡکُمۡ مَّنۡ اَنۡفَقَ مِنۡ قَبۡلِ الۡفَتۡحِ وَقٰتَلَ ؕ اُولٰٓئِکَ اَعۡظَمُ دَرَجَۃً مِّنَ الَّذِیۡنَ اَنۡفَقُوۡا مِنۡۢ بَعۡدُ وَقٰتَلُوۡا ؕ وَکُلًّا وَّعَدَ اللّٰہُ الۡحُسۡنٰی ؕ وَاللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ خَبِیۡرٌ ﴿٪۱۱﴾

“Dan mengapa kalian tidak membelanjakan di jalan Allah, sedangkan kepunyaan Allah warisan langit dan bumi? Orang-orang dari kalian membelanjakan harta dan berjuang sebelum tiba kemenangan adalah tidak sama dengan orang-orang yang datang kemudian. Mereka lebih tinggi derajatnya dari pada orang-orang yang membelanjakan harta dan berjuang sesudah itu. Dan bagi semuanya Allah menjanjikan kebaikan. Dan Allah Maha Mengetahui atas apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Hadid [57] : 11)

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Kini adalah waktunya bagi semua orang yang memandang diri mereka termasuk di kalangan para pengikutku, bahwa mereka hendaknya membantu gerakan ini dengan uang mereka. Jika seseorang hanya dapat memberikan satu paisa setiap bulan, dia hendaknya membayar satu paisa setiap bulan untuk keperluan gerakan ini; dia yang dapat memberikan satu rupee hendaknya memberikan satu rupee setiap bulan… Setiap orang yang telah menerima Bai’at hendaknya membantu sesuai dengan niat-niatnya, supaya Allah juga akan menolong mereka. Jika bantuan itu diterima secara teratur setiap bulan, bahkan jika itu sedikit, itu lebih baik dari pada yang dibuat secara mendadak sesudah masa kelalaian yang panjang. Keikhlasan setiap orang hanya dapat dinilai dengan pengkhidmatan yang dia persembahkan. Wahai orang-orang terkasihku! Ini adalah waktunya untuk menolong agama dan memenuhi tuntutan-tuntutannya. Manfaatkanlah itu, sebab masa ini tak akan pernah kembali lagi.” [7]

Bab 19: Hal yang Patut Diwaspadai ketika Berkorban

Allah Ta'ala berfirman,

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تُبۡطِلُوۡا صَدَقٰتِکُمۡ بِالۡمَنِّ وَالۡاَذٰی کَالَّذِیۡ یُنۡفِقُ مَالَہٗ رِئَآءَ النَّاسِ وَلَا یُؤۡمِنُ بِاللّٰہِ وَالۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ۖ فَمَثَلُہٗ کَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَیۡہِ تُرَابٌ فَاَصَابَہٗ وَابِلٌ فَتَرَکَہٗ صَلۡدًا ۖ لَّا یَقۡدِرُوۡنَ عَلٰی شَیۡءٍ مِّمَّا کَسَبُوۡا ۗ وَاللّٰہُ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الۡکٰفِرِیۡنَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan sedekah-sedekahmu sia-sia dengan menyebut-nyebut jasa baik dan menyakiti, seperti orang yang membelanjakan hartanya untuk dilihat manusia, sedangkan ia tidak beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, maka keadaannya seperti batu licin yang di atasnya tertutup tanah, lalu hujan lebat menimpanya dan meninggalkannya licin. Mereka tidak akan memperoleh sesuatu dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum kafir. (QS Al Baqarah [2]: 265)

Bab 20: Berkorbanlah di Jalan Allah dari Apa yang Kalian Cintai

Allah Ta'ala berfirman,

لَنۡ تَنَالُوا الۡبِرَّ حَتّٰی تُنۡفِقُوۡا مِمَّا تُحِبُّوۡنَ ۬ؕ وَمَا تُنۡفِقُوۡا مِنۡ شَیۡءٍ فَاِنَّ اللّٰہَ بِہٖ عَلِیۡمٌ ﴿۹۳﴾

