Bab 01: Pengertian Iman
Iman (bahasa Arab: الإيمان) secara bahasa berarti 'percaya'.
Kaum Mukminin adalah nama lain dari orang-orang yang beriman.
Berdasarkan satu riwayat, definisi iman adalah sebagai berikut,
Artinya: ...dari ‘Umar bin Khaththâb r.a, ia berkata: ‘Kami sedang duduk-duduk di sisi Rasulullah saw lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan, dan tidak ada seorangpun dari kami yang mengenalnya. Hingga dia mendatangi Nabi (saw), lalu menyandarkan lututnya pada lutut beliau dan meletakan kedua telapak tangannya pada paha beliau, kemudian dia bertanya: ‘Apa iman? Rasulullah saw menjawab: ‘Kamu beriman kepada Allah dan malaikat-Nya, dan kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, dan takdir baik dan buruk...” (H.R. Tirmidzi) [1]
Bab 02: Rukun Iman Pertama
Iman yang pertama adalah Iman kepada Allah. Allah Ta'ala berfirman,
Artinya: ”Allah memberi kesaksian bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Dia dan demikian pula malaikat-malaikat dan orang-orang berilmu, yang berpegang teguh pada keadilan; tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana”. (QS Ali-Imran 3:19)
Tidak ada paksaan dalam agama. Sungguh jalan benar itu nyata bedanya dari kesesatan, karena itu barangsiapa ingkar kepada Tāghūt dan beriman kepada Allah, maka sungguh ia telah berpegang kepada suatu pegangan yang sangat kuat lagi tidak akan putus, dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS Al-Baqarah 2:257)
Allah adalah nama Dzat Maha Agung, pemilik tunggal semua sifat kesempurnaan dan sama sekali bebas dari segala kekurangan. Dalam bahasa Arab kata “Allah” itu tidak pernah dipakai untuk benda atau Dzat lain apa pun. Tiada bahasa lain memiliki nama tertentu atau khusus untuk Dzat Yang Maha Agung itu. Nama-nama yang terdapat dalam bahasa-bahasa lain, semuanya nama-penunjuk-sifat atau nama pemberian (pelukisan) dan seringkali dipakai dalam bentuk jamak; akan tetapi, kata “Allah” tidak pernah dipakai dalm bentuk jamak. Kata “Allah” dipergunakan di seluruh terjemahan ayat-ayat Al-Qur’an. Pandangan ini didukung oleh para alim bahasa Arab terkemuka. Menurut pendapat yang paling tepat, kata “Allah” itu, nama wujud bagi Dzat yang wajib adanya menurut Dzatnya sendiri, memiliki segala sifat kesempurnaan, dan huruf al adalah tidak terpisahkan dari kata itu. [2] [3]
Tuhan kita adalah Maha Esa dalam Wujud-Nya dan dalam Sifat-sifat-Nya. Tidak ada wujud lainnya yang bersifat abadi dan tegak dengan sendirinya seperti Wujud-Nya. Begitu juga sifat-sifat dari wujud lain yang menyamai Sifat-sifat-Nya. Pengetahuan seseorang membutuhkan seorang guru dan itu pun tetap terbatas. Pengetahuan Tuhan tidak memerlukan guru dan tanpa batas. Kemampuan pendengaran seseorang tergantung kepada udara dan bersifat terbatas, tetapi sifat mendengar yang dimiliki Allah Ta’ala bersifat inheren dan tanpa batas. Kemampuan penglihatan manusia tergantung kepada adanya sinar matahari atau sumber sinar lainnya serta bersifat terbatas, sedangkan penglihatan Tuhan adalah berasal dari Nur yang inheren dalam Wujud-Nya dan tanpa batasan. Kemampuan manusia untuk mencipta tergantung pada sarana dan waktu serta bersifat terbatas. Kemampuan Allah mencipta tidak bergantung pada apa pun, tidak juga pada waktu dan bersifat tanpa batas. Semua sifat-sifat-Nya tanpa banding dan tidak ada apa pun yang sepadan dengan Wujud-Nya atau pun sifat-sifat-Nya. Jika ada sifat-Nya yang dianggap cacat maka keseluruhan sifat-Nya juga pasti akan cacat dan karena itu ke-Esaan-Nya tidak bisa ditegakkan sepanjang belum menyadari bahwa Dia itu tidak ada yang menyamai dalam Wujud-Nya. Dia bukan putra siapa pun dan tidak ada siapa pun yang menjadi putra-Nya. Dia itu tegak dengan sendiri-Nya dan tidak membutuhkan ayah ataupun anak. Inilah Ketauhidan yang diajarkan Al-Qur’an dan menjadi dasar dari agama kita. [4] [3]
Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,
