9.864 bita ditambahkan
, 31 Desember 2021 03.27
Keteladanan Para Sahabat Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam (Manusia-Manusia
Istimewa seri 138, Khulafa’ur Rasyidin Seri 04, Hadhrat Abu Bakr ibn Abu Quhafah radhiyAllahu
ta’ala ‘anhuma, Seri 04)
Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz menguraikan sifat-sifat terpuji Khalifah (Pemimpin
Penerus) bermartabat luhur dan Rasyid (lurus) dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hudhur (atba) akan terus menyebutkan lebih lanjut berbagai kejadian dalam masa Hadhrat Abu Bakr
radhiyAllahu ta’ala ‘anhu di khotbah-khotbah mendatang.
Ringkasan Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu-minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih
al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 24 Desember 2021 (24 Fatah 1400 Hijriyah
Syamsiyah/20 Jumadil Awwal 1443 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford, UK
(United Kingdom of Britain/Britania Raya).
Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz bersabda bahwa Hadhrat Abu Bakr (ra) termasuk
di antara mereka yang menemani Nabi Muhammad (saw) ke Bai'at-e-Aqabah Thaniah (Ikrar kesetiaan
kedua di Aqabah). Selama waktu ini, Hadhrat Abu Bakr (ra) ditunjuk bersama dengan Hadhrat Ali (ra)
untuk berjaga-jaga.
Mendampingi Nabi Muhammad (saw) Selama Hijrah (dari Makkah ke Madinah): Hadhrat Abu
Bakr (ra) juga menemani Nabi Muhammad (saw) selama hijrah beliau ke Madinah. Orang-orang
Makkah telah menganiaya kaum Muslim dengan kejam sehingga kaum Muslim harus berhijrah.
Berdasarkan rukya (mimpi) yang Nabi (saw) saksikan, awalnya beliau (saw) mengira bahwa
hijrah itu akan menuju Yamama. Namun, kemudian menjadi jelas bahwa hijrah itu dimaksudkan
untuk menuju Yatsrib, yang kemudian dikenal dengan nama Madinah. Dengan demikian, ketika
penduduk Madinah mulai menerima Islam, umat Islam Makkah disarankan untuk berhijrah ke Madinah.
Akhirnya, mayoritas Muslim di Makkah berhijrah ke Madinah, kecuali mereka yang dijelaskan dalam AlQur'an sebagai berikut,
“Kecuali mereka yang lemah di antara para pria, wanita, dan anak-anak, yang tidak mampu membuat
rencana atau menemukan jalan apa pun.” (Surah an-Nisa, 4:99)
Nabi Muhammad (saw) sedang menunggu perintah Allah sebelum hijrah dirinya. Hadhrat Abu
Bakr (ra) meminta izin untuk berhijrah, dan Nabi (saw) menjawab supaya beliau harus menunggu,
karena Nabi (saw) juga akan segera menerima perintah untuk berhijrah.
Rencana Orang Makkah untuk Membunuh Nabi Muhammad (saw): Pada saat yang sama,
para kepala suku Makkah marah pada kenyataan bahwa umat Islam melarikan diri. Jadi, para kepala
suku berkumpul untuk membuat rencana melawan Nabi Suci (saw), karena mereka tidak ingin dia pergi
juga. Mereka mendiskusikan berbagai rencana dan plot (persekongkolan jahat). Akhirnya, diputuskan
bahwa setiap suku Quraisy harus menugaskan seorang pria dan memberikannya pedang dan mereka
semua harus membunuh Nabi Muhammad (saw) pada saat yang sama.