“Kalian tidak akan meraih kebaikan hingga kalian membelanjakan sebagian dari apa yang kalian cintai; dan apapun yang kalian belanjakan, sungguh Allah mengetahuinya.” (QS. Ali-‘Imran [3] : 93)

Tafsir dari ayat ini adalah sebagai berikut,

Untuk mencapai keimanan sejati, yang merupakan inti segala kebajikan yang sempurna dan merupakan bentuk tertinggi kebaikan, orang harus siap-sedia mengorbankan segala sesuatu yang disayanginya. Taraf tertinggi kebajikan yang sempurna dapat dicapai hanya dengan membelanjakan di jalan Allah apa-apa yang paling dicintainya. Akhlak luhur (Birr) tidak dapat dicapai tanpa menyerap jiwa pengorbanan yang sebenarnya.

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Pintu menuju kesolehan adalah sempit. Maka ingatlah bahwa tak seorang dapat memasukinya dengan membelanjakan barang-barang tak berguna dan tak bernilai. Perintah yang jelas adalah:

لَنۡ تَنَالُوا الۡبِرَّ حَتّٰی تُنۡفِقُوۡا مِمَّا تُحِبُّوۡنَ...

Kalian tak pernah dapat meraih kebajikan hingga kalian membelanjakan sebagian dari apa yang kalian cintai’. Hingga kalian membelanjakan barang-barang yang kalian cintai dan berharga bagi kalian, kalian tidak dapat meraih derajat menjadi dicintai. Jika kalian tidak siap menanggung penderitaan dan meraih kesolehan yang sebenarnya, bagaimana kalian dapat berharap untuk berhasil? Apakah murid-murid meraih kedudukan mereka tanpa berbuat sesuatu? Lihatlah betapa seseorang harus bekerja dan bersusah payah untuk meraih suatu gelar duniawi, walaupun itu tidak memberikan kedamaian dan kepuasan yang sebenarnya. Maka bagaimana mungkin untuk gelar ‘semoga Allah ridho dengannya’ diraih dengan tak ada kesukaran. Sebenarnya bahwa tidak mungkin untuk meraih ridho Allah – yang merupakan sumber kebahagiaan hakiki – hingga seseorang tidak menanggung kesukaran-kesukaran sementara. Allah tidak dapat ditipu. Berbahagialah orang-orang yang tidak menghiraukan kepedihan supaya dapat meraih ridho-Nya, sebab itu hanyalah penderitaan sementara hingga orang beriman dianugrahi cahaya kegembiraan abadi dan kenikmatan kekal.” [8]

Bab 21: Kehancuran bagi Orang yang Kikir

Diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

...dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun (datang) dua malaikat kepadanya lalu salah satunya berkata; "Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya", sedangkan yang satunya lagi berkata; "Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil) ". (H.R. Al-Bukhari) [9]

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Aku percaya bahwa iman dan kekikiran tidak dapat ada dalam hati yang sama. Orang yang beriman kepada Allah dengan hati ikhlas, tidak hanya percaya dirinya sendiri berada dalam kepemilikan yang menjadi kunci keselamatannya, bahkan dia percaya seluruh miliknya merupakan harta kekayaan dari Allah Yang Maha Kuasa; dan dengan demikian kekikiran disingkirkan darinya sebagaimana kegelapan disingkirkan dengan cahaya. Itu bukan hanya menjadi dosa bahwa aku harus menghimbau Jama’at untuk berbuat sesuatu tapi tak seorang pun memberikan perhatian kepadanya, bahkan itu juga merupakan dosa pada pandangan Tuhan bahwa orang hendak melaksanakan suatu khidmat dan membayangkan bahwa dia telah berbuat sesuatu …” [10]