"Adalah pendapat yang salah sama sekali mengharapkan bisa beriman kepada Ke-Esaan Allah s.w.t. tanpa melalui bimbingan Yang Mulia Rasulullah saw dan juga tak akan mungkin memperoleh keselamatan tanpa hal tersebut. Bagaimana mungkin bisa muncul keimanan kepada Ketauhidan Ilahi jika tidak yakin sepenuhnya akan eksistensi-Nya? Percaya dan yakinlah bahwa keimanan kepada Ketauhidan Ilahi hanya dapat dicapai melalui seorang Nabi sebagaimana Nabi Suci Rasulullah s.a.w. telah meyakinkan para ateis dan umat pagan di Arabia mengenai eksistensi Allah yang Maha Kuasa dengan memperlihatkan kepada mereka beribu-ribu tanda-tanda samawi. Sampai dengan hari ini, para pengikut yang benar dan sejati dari Hazrat Rasulullah s.a.w. bisa memperlihatkan tanda-tanda itu kepada para ateis.” [5] [3]
Bab 03: Rukun Iman Kedua
Iman yang kedua adalah Iman kepada malaikat-malaikat Allah. Allah menciptakan para malaikat supaya mereka menyembah dan mengikuti perintah-Nya. Para malaikat ini, dengan perintah Allah, memelihara dan mengendalikan seluruh alam semesta. Malaikat juga dapat dipahami sebagai manusia yang memiliki sifat kerohanian yang sempurna. [6]
Terkait dengan keimanan kepada Malaikat, Hadhrat Masih Mau'ud (as), menulis;
Aku meyakini bahwa malaikat itu milik Allah s.w.t. dan mereka itu berada dekat dengan Wujud-Nya. Bagi setiap malaikat sudah ditentukan posisi kedudukannya masing-masing. Tidak ada dari mereka yang bergerak dari posisi tersebut, baik naik atau pun turun. Turunnya mereka sebagaimana yang diungkapkan dalam Al-Qur’an tidak sama dengan turunnya seorang manusia dari tempat ketinggian ke tempat yang lebih rendah, dan naiknya malaikat berbeda dengan kenaikan manusia ke suatu tempat yang lebih tinggi. Naik atau turunnya manusia terkait dengan perubahan dalam posisinya yang dilakukan dengan mengeluarkan upaya dan tenaga, sedangkan malaikat tidak perlu mengeluarkan tenaga atau pun melakukan perubahan posisi. Karena itu jangan kalian mengira bahwa naik atau turunnya malaikat sama dengan naik atau turunnya jasad lain. Kenaikan dan turunnya malaikat mirip dengan naik dan turunnya Tuhan dari dan ke Arasy-Nya serta dari dan ke langit bumi. [7] [8]
Tidak ada dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa Tuhan itu bisa berubah sifat, tetapi jelas dikatakan kalau manusia memang mudah berubah. Adapun Tuhan menjalankan proses perubahan sejalan dengan kodrat-Nya. Ketika seorang anak berada di dalam rahim maka ia dihidupi oleh darah ibunya dan ketika telah lahir maka ia dihidupi pada awalnya oleh susu dan setelah itu dengan makanan lainnya. Allah (swt) telah mengatur hal ini dalam suatu proses yang berlangsung bersama waktu. Ketika anak itu berada dalam rahim maka Tuhan mengatur agar partikel-partikel internal dalam tubuh ibunya untuk memproduksi darah baginya. Ketika sudah lahir maka pengaturan tersebut dibatalkan. Malaikat sebagai partikel-partikel yang mengatur susu ibu, diperintahkan untuk menghasilkan susu. Begitu anak itu selesai masa susuannya maka perintah itu pun dibatalkan dan malaikat yang merupakan partikel bumi diperintahkan untuk menghasilkan makanan dan minuman baginya sampai akhir hayatnya. Hal-hal seperti inilah yang menjadi gambaran perubahan dalam firman Tuhan. Tuhan sudah memberitahukan kepada kita melalui Al-Qur’an bahwa sistem alamiah ini tidak berjalan dengan sendirinya dan bahwa semua partikel atau zarah dari semua benda-benda mendengar perintah Tuhan dan berlaku sebagai malaikat-Nya. Para malaikat tersebut ditugaskan oleh Wujud-Nya untuk melaksanakan berbagai fungsi yang telah ditetapkan atas mereka masing-masing dimana mereka melaksanakan semuanya sejalan dengan perintah-Nya. Partikel dari emas akan menghasilkan emas, partikel perak menghasilkan perak, partikel mutiara akan menghasilkan mutiara, sedangkan partikel dari tubuh manusia menyiapkan anaknya di dalam rahim. Keseluruhan partikel tersebut tidak berfungsi atas