Allah memberi tahu Nabi Muhammad (saw) tentang rencana ini, ketika Dia menyatakan:
"Dan (ingatlah), ketikaorang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap dan
memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah
menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Surah al-Anfal, 8:31)
Setelah menerima izin ilahi, Nabi (saw) memulai persiapan untuk berhijrah. Nabi Muhammad
(saw) pertama-tama pergi ke rumah Hadhrat Abu Bakr (ra), dan memberitahunya bahwa dia telah
menerima izin untuk berhijrah, dan bahwa Hadhrat Abu Bakr (ra) akan menemaninya. Hadhrat Abu
Bakr (ra) berkata bahwa beliau telah menyiapkan dua unta untuk tujuan ini, salah satunya akan beliau
berikan kepada Nabi Muhammad (saw). Nabi Muhammad (saw) berkata bahwa beliau hanya akan
mengambil unta setelah membayarnya, dan dengan demikian membelinya dari Hadhrat Abu Bakr (ra)
seharga 400 dirham. Diputuskan bahwa pemberhentian pertama adalah Gua Tsaur di mana mereka
akan tinggal selama tiga hari. Mereka juga memutuskan untuk mempekerjakan seseorang yang
memiliki pengetahuan mendalam tentang berbagai jalur di gurun Arabia. Untuk tujuan ini, mereka
mempekerjakan Abdullah bin Uraiqit, yang akan menemui mereka di Gua Tsur dalam tiga hari.
Hadhrat Ali (ra) Diberitahu tentang Rencana Nabi Muhammad (saw) setelah membuat
rencana ini dan kembali ke rumah, Nabi (saw) memberitahu Hadhrat Ali (ra) tentang rencananya untuk
berhijrah. Beliau mempercayakan Hadhrat Ali (ra) dengan tugas menghabiskan malam itu di tempat
tidur beliau, menggunakan selimut yang sama yang beliau gunakan. Nabi (saw) meyakinkannya bahwa
musuh tidak akan menyakitinya. Nabi (saw) juga menginstruksikan Hadhrat Ali (ra) agar
mengembalikan semua amanah (barang titipan) yang telah diberikan kepada beliau (saw), setelah itu
dia harus bergabung dengannya di Madinah.
Sementara itu, para penyerang berada di dekat rumah Nabi (saw), menunggu malam tiba untuk
melancarkan serangan mereka. Nabi Muhammad (saw) bisa mendengar Abu Jahal mengejeknya, dan
sebagai tanggapan, Nabi Muhammad (saw) membacakan:
” Ya Sin. Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu adalah
salah seorang dari para Rasul, di jalan yang lurus. Ini adalah wahyu Yang Maha Perkasa lagi Maha
Penyayang, agar kamu memberi peringatan kepada suatu kaum yang bapak-bapaknya tidak pernah
diberi peringatan, sehingga mereka lalai. Sungguh, perkataan itu terbukti benar terhadap kebanyakan
dari mereka, karena mereka tidak percaya. Kami telah memasangkan belenggu pada leher mereka
sampai ke dagu, sehingga kepala mereka dipaksa ke atas. Dan Kami jadikan penghalang di hadapan
mereka dan penghalang di belakang mereka, dan Kami tutupi mereka, sehingga mereka tidak dapat
melihat.” (36:2-10)
Menjelang malam, meskipun para penyerang berada tepat di luar dan sedang mengintip ke dalam
rumah Nabi (saw), beliau dapat meninggalkan rumahnya tanpa terdeteksi [tersadari para pengepung],
sementara itu, orang-orang kafir mengira pria di tempat tidur itu adalah Nabi Muhammad (saw),
padahal itu Hadhrat Ali (ra). Saat fajar menyingsing, para penyerang menyadari target mereka telah
menyelinap melalui kepungan mereka. Sebenarnya Hadhrat Ali (ra) yang terbaring di tempat tidur.
Ada berbagai riwayat tentang waktu malam di mana Nabi (saw) meninggalkan rumahnya.
Beberapa riwayat mengatakan bahwa itu terjadi di bagian awal malam, beberapa mengatakan itu
tengah malam, sementara yang lain mengatakan itu di bagian akhir malam. Menurut Hadhrat Mirza
Bashir Ahmad Sahib (ra), Nabi (sa) meninggalkan rumahnya di awal malam, karena orang-orang kafir
yang berdiri di luar rumahnya tidak mengharapkannya untuk keluar. Itulah sebabnya Nabi Suci (saw)
bisa pergi tanpa terdeteksi. Menurut Hadhrat Masih Mau'ud (as), Nabi Muhammad (saw) meninggalkan
rumahnya di pagi hari. Bagaimanapun [adanya perbedaan pendapat ini], hal pokoknya ialah Nabi
Muhammad (saw) bisa pergi tanpa terdeteksi.