Bab 22: Kikir Menyebabkan Rizki Menjadi Sempit

Diriwayatkan,

عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ أَنَّهَا جَاءَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا نَبِيَّ اللَّهِ لَيْسَ لِي شَيْءٌ إِلَّا مَا أَدْخَلَ عَلَيَّ الزُّبَيْرُ فَهَلْ عَلَيَّ جُنَاحٌ أَنْ أَرْضَخَ مِمَّا يُدْخِلُ عَلَيَّ فَقَالَ ارْضَخِي مَا اسْتَطَعْتِ وَلَا تُوعِي فَيُوعِيَ اللَّهُ عَلَيْكِ

...dari Asma` binti Abu Bakar bahwa ia mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan bertanya, "Wahai Nabiyullah, aku tidak punya apa-apa untuk disedekahkan selain yang diberikan Zubair (suamiku) kepadaku (untuk belanja rumah tangga). Berdosakah aku apabila uang belanja itu aku sedekahkan alakadarnya?" maka beliau pun menjawab: "Sedekahkanlah ala kadarnya sesuai dengan kemampuanmu, dan jangan menghitung-hitung, karena Allah akan menghitung-hitung pula pemberian-Nya kepadamu, dan jangan pula kikir sehingga Allah akan menyempitkan rizkimu." (H.R. Muslim) [11]

Bab 23: Boleh Iri dalam Berkorban

Diriwayatkan,

عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

...dari Ibnu Mas'ud radliallahu 'anhu berkata; Aku mendengar Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tidak boleh iri (dengki) kecuali kepada dua hal. (Yaitu kepada) seorang yang Allah berikan kepadanya harta lalu dia menguasainya dan membelanjakannya di jalan yang haq (benar) dan seorang yang Allah berikan hikmah (ilmu) lalu dia melaksanakannya dan mengajarkannya (kepada orang lain)" (H.R. Al-Bukhari) [12]

Bab 24: Orang yang Mendukung Pengorbanan Termasuk Jihad di Jalan Allah

Diriwayatkan,

وَعَن رَافع بن خديح قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الْعَامِلُ عَلَى الصَّدَقَةِ بِالْحَقِّ كَالْغَازِي فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى بَيْتِهِ»

...dan dari Hadhrat Rafi’ Bin Khudaij (ra) meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) bersabda: “Petugas yang memungut zakat dengan cara yang benar adalah seperti orang yang berjuang di jalan Allah hingga dia kembali.” (Misykat) [13]

Bab 25: Contoh Pengorbanan Rasulullah (saw)

Diriwayatkan,

عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ كَانَ لِي مِثْلُ أُحُدٍ ذَهَبًا لَسَرَّنِي أَنْ لَا تَمُرَّ عَلَيَّ ثَلَاثُ لَيَالٍ وَعِنْدِي مِنْهُ شَيْءٌ إِلَّا شَيْئًا أَرْصُدُهُ لِدَيْنٍ

...dari 'Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah, Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sekiranya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, maka aku tidak suka jika ia masih berada di sisiku selama tiga hari, dan sekiranya aku memiliki sedikit saja dari itu, niscaya aku telah membayarkan untuk utang." (H.R. Al-Bukhari) [14]

Bab 26: Contoh Pengorbanan Istri-istri Rasulullah (saw)

Allah Ta'ala berfirman,

یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ قُلۡ لِّاَزۡوَاجِکَ اِنۡ کُنۡـتُنَّ تُرِدۡنَ الۡحَیٰوۃَ الدُّنۡیَا وَزِیۡنَتَہَا فَتَعَالَیۡنَ اُمَتِّعۡکُنَّ وَاُسَرِّحۡکُنَّ سَرَاحًا جَمِیۡلًا ﴿۲۹﴾ وَاِنۡ کُنۡـتُنَّ تُرِدۡنَ اللّٰہَ وَرَسُوۡلَہٗ وَالدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ فَاِنَّ اللّٰہَ اَعَدَّ لِلۡمُحۡسِنٰتِ مِنۡکُنَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿۳۰﴾

Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istri engkau, “Jika kamu menghendaki kehidupan dunia ini dan perhiasannya, maka marilah akan aku berikan kepada kamu dan akan menceraikan kamu dengan cara yang baik. Tetapi, jika kamu menghendaki Allah dan Rasul-Nya dan rumah akhirat maka sesungguhnya Allah telah menyediakan pahala yang besar bagi mereka di antara kamu yang berbuat kebajikan. (QS Al-Ahzab 33:29-30)

Tafsir dari ayat ini yakni,

Oleh karena istri-istri Rasulullah Saw harus menjadi contoh dalam perilaku sosial, maka seyogianya mereka telah diminta supaya memperlihatkan suri teladan dalam sikap melupakan kepentingan diri sendiri. Bukanlah karena penggunaan uang dan kenikmatan hidup itu sama sekali terlarang bagi mereka, akan tetapi yang pasti mereka diharapkan memperlihatkan sikap melupakan diri sendiri bertaraf tinggi sekali. Kepada taraf pengorbanan yang tinggi bertalian dengan faedah kebendaan dan kehidupan mewah serta serba ada inilah yang dimaksudkan ayat ini dan beberapa ayat berikutnya. Kedudukan menjadi teman-hidup Rasulullah Saw menghendaki pengorbanan ini, dan kepada istri-istri beliau dikatakan supaya memilih, apakah mau kehidupan mewah ataukah menjadi teman-hidup beliau (saw).

Bab 27: Contoh Pengorbanan Sahabat Rasulullah (saw)

Diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا رَجُلٌ بِفَلَاةٍ مِنْ الْأَرْضِ فَسَمِعَ صَوْتًا فِي سَحَابَةٍ اسْقِ حَدِيقَةَ فُلَانٍ فَتَنَحَّى ذَلِكَ السَّحَابُ فَأَفْرَغَ مَاءَهُ فِي حَرَّةٍ فَإِذَا شَرْجَةٌ مِنْ تِلْكَ الشِّرَاجِ قَدْ اسْتَوْعَبَتْ ذَلِكَ الْمَاءَ كُلَّهُ فَتَتَبَّعَ الْمَاءَ فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ فِي حَدِيقَتِهِ يُحَوِّلُ الْمَاءَ بِمِسْحَاتِهِ فَقَالَ لَهُ يَا عَبْدَ اللَّهِ مَا اسْمُكَ قَالَ فُلَانٌ لِلِاسْمِ الَّذِي سَمِعَ فِي السَّحَابَةِ فَقَالَ لَهُ يَا عَبْدَ اللَّهِ لِمَ تَسْأَلُنِي عَنْ اسْمِي فَقَالَ إِنِّي سَمِعْتُ صَوْتًا فِي السَّحَابِ الَّذِي هَذَا مَاؤُهُ يَقُولُ اسْقِ حَدِيقَةَ فُلَانٍ لِاسْمِكَ فَمَا تَصْنَعُ فِيهَا قَالَ أَمَّا إِذْ قُلْتَ هَذَا فَإِنِّي أَنْظُرُ إِلَى مَا يَخْرُجُ مِنْهَا فَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثِهِ وَآكُلُ أَنَا وَعِيَالِي ثُلُثًا وَأَرُدُّ فِيهَا ثُلُثَهُ

...dari Abu Hurairah dari nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Saat seseorang berada di suatu padang pasir, ia mendengar suara di awan: 'Siramilah kebun si fulan' lalu awan itu menjauh dan menuangkan air. Ternyata di kebun itu ada seseorang yang tengah mengurus air dengan sekopnya. Ia bertanya padanya: 'Wahai hamba Allah, siapa namamu? ' Ia menjawab: 'Fulan.' Sama seperti nama yang ia dengar dari awan. Ia bertanya: 'Hai hamba Allah, kenapa kau tanya namaku? ' ia menjawab: 'Aku mendengar suara di awan dimana inilah airnya. Awan itu berkata: 'Siramilah kebun si fulan, namamu. Apa yang kau lakukan dalam kebunmu? ' ia menjawab: 'Karena kau mengatakan seperti itu, aku melihat (hasil) yang keluar darinya, lalu aku sedekahkan sepertiganya, aku makan sepertiganya bersama keluargaku dan aku kembalikan sepertiganya ke kebun'." (H.R. Muslim) [15]