kemauannya sendiri, melainkan mengikuti perintah suara Tuhan dan bekerja sejalan dengan itu. Itulah sebabnya mereka disebut sebagai malaikat-Nya. Malaikat terdiri dari bermacam jenis dan mereka semua itu termasuk malaikat bumi. Adapun malaikat langit melaksanakan pengaruhnya dari langit seperti sinar matahari yang merupakan malaikat Tuhan yang menjadikan masak buah-buahan di pohon dan berbagai fungsi lainnya. Angin adalah malaikat Tuhan yang menghimpun awan yang mempengaruhi ladang pertanian dengan berbagai cara. Di samping mereka terdapat banyak lagi berbagai malaikat dengan fungsinya masing-masing. Alam menjadi saksi bahwa malaikat merupakan wujud yang esensial dan kita bisa menyaksikan kinerjanya dengan mata kita sendiri. [9] [8]
Patut diingat bahwa dalam syariah Islam tidak ada dikatakan kalau malaikat khusus derajatnya lebih tinggi dari orang-orang khusus tertentu. Bahkan dinyatakan bahwa manusia-manusia khusus tersebut derajatnya lebih tinggi dbanding malaikat. Fungsi para malaikat sebagai mediator dalam sistem fisik dan spiritual tidak menunjukkan superioritas mereka. Sebagaimana diungkapkan dalam Al-Qur’an, mereka itu diberi tugas dengan fungsi sebagai pelayan sebagaimana dinyatakan Allah (swt):
‘Dia telah menundukkan matahari dan bulan agar mengabdi kepadamu’ (Q.S. Ibrahim 14:34)
Di tempat lain dikemukakan:
“Ingatlah ketika Tuhan-mu berkata kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah liat, dan demikianlah apabila telah Ku-bentuk dia hingga jadi sempurna dan telah Ku-tiupkan roh-Ku ke dalamnya maka sungkurkanlah dirimu, tunduk kepadanya.’ Maka para malaikat pun bersujudlah mereka semua bersama-sama, kecuali Iblis tidak. Ia bersitakabur dan ia termasuk orang-orang kafir’ (QS. Shad 38:72-75).
Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,
Salah satu pertanyaan yang mencuat ialah: ‘Mengapa Tuhan yang Maha Kuasa memerlukan malaikat-malaikat untuk mengoperasikan segala rancangan-Nya? Apakah kerajaan-Nya bergantung juga pada pegawai dan staf sebagaimana halnya pemerintahan manusia dan apakah Dia juga memerlukan bala tentara?’ Jawaban untuk itu ialah Tuhan tidak membutuhkan apa pun, baik malaikat, bulan, bintang atau pun matahari, hanya saja Dia menginginkan bahwa kekuasaan-Nya diperlihatkan melalui mediasi berbagai sarana agar kebijakan dan pengetahuan bisa berkembang di antara umat manusia. Jika tidak ada mediasi seperti itu maka tidak akan ada ahli astronomi, ahli fisika, ahli kedokteran atau pun ahli botani. Adalah pemanfaatan dari sarana-sarana tersebut yang memunculkan ilmu-ilmu pengetahuan di kalangan manusia. Jika kalian renungkan maka kalian akan menyadari bahwa menyangkal pemanfaatan malaikat sama saja dengan menyangkal pemanfaatan mentari, bulan, flora, mineral dan unsur-unsur alam lainnya. Mereka yang mempunyai wawasan batin mengetahui bahwa setiap zarah yang ada berfungsi sejalan dengan rancangan Ilahi dimana bahkan setetes air pun yang masuk ke dalam diri kita tidak bisa menghasilkan hal yang merugikan atau menguntungkan tanpa perkenan Ilahi. Dengan demikian, sebenarnya semua partikel dan benda-benda langit pada realitasnya adalah sejenis malaikat yang beroperasi melayani setiap saat, sebagian melayani kebutuhan jasmani manusia dan sebagian lagi kebutuhan ruhaninya. Yang Maha Bijak yang telah memilih berbagai media bagi pengembangan jasmani manusia dan menciptakan demikian banyak mediator jasmani guna mempengaruhi jasad manusia dalam berbagai cara, begitu juga Dia yang Maha Tunggal, yang kinerja-Nya selalu mengandung kesatuan dan simetri, telah menentukan bahwa pengembangan keruhanian manusia juga harus mengikuti sistem yang sama dengan pengembangan jasmani agar kedua sistem itu (yang eksternal mau pun yang internal, yang jasmani mau pun ruhani) melalui keseimbangan dan keselarasan di antara keduanya hanya akan mengarah kepada Satu Pencipta yang mengatur segala sesuatu menurut kehendak-Nya.