Nabi Muhammad (saw) Mengucapkan Selamat Tinggal atas Makkah: Setelah meninggalkan
rumahnya, Nabi (saw) langsung pergi ke rumah Hadhrat Abu Bakr (ra). Di sana, putri Hadhrat Abu Bakr
(ra) dengan cepat menyiapkan makanan dan perbekalan untuk perjalanan mereka. Kemudian mereka
berdua berangkat dari sana.
Sepanjang perjalanan hijrah ini, Nabi Muhammad (saw) terus membaca yang berikut:
"Yaa Tuhanku, jadikanlah jalan masukku jalan masuk yang baik, kemudian keluarkan aku dengan jalan keluar yang baik. Dan berilah aku dariMu kekuatan penolong.” (17:81)
Ketika Nabi Muhammad (saw) melewati Ka'bah, beliau melihat ke arah Makkah dan menyapanya,
berkata, “Demi Allah, dari antara tanah Allah, wahai Makkah, kamu adalah orang yang paling kucintai,
dan kamu yang paling dicintai Tuhan. Seandainya penghunimu tidak memaksaku pergi, tidak akan
pernah aku pergi.”
Ketika mereka melakukan perjalanan ke Gua Tsur, terkadang Hadhrat Abu Bakr (ra) akan berjalan
di depan Nabi (saw), terkadang di belakangnya, terkadang ke kanan dan terkadang ke kirinya. Nabi
(saw) bertanya kepadanya tentang hal ini, Hadhrat Abu Bakr (ra) menjawab bahwa kadang-kadang
beliau akan berpikir seseorang mungkin datang dari depan, dari belakang atau dari samping, dan
karena itu beliau akan mencoba untuk menutupi semua sisinya. untuk melindungi Rasulullah (saw).
Mencapai Gua Tsaur (Gua Banteng): Ketika mereka sampai di gua, Hadhrat Abu Bakr (ra)
masuk ke dalam terlebih dahulu dan membersihkan area tersebut. Kemudian Nabi (saw) masuk dan
berbaring, meletakkan kepalanya di kaki Hadhrat Abu Bakr (ra). Ada sebuah lubang di dalam gua, yang
ditutupi oleh Hadhrat Abu Bakr (ra) dengan kakinya. Sepanjang malam, sesuatu binatang terus
menggigitnya, tetapi karena takut mengganggu Nabi (saw), beliau tidak bergerak. Ketika Nabi
Muhammad (saw) terbangun, beliau melihat bahwa warna wajah Hadhrat Abu Bakr (ra) telah berubah,
dan bertanya ada apa. Ketika Hadhrat Abu Bakr (ra) memberitahunya, Nabi (saw) mengoleskan air
liurnya ke luka, yang kemudian sembuh.
Ketika orang-orang Makkah menyadari bahwa Nabi Muhammad (saw) telah pergi, mereka mulai
mencari beliau. Mereka menanyai Hadhrat Ali (ra) dan memukulinya. Kemudian mereka pergi ke rumah
Hadhrat Abu Bakr (ra) dan bertanya kepada putrinya Hadhrat Asmaa' (ra) tentang keberadaan
ayahnya. Dia menjawab bahwa dia tidak tahu, hal mana membuat Abu Jahal memukulnya.
Orang-orang Makkah menyewa pelacak, yang mampu melacak jejak Nabi Muhammad (saw) ke
Gua Tsaur. Orang Makkah berdiri di luar gua, dan Hadhrat Abu Bakr (ra) menyatakan bisa melihat kaki
mereka. Seandainya mereka melihat ke dalam gua, mereka akan menemukannya. Namun mereka
tidak sendirian, sebagaimana Tuhan bersama mereka, Yang membuat pohon tumbuh, mengirim
laba-laba untuk membuat jaring di mulut gua, dan seekor merpati membuat sarang dan bertelur.
Hudhur (aba) mengatakan bahwa beliau akan terus menyoroti kehidupan Hadhrat Abu Bakr (ra)
dalam khotbah-khotbah mendatang.