Dua Hal Pokok dalam Tablig

Berkenaan dengan tabligh, setiap Ahmadi harus memahami bahwa:

Tabligh bukanlah suatu kewajiban yang bersifat optional. Pribadi keruhanian seorang Ahmadi tidak akan sempurna tanpa tabligh. Tabligh adalah suatu tugas yang wajib. Demikian pentingnya tabligh sehingga Allah s.w.t. berfirman kepada Hazrat Rasulullah s.a.w. bahwa beliau jika tidak melaksanakan tugas ini berarti beliau telah mengabaikan fungsi kenabiannya. Untuk kewajiban ini setiap umat beliau akan dimintakan pertanggungjawaban, termasuk kita semua.

Tabligh adalah suatu kewajiban yang tidak bisa diabaikan oleh siapa pun. Tidak ada yang dibenarkan untuk terus melupakan tugasnya ini. Jangan lupakan, meski kalian sudah menerapkan kebijaksanaan atau Hikmah, tetap gunakan kata-kata yang halus, jauhi sikap kasar, perlihatkan kecintaan dan kasih sayang kalian serta pengorbanan, walau pun tetap saja akan ada perlawanan. Allah s.w.t. secara terbuka telah memperingatkan bahwa setiap kali seorang Nabi datang maka akan ada perlawanan terhadapnya. Namun dosa atas kejahatan itu berada pada lawan. Sang Nabi sendiri tidak bertanggung- jawab atasnya. Hanya saja mereka yang menentang akan selalu mencari-cari kesalahan sekecil apa pun pada diri sang Da’i. Karena itu ingatlah bahwa kalian adalah pengikut dari Penghulu segala Orang-orang Suci. Orang-orang pun mengharapkan bisa melihat kalian dalam rona kesucian. Jangan sampai memperlihatkan kecerobohan, ketololan atau kesalahan yang akan menjadi bahan alasan bagi mereka yang bermusuhan untuk menganiaya atau melawan kalian karenanya.

Adalah kita yang diharuskan menyeru manusia dan adalah kita yang berkewajiban memikulnya. Ada suatu hal yang menarik dalam ayat tersebut. Dikatakan bahwa kalian itulah yang mengikuti dua persyaratan yaitu kalian yang berkewajiban menyeru manusia dan kalian harus meneladani cara-cara Hazrat Rasulullah s.a.w. Barangsiapa yang bisa memenuhi kedua persyaratan tersebut, apakah perorangan atau pun kelompok, akan selamanya terpelihara dari kejahatan manusia.

Janji Allah s.w.t. menyatakan bahwa tidak ada yang akan bisa mencederai kalian. Memang benar akan banyak perlawanan tetapi Allah s.w.t. tidak akan memberikan kepada mereka kesempatan untuk mencederai kalian, menyusutkan jumlah kalian atau pun mempermalukan kalian.

Jika kita sedang memikirkan hal-hal ini, setiap Ahmadi harus memperhatikan tiga hal yang ada di hadapannya. Ia harus menyampaikan seruan sebagaimana teladan Hazrat Rasulullah s.a.w. yang biasa bersedih bagi para musuh beliau karena mereka memeranginya akibat kebodohan mereka semata. Mata beliau tidak lantas menjadi beringas karena adanya perlawanan musuh. Bahkan lebih sering mata beliau berlinang air mata karena kecintaan dan kasihnya