Bab 28: Harta Kekayaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Kehendak Allah

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Itu tanpa perlu mengatakan, bahwa kalian tidak dapat mencintai dua hal pada waktu yang sama: itu tidak mungkin bagi kalian untuk mencintai harta kekayaan juga mencintai Allah. Kalian hanya dapat mencintai salah satu dari itu. Beruntunglah dia yang mencintai Allah. Jika sebagian dari kalian mencintai Dia dan membelanjakan harta kekayaan di jalan-Nya, aku menjamin bahwa harta kekayaannya akan bertambah lebih banyak dari pada yang lain, sebab harta kekayaan tidak datang dengan sendirinya, bahkan itu datang dengan kehendak Allah. Siapapun yang berpisah dari sebagian harta kekayaannya demi ridho Allah, pasti akan mendapatkannya kembali. Tapi dia yang mencintai harta kekayaannya dan tidak berkhidmat di jalan Allah seperti yang dia mau, pasti akan kehilangan harta kekayaannya. Jangan pernah membayangkan bahwa harta kekayaan kalian datang karena upaya kalian sendiri, tidak, itu datang dari Allah Yang Maha Kuasa. Dan jangan pernah membayangkan bahwa kalian telah berbuat kebaikan kepada Allah atau orang yang diutus-Nya dengan mempersembahkan uang kalian atau bantuan dengan cara lain. Bahkan itu merupakan karunia-Nya atas kalian bahwa dia menyeru kalian pada pengkhidmatan ini.” [16]

Bab 29: Nasihat Khusus Mengenai Penerimaan Candah dari Para Ahmadi Baru

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Ratusan orang menyatakan bai’at kepadaku setiap hari tapi, ketika kalian menanyai mereka, sungguh ada sedikit yang membayar candah mereka secara teratur tiap bulannya. Apa lagi yang kita harapkan dari orang yang tidak membantu gerakan ini dengan sedikit uang sesuai dengan kemampuannya? Apa kebaikan orang semacam itu bagi gerakan ini? Bahkan ketika seorang yang biasa saja pergi ke kota, betapapun mungkin melaratnya dia, dia selalu membawa pulang sesuatu, sesuai dengan kemampuannya, untuk dirinya dan anak-anaknya; maka gerakan ini, yang Allah telah dirikan bagi tujuan-tujuan yang demikian besar, tidak cukup berharga hingga dia hendak mengorbankan sedikit uang untuk itu …

Sudahkah pernah ada sebuah gerakan, apakah duniawi atau ruhani, yang dapat bertahan hidup tanpa sumbangan keuangan? Ini merupakan sarana-sarana dunia, Allah telah menakdirkan sebuah sarana bagi setiap tujuan. Betapa keakuan dan kikirnya hingga orang itu tidak dapat membelanjakan sesuatu yang sepele seperti uang bagi jalan yang demikian mulianya. Pada zaman ketika orang-orang pada biasa menyerahkan jiwa mereka seperti kambing dan domba demi agama Allah, tidak menyebutkan harta milik mereka. Lebih dari sekali Hadhrat Abu Bakar (r.a.) mengorbankan seluruh harta miliknya dan bahkan tidak menyimpan jarum bagi beliau sendiri. Hadhrat Umar dan Utsman (r.a.) berbuat yang sama sesuai dengan sarana-sarana dan kedudukan ruhani mereka. Sama halnya, seluruh sahabat Rasulullah (s.a.w.), sesuai dengan sarana dan derajat mereka, siap untuk mengorbankan diri mereka sendiri demi agama Allah beserta jiwa-jiwa dan harta milik mereka. Kini ada orang-orang yang menyatakan bai’at mereka, dan bersumpah untuk memberikan keutamaan bagi agama mereka di atas kepentingan dunia, tapi ketika tiba [waktunya] untuk membantu dan menolong agama, mereka memegang erat-erat kantong-kantong mereka. Dengan kecintaan pada dunia yang demikian dalam hati mereka, dapatkah mereka pernah berharap untuk meraih manfaat ruhani? Tak pernah. Tak pernah. Allah Yang Maha Kuasa berfirman:

لَنۡ تَنَالُوا الۡبِرَّ حَتّٰی تُنۡفِقُوۡا مِمَّا تُحِبُّوۡنَ...

‘Kalian tidak dapat meraih kebajikan kecuali kalian membelanjakan di jalan Allah apa yang kalian cintai’… (QS Ali ‘Imran: 93 [dengan basmallah])

Oleh sebab itu, aku tekankan atas kalian semua, apakah yang hadir atau tidak hadir, untuk memberi tahu saudara-saudara kalian mengenai Candah dan berusaha untuk membawa saudara-saudara kalian yang lemah dalam sistem Candah. Kesempatan ini tidak akan pernah ada lagi.” [17]

Bab 30: Membelanjakan Harta di Jalan Allah Akan Memperpanjang Umur

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Jika kalian berbuat amal-amal soleh dan melakukan suatu khidmat pada masa ini, kalian akan menetapkan meterai (cap) atas keikhlasan kalian. Kalian akan hidup lebih lama dan harta kekayaan kalian akan meningkat.” [18]

Bab 31: Allah Memberi Petunjuk kepada Kalian

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Kita memuji Allah dan memohonkan berkat-berkat bagi Nabi-Nya, yang penuh kasih sayang dan terpercaya, dan bagi keturunan beliau yang suci dan bersih, dan bagi murid-murid beliau yang sempurna. Murid-murid ini berjuang di jalan Allah dan, memutuskan diri mereka sendiri dengan dunia, menundukkan diri mereka secara sempurna di hadapan Dia. Maka, wahai sahabat-sahabat, kalian hendaknya mengetahui – dan semoga Allah mengasihi kalian – bahwa seorang pemberi petunjuk telah datang kepada kalian dari Allah pada waktu yang ditetapkan. Kasih sayang Allah telah datang untuk menolong kalian pada awal abad ini. Kalian sedang menantikan seorang pemberi petunjuk seperti orang kehausan, maka kini dia telah datang dengan karunia Allah, supaya dia boleh memperingatkan orang-orang yang para leluhurnya tidak diberi peringatan dan supaya orang-orang yang berbuat jahat akan menjadi nyata. Dia telah diperintahkan untuk menyeru kalian kepada Kebenaran dan Keimanan dan membimbing kalian pada jalan lurus dan mengungkapkan kepada kalian semua yang akan melayani kalian pada hari penghakiman. Karenanya, dia telah mengajari kalian Kebenaran dan Pemahaman, karena kalian tak pernah dapat mengetahuinya sendiri. Karenanya, dia telah dengan sepenuhnya menyampaikan pesan Tuhan kepada kalian dan telah memberikan kalian pemahaman. Kalian telah melihat apa yang para leluhur kalian tidak lihat, dan kalian menjumpai cahaya kepastian yang mereka tidak [jumpai]. Oleh sebab itu, janganlah menolak berkat-berkat Allah dan jangan masa bodoh. Aku melihat di antara kalian orang-orang yang tidak menghargai Allah sebagaimana yang seharusnya dilakukan. Mereka berkata bahwa mereka beriman sedangkan mereka (orang lain) tidak beriman. Apakah mereka pikir mereka melakukan kebajikan untuk Allah? Tidak, semua kebajikan adalah dari Dia, seandainya saja mereka mengetahui! Segala Keagungan dan Kebesaran adalah milik-Nya. Jika kalian tidak peduli kepada-Nya, Dia akan berpaling dari kalian dan mendatangkan orang-orang lain, dan kalian tak akan dapat membuat kerugian bagi-Nya. Ini adalah hari-hari Allah dan hari-hari dari Tanda-Tanda-Nya. Karenanya takutlah kepada Allah dan hari-hari-Nya jika kalian takut kepada-Nya. Segera kalian akan dikembalikan kepada Allah dan dimintai pertanggung jawaban, dan aku tidak melihat sesuatu dari harta kekayaan dan milik kalian pergi beserta kalian. Maka, datanglah pada kesadaran kalian dan jangan bodoh. Berdirilah dengan ketaatan dan siap untuk mengorbankan jiwa-jiwa kalian dan harta milik kalian di jalan-Nya.

Apakah kalian berharap Allah ridho kepada kalian sedangkan kalian tidak melakukan dengan penuh kejujuran apa seharusnya dilakukan? Kalian tidak akan mencapai kebajikan hingga kalian membelanjakan dari apa yang kalian cintai. Mengapa kalian tidak memahami? Apakah kalian berpikir bahwa kalian akan dibiarkan hidup dan tak akan pernah mati? Aku telah diperintahkan untuk memperingatkan kalian, dan biarlah aku memberi tahu kalian bahwa Allah melihat semua amal kalian dan Dia menyeru kalian untuk menolong dia dengan jiwa-jiwa kalian dan milik kalian. Maka apakah kalian akan taat? Siapapun di kalangan kalian yang menolong Allah, Allah akan menolong dia. Apapun yang dia berikan kepada Allah, akan dikembalikan kepadanya berkali lipat, sebab Dia adalah Maha Pemurah melebihi orang yang pemurah. Oleh sebab itu, bangkitlah dan berupayalah berlomba satu sama lain. Allah mengetahui orang-orang yang unggul dan Dia mengetahui orang-orang yang beriman dan terutama mengenai Bai’at dan janji mereka. Dia mengetahui orang-orang yang beramal soleh dan tetap bergerak maju dan bersabar. Bagi orang-orang ini ada keselamatan, karunia istimewa dan ridho Allah. Orang-orang setia yang sebenarnya adalah hamba-hamba-Nya yang suci.” [19]

Bab 32: Keputusan Akhir

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Ini bukanlah sebuah pengumuman biasa, bahkan itu merupakan keputusan akhir berkenaan dengan orang-orang yang mendakwakan diri menjadi para pengikutku. Allah Yang Maha Kuasa telah memberi tahuku bahwa aku terhubung hanya dengan orang-orang, dan hanya yang demikianlah para pengikutku pada pandangan Allah, yang menyibukkan diri dengan menolong dan membantu aku. Tapi ada banyak yang menipu Allah. Kini, dengan berawalnya sistem baru ini, setiap orang harus berjanji lagi dan memberi tahuku secara tertulis bahwa dia akan memandang dirinya terikat untuk mengirimkan kepadaku jumlah tertentu setiap bulan. Seharusnya tak akan ada [alasan] ‘kalau-kalau dan tapi-tapi’ mengenainya. Telah ada beberapa orang yang tidak menjaga perkataan mereka dan dengan demikian berdosa terhadap Allah. Kini setiap orang wajib mempertimbangkan secara hati-hati dan menjanjikan jumlah yang dia dapat bayar setiap bulan, bahkan jika itu satu paisa. Jangan coba menipu Allah atau akal-akalan dengan Dia. Setiap orang yang mengikuti aku hendaknya mengikatkan diri untuk membayar jumlah tertentu setiap bulan, apakah itu satu paisa atau satu dhela. Orang yang tidak berjanji untuk memberikan sesuatu tidak pula berusaha untuk membantu Gerakan ini dengan suatu cara lain, adalah seorang munafik dan dia tidak akan tetap ada dalam gerakan ini. Aku akan menunggu tiga bulan sesudah penerbitan pengumuman untuk melihat jika masing-masing dari para pengikutku setuju untuk membantu aku dengan jumlah tertentu setiap bulan. Seseorang yang tidak menanggapi selama periode ini akan dikeluarkan dari Jama’at ini. Dan jika seseorang membuat janji tapi gagal untuk mengirimkan uangnya selama tiga bulan, dia juga akan dikeluarkan. Dan karenanya tak ada orang takabur dan masa bodoh yang tak ada bantuannya akan dapat tetap ada dalam Jama’at.[20]

Lain-lain

عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَاكُمْ الْمُصَدِّقُ فَلْيَصْدُرْ عَنْكُمْ وَهُوَ عَنْكُمْ رَاضٍ

...dari Jarir bin Abdullah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika seorang amil zakat mendatangi kalian, maka hendaklah ia kembali dalam keadaan ridla atas kalian." (H.R. Muslim) [21]

قَالَ عَبْدُ اللَّهِ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّكُمْ مَالُ وَارِثِهِ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ مَالِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا مِنَّا أَحَدٌ إِلَّا مَالُهُ أَحَبُّ إِلَيْهِ قَالَ فَإِنَّ مَالَهُ مَا قَدَّمَ وَمَالُ وَارِثِهِ مَا أَخَّرَ

Abdullah berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapakah diantara kalian yang harta pewarisnya lebih ia cintai daripada hartanya sendiri?" Mereka menjawab; 'Wahai Rasulullah, tidak ada diantara kami melainkan hartanya lebih ia cintai daripada harta pewarisnya.' Beliau bersabda: 'Hartamu adalah apa yang telah engkau dahulukan sedang harta pewarismu adalah apa yang engkau tangguhkan.' (H.R. Al-Bukhari) [22]

Catatan Kaki

  1. Kemenangan Islam, Ruhani Khazain, jil. 3, hal. 10-12
  2. Kemenangan Islam, Ruhani Khazain, jil. 3, hal. 33-34
  3. Majmu’ah Isytiharat, jil. 3, hal. 165-166
  4. Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab keutamaan jihad, Bab Keutamaan berderma fii sabiilillah
  5. Hadits Shahih Muslim, Kitab Zakat, Bab Anjuran untuk sedekah dan berita gembira bagi orang yang suka berinfaq dengan pahala
  6. Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab Berbakti dan menyambung silaturrahim, Bab Dermawan
  7. Bahtera Nuh, Ruhani Khazain, jil. 19, hal. 83
  8. Tafsir Hadhrat Masih Mau’ud (as), jil.2, hal. 131
  9. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Zakat, Bab Firmam Allah "Adapun orang yang memberikan (hartanya) dan bertaqwa serta membenarkan balasan yang terbaik (Surga)…."
  10. Tabligh-e-Risalat, jil. 10, hal. 55-56
  11. Hadits Shahih Muslim, Kitab Zakat, Bab Dorongan untuk infak larangan dari sikap pelit
  12. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Zakat, Bab Membelanjakan Harta Sesuai Haknya
  13. Misykat, Kitabuz Zakat
  14. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Hal-hal yang melunakkan hati, Bab Sabda nabi Shallallahu'alaihiwasallam "Aku tidak suka jika aku mempunyai seperti"
  15. Hadits Shahih Muslim, Kitab Zuhud dan kelembutan hati, Bab Sedekah untuk orang miskin
  16. Majmu’ah Isytiharat, jil. 3, hal. 497-498
  17. Malfuzhat, jil. 3, hal. 359-360
  18. Tabligh-e-Risalat, jil. 10, hal. 56
  19. Majmu’ah Isytiharat, jil. 3, hal. 151-153
  20. Majmu’ah Isytiharat, jil. 3, hal. 468-469
  21. Hadits Shahih Muslim, Kitab Zakat, Bab Ridla pengambil zakat selama ia tidak meminta yang haram
  22. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Hal-hal yang melunakkan hati, Harta yang diinfakkan adalah harta sejati