Hal inilah yang menjadi alasan bahwa untuk pengembangan jasmani dan ruhani manusia, ditetapkanlah para malaikat sebagai mediator. Semua mediator tersebut berada di bawah kendali Allah s.w.t. laiknya sebuah mesin yang dikendalikan Tangan-Nya. Mereka ini tidak mempunyai keinginan tersendiri dan juga tidak mempunyai kekuasaan kendali apa pun. Seperti halnya udara mempengaruhi tubuh kita dengan perkenan Ilahi dan keluarnya pun dengan perkenan-Nya, begitu juga halnya dengan para malaikat: ‘Mereka kerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka’ (Q.S. An-Nahl [16]: 51). Sayang sekali Pandit Dayanand menyangkal adanya sistem pendaya-gunaan malaikat ini. Kalau saja ia memiliki pengetahuan tentang sistem ragawi dan ruhani dari Tuhan, maka ia tidak akan menyangkal hal ini dan meyakini akan keluhuran ajaran Al-Qur’an sebagai gambaran yang benar dari sistem hukum alam. [10] [8]
Bab 04: Rukun Iman Ketiga
Iman yang ketiga adalah Iman kepada Kitab-kitab Allah. Umat Islam meyakini bahwa Allah telah menurunkan hukum-Nya secara bertahap kepada umat manusia melalui para nabi-Nya, sehingga umat Islam meyakini Taurat Musa (as), Mazmur Daud (as) dan Injil Nabi Isa (as) sebagai kitab suci, serta kitab suci semua rasul Allah lainnya. Namun, umat Islam percaya bahwa semua wahyu-wahyu tersebut terbatas pada masa dan kaum tertentu dan tidak lagi dipelihara dalam kemurnian isinya, tetapi telah terdistorsi. Semua Kitab Suci telah sampai pada puncaknya dan telah sempurna dalam bentuk Al-Qur’an (sebagaimana semua agama telah disempurnakan melalui Islam). [6]
Iman Kepada Alquran
Allah Ta'ala berfirman,
Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan menggenapi apa yang ada padamu, dan janganlah kamu menjadi orang-orang yang pertama-tama kafir terhadapnya, janganlah kamu menjual ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah dan hanya kepada-Ku-lah hendaknya kamu bertakwa. (QS Al-Baqarah 2:42)
Iman kepada Kitab-Kitab Terdahulu
Allah Ta'ala berfirman,
Dan mereka yang beriman kepada apa yang diturunkan kepada engkau, juga kepada apa yang telah diturunkan sebelum engkau dan kepada akhirat pun mereka yakin. (QS Al-Baqarah 2:5)
Bab 05: Rukun Iman Keempat
Iman yang keempat adalah Iman kepada Rasul-rasul Allah. Para Nabi Allah dipilih dari antara manusia. Mereka memberi teladan sempurna terkait akhlak dan rohani. Mereka menuntun umat manusia kepada Allah dengan menyampaikan wahyu Ilahi dan juga dengan menampilkan teladan kesucian dan ketakwaan. Nabi Muhammad (Shallallahu ‘alaihi wasallam) merupakan pemimpin para Nabi, dan Beliau membawa petunjuk yang sempurna dari Allah untuk umat manusia. Beliau datang sebagai rahmat bagi umat manusia. [6]
Allah Ta'ala berfirman,
“Wahai Tuhan kami, kami beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami mengikuti Rasul ini maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi.” (QS Ali-'Imran 3:54)
Katakanlah olehmu, “Kami beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan keturunannya, dan beriman pada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, dan apa yang diberikan kepada para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kepada-Nya kami berserah diri.” (QS Al-Baqarah 2:137)
Rasul ini beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan begitu pula orang-orang beriman, semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya, mereka berkata, ”Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari antara Rasul-rasul-Nya”, dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Kami mohon ampunan Engkau wahai Tuhan kami, dan kepada Engkau-lah kami kembali.” (QS Al-Baqarah 2:286)
Bab xx: Rukun Iman Kelima
Iman yang kelima adalah Iman kepada Hari Kiamat atau Hari Pembalasan. Salah satu keyakinan yang paling ditekankan dalam Al-Qur’an adalah beriman pada Hari Pembalasan. Islam mengajarkan bahwa kematian jasmani bukanlah akhir keberadaan manusia, melainkan pintu menuju bentuk kehidupan yang lebih tinggi yang dapat mendekatkan seseorang kepada Allah, sesuai dengan perbuatan seseorang dalam kehidupan di dunia ini. Menurut Al-Quran, pada Hari Penghisaban seluruh dunia akan berakhir, dan orang mati akan dibangkitkan. Perbuatan mereka akan dihakimi dan mereka akan diberi ganjaran yang sesuai. Orang-orang yang memiliki catatan kebaikan maka ia akan mendapatkan surga, sedangkan orang-orang yang melakukan perbuatan jahat ia akan dijerumuskan ke Neraka. Keimanan ini menjadi alat pertanggungjawaban yang kuat dalam kehidupan ini, artinya, pada akhirnya pertanggungjawaban atas tindakan dan perbuatan kita adalah kepada Allah Ta’ala di akhirat.[6]
Bab 0x: Rukun Iman Keenam
Iman yang pertama adalah Iman kepada Qadha dan Qadar. Takdir Ilahi artinya adalah Kehendak Allah. Umat Islam percaya bahwa Takdir Ilahi mengatur hasil akhir dari semua tindakan di dunia ini. Takdir merupakan hukum atau ukuran dari sesuatu yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam Al-Qur’an, istilah ini dijelaskan sebagai hukum universal Allah yang bekerja melalui seluruh ciptaan, yang menjangkau seluruh alam semesta. Dalam batas-batas Takdir Ilahi ini, manusia diberikan kehendak bebas.[6]
Bab xx: Iman kepada yang Ghaib
Allah Ta'ala berfirman,
"Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian dari yang Kami rezekikan kepadanya." (QS Al-Baqarah 2:4)
Iman Kepada Surga dan Neraka
Bab xx: Kenabian
Perbedaan Nabi dan Rasul
Khataman Nabiyyin
Bab xx: Imam Mahdi
Bab xx: Al-Masih Al-Mau'ud
Bab xx: Khilafat
Bab xx: Lawan dari Iman
Allah Ta'ala berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang kafir sama saja bagi mereka, apakah engkau memperingatkan mereka atau pun engkau tidak memperingatkan mereka, mereka tidak akan beriman." (QS Al-Baqarah 2:7)
Bab xx: Golongan Munafik bukan Bagian dari Golongan Kaum Mukminin
Allah Ta'ala berfirman,
Dan di antara manusia ada yang berkata, ”Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian”, padahal mereka bukanlah orang-orang yang beriman. (QS Al-Baqarah 2:9)
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal mereka tidak menipu melainkan diri mereka sendiri, tetapi mereka sama sekali tidak menyadari. (QS Al-Baqarah 2:10)
Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”, mereka berkata: “Apakah kami harus beriman sebagaimana orang-orang bodoh telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya mereka itu orang-orang bodoh tetapi mereka tidak mengetahui. (QS Al-Baqarah 2:14)
Dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang beriman, mereka berkata: “Kami pun telah beriman”. Tetapi apabila mereka pergi kepada pemimpin-pemimpin mereka, mereka berkata: “Sesungguhnya kami beserta kamu, bkami hanya berolok-olok.” (QS Al-Baqarah 2:15)
Bab xx: Kabar Suka bagi orang yang beriman dan Beramal Saleh
Allah Ta'ala berfirman,
Dan sekiranya mereka beriman dan bertakwa, tentu mereka akan meraih ganjaran terbaik dari sisi Allah, seandainya mereka mengetahui. (QS Al-Baqarah 2:104)
Dan orang-orang yang ber-iman serta mengerjakan amal saleh mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. (QS Al-Baqarah 2:83)
Dan berilah kabar suka kepada orang-orang beriman dan beramal saleh bahwasanya bbagi mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, dan akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, dan bagi mereka di dalamnya ada jodoh-jodoh yang suci, dan mereka akan kekal di dalamnya. (QS Al-Baqarah 2:26)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, beramal saleh, mendirikan shalat dan membayar zakat, bagi mereka ada ganjarannya di sisi Tuhan mereka, tidak ada ketakutan pada mereka dan tidak pula mereka akan bersedih. (QS Al-Baqarah 2:278)
Bab xx: Iman Tidak Boleh Setengah-setengah
Allah Ta'ala berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam kepatuhan seutuhnya dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya ia bagimu musuh yang nyata. (QS Al-Baqarah 2:209)
Kemudian kamulah orang-orang yang membunuh satu sama lain dan mengusir segolongan kamu dari kampung halaman mereka, sambil membantu musuh-musuh mereka dalam dosa dan pelanggaran. Dan jika mereka datang kepadamu selaku tawanan, kamu menebus mereka, padahal pengusiran mereka telah diharam-kan bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebagian Alkitab dan mengingkari kepada sebagian lainnya? Maka tak ada balasan bagi orang yang berbuat demikian di antaramu kecuali kehinaan dalam kehidupan dunia, dan pada Hari Kiamat mereka akan di-kembalikan kepada azab yang sangat keras, dan sesungguhnya Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Baqarah 2:86)
Dan aapabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kepada apa yang telah Allah berkata: turunkan”, mereka “Kami hanya beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada kami”, dan mereka ingkar kepada yang diturunkan sesudahnya, padahal itulah kebenaran yang menggenapi apa yang ada pada mereka. Katakanlah: ”Lalu mengapa kamu membunuh nabi-nabi Allah sebelum ini, jika kamu orang-orang beriman?” (QS Al-Baqarah 2:92)
Bab xx: Perintah bagi Orang yang Beriman untuk Meminta Pertolongan dengan Sabar dan Melaksanakan Shalat
Allah Ta'ala berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat; sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS Al-Baqarah 2:154)
Bab xx: Perintah bagi Orang yang Beriman untuk Memakan Makanan yang Baik
Allah Ta'ala berfirman,
Hai orang-orang yang beriman! makanlah dari antara barang-barang thayib yang Kami rezekikan kepadamu, dan bersyukurlah kepada Allah, jika hanya kepada-Nya kamu menyembah. (QS Al-Baqarah 2:173)
Bab xx: Perintah bagi orang yang Beriman untuk Berhijrah dan Berjihad
Allah Ta'ala berfirman,
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, yang berhijrah dan yang berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS Al-Baqarah 2:219)
Bab xx: Perintah bagi Orang-orang yang Beriman untuk Berkorban
Allah Ta'ala berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, bbelanjakanlah dari apa yang telah Kami rezekikan kepada kamu sebelum datang hari yang tidak ada jual-beli, tidak ada persahabatan, dan tidak pula syafa’at di dalam-nya, dan orang-orang kafir itulah orang-orang aniaya. (QS Al-Baqarah 2:255)
Bab xx: Perintah bagi Orang-orang yang Beriman untuk Kewajiban Berpuasa
Allah Ta'ala berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelummu, supaya kamu terpelihara dari segala keburukan. (QS Al-Baqarah 2:184)
Bab xx: Perintah bagi Orang-orang yang Beriman untuk Meminta Ampun
Allah Ta'ala berfirman,
Orang-orang yang berkata, “Wahai Tuhan kami, sesungguh-nya kami telah beriman, maka dampunilah dosa-dosa kami, dan peliharalah kami dari azab Api.” (QS Ali 'Imran 3:17)
Bab xx: Perintah bagi orang yang Beriman untuk Mencari Jodoh yang Satu Keimanan
Allah Ta'ala berfirman,
Dan janganlah kamu menikahi perempuan-perempuan musyrik hingga mereka beriman; sebenarnya hamba sahaya perempuan yang beriman itu lebih baik dari perempuan musyrik meskipun ia memikat hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan perempuan yang beriman dengan laki-laki musyrik hingga mereka beriman, dan sungguh hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik dari pada laki-laki musyrik, meskipun ia memikat hatimu. Mereka mengajak ke Api, sedangkan Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Dia menjelaskan Tanda-tanda-Nya kepada manusia supaya mereka mendapat nasihat. (QS Al-Baqarah 2:222)
Bab xx: Perintah bagi orang yang Beriman untuk Mencatat Utang
Allah Ta'ala berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu berhutang kepada sesamamu untuk masa tertentu, maka hendaklah menuliskannya, dan hendaklah seorang juru tulis di antaramu menuliskannya dengan jujur, dan janganlah juru tulis itu menolak untuk menuliskan, sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah ia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berhak yakni yang berhutang itu mendiktekan dan ia harus bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi darinya sedikit pun. Tetapi jika orang yang berhak itu kurang berakal atau lemah, atau ia tidak mampu mendiktekan maka walinya harus mendiktekan dengan adil. Dan tetapkanlah dua orang saksi laki-laki di antara kamu, tetapi jika tidak ada dua orang laki-laki maka boleh seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari antara saksi-saksi yang kamu sukai, supaya jika seorang dari kedua perempuan keliru, maka seorang lagi dapat mengingatkan yang lain. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apabila mereka dipanggil. Dan janganlah kamu enggan menuliskannya, baik kecil maupun besar beserta batas waktu pembayarannya. Hal demikian adalah lebih adil di sisi Allah dan lebih menegakkan kesaksian serta lebih dekat supaya kamu tidak ragu, kecuali jika perdagangan tunai yang kamu lakukan di antaramu maka tidak ada dosa atasmu jika kamu tidak menuliskannya. Dan tetapkanlah saksi apabila kamu berjual-beli, tetapi juru tulis mau pun saksi janganlah disusahkan, dan jika kamu melakukannya, maka sungguh itu suatu kedurhakaan pada dirimu. Dan takutlah kepada Allah maka Allah akan mengajarimu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Baqarah 2:283)
Bab xx: Perintah bagi Orang-orang yang Beriman untuk Meninggalkan Riba
Allah Ta'ala berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan tinggalkanlah yang masih tersisa dari riba jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman. (QS Al-Baqarah 2:279)
Bab xx: Ciri Orang yang Beriman: Menolong Agama Allah (Berkhidmat kepada Agama)
Maka tatkala Isa merasa ada kekufuran pada kaumnya ia berkata, ”Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?” Para Hawari berkata, “Kamilah para penolong di jalan Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri. (QS Ali-'Imran 3:53)
Bab xx: Ciri Orang yang Beriman Tidak Menghalangi Seorang Jandanya untuk Menikah
Allah Ta'ala berfirman,
Dan apabila kamu menjatuhkan talak kepada perempuan-perempuan lalu mereka mendekati akhir masa ‘iddah mereka, maka janganlah kamu menghalanginya untuk menikah lagi dengan suami-suami mereka yang lama, jika antara mereka saling merelakan dengan cara yang baik. Itulah yang dinasihatkan bagi siapa di antara kamu yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih beberkat bagimu dan lebih suci, dan Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (QS Al-Baqarah 2:233)
Bab xx: Ciri Orang yang Beriman: Pasti Akan Diuji
Allah Ta'ala berfirman,
Ataukah kamu menganggap bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu seperti keadaan orang-orang yang telah berlalu sebelummu? Kesusahan dan kesengsaraan menimpa mereka dan mereka digoncang dengan hebat, sehingga rasul itu dan orang-orang beriman yang besertanya berkata, pertolonga Allah “Kapankah akan datang?” Ketahuilah, sesungguhnya pertolongan Allah dekat. (QS Al-Baqarah 2:215)
Bab xx: Ciri Orang yang Beriman: Biasanya Dicemooh
Allah Ta'ala berfirman,
Ditampakkan indah kehidupan dunia bagi orang-orang kafir dan mereka mencemoohkan orang-orang yang beriman, tetapi pada Hari Kiamat orang-orang yang bertakwa berada di atas mereka, dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan. (QS Al-Baqarah 2:213)
Bab xx: Ciri Orang yang Beriman: Kuat Cintanya kepada Allah
Allah Ta'ala berfirman,
Dan di antara manusia ada yang menjadikan sembahan-sembahan selain Allah sebagai sekutu, mereka mencintainya seperti mereka mencintai Allah. Tetapi orang-orang yang beriman lebih kuat kecintaannya kepada Allah. Dan seandainya orang-orang zalim itu dapat melihat ketika mereka akan menyaksikan azab, mereka akan mengetahui bahwa semua kekuatan itu milik Allah dan bahwa azab Allah sangat keras. (QS Al-Baqarah 2:166)
Bab xx: Allah Ta'ala Tidak Akan Menyia-nyiakan Iman Kita
Allah Ta'ala berfirman,
Dan demikianlah Kami menjadikan kamu satu umat yang mulia supaya kamu menjadi penjaga manusia dan supaya Rasul itu menjadi penjaga kamu. Dan, Kami tidak menjadikan kiblat yang kepadanya dahulu engkau berkiblat melainkan supaya Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berpaling di atas kedua tumitnya. Dan, sungguh hal ini sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan imanmu, sesungguhnya Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang terhadap manusia. (QS Al-Baqarah 2:144)
Bab xx: Allah adalah Sahabat bagi Orang yang Beriman
Allah Ta'ala berfirman,
Allah adalah Sahabat orang-orang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya, sedangkan orang-orang kafir Sahabat mereka adalah Tāghūt, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan, mereka itu penghuni Api, mereka tinggal lama di dalamnya. (QS Al-Baqarah 2:258)
Bab xx: Orang yang Sesat di Pandangan Allah Ta'ala
Allah Ta'ala berfirman,
Ataukah kamu hendak menanyai Rasulmu sebagaimana Musa telah ditanyai dahulu? Dan barangsiapa menukar keimanan dengan kekufuran, maka sungguh ia telah sesat dari jalan yang lurus. (QS Al-Baqarah 2:109)
Bab xx: Alquran Sebagai Petunjuk dalam Meraih Keimanan
Allah Ta'ala berfirman,
Katakanlah, “Barangsiapa menjadi musuh bagi Jibril, maka sesungguhnya ialah yang menurunkan kitabnya ke dalam hati engkau dengan izin Allah menggenapi firman yang ada sebelumnya, sebagai petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman." (QS Al-Baqarah 2:98)
Bab xx: Iman Tidak Hanya Milik Kaum Muslimin Saja
Allah Ta'ala berfirman,
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabi, barangsiapa di antara mereka benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian serta mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka ada ganjaran yang sesuai di sisi Tuhan mereka, dan tidak ada ketakutan atas mereka mengenai yang akan datang dan tidak pula mereka akan bersedih mengenai yang telah lalu. (QS Al-Baqarah 2:63)
Bab xx: Contoh-contoh Kebaikan
Allah Ta'ala berfirman,
Bukanlah kebaikan bahwa kamu menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, tetapi kebaikan yang sesungguhnya ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta karena kecintaan kepada-Nya kepada kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir, mereka yang meminta sedekah, dan untuk memerdekakan hamba sahaya; dan orang-orang yang mendirikan shalat, membayar zakat, dan orang-orang yang memenuhi janjinya bila mereka berjanji, mereka yang sabar dalam kesusahan dan kesengsaraan, dan yang tabah dalam masa perang; mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS Al-Baqarah 2:178)
Malu
Diriwayatkan,
dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sifat malu adalah bagian dari iman, sedangkan iman itu tempatnya di dalam surga. Perkataan yang keji itu berasal dari watak dan perangai yang keras, sedangkan kekerasan itu tempatnya di dalam neraka." (H.R. Tirmidzi) [11]
Referensi
- ↑ HR. Tirmidzi, Kitab Iman, bab Jibril menggambarkan tentang Iman dan Islam kepada Rasulullah saw
- ↑ Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Alquran Dengan Terjemahan dan Tafsir Singkat, 1997, hal. 5
- ↑ 3,0 3,1 3,2 https://ahmadiyah.id/islam/rukun-iman/iman-kepada-allah-swt
- ↑ Khutbah Lahore, Lahore, Rifahi Aam Steam Press, 1904; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 20, hal. 152-155, London, 1984
- ↑ Haqiqatul Wahyi, Qadian, Magazine Press, 1907; Sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, London, 1984, Vol. 222, hlm. 120-121
- ↑ 6,0 6,1 6,2 6,3 6,4 https://ahmadiyah.id/apa-saja-6-rukun-iman-dalam-islam.html
- ↑ Aainah Kamalaati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 5, hal. 384-387, London, 1984
- ↑ 8,0 8,1 8,2 https://ahmadiyah.id/islam/rukun-iman/iman-kepada-malaikat
- ↑ Nasimi Dawat, Qadian, Ziaul Islam Press, 1903; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 19, hal. 89-90, London, 1984
- ↑ Aainah Kamalaati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 5, hal. 85-88, London, 1984
- ↑ Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab Berbakti dan menyambung silaturrahim, Bab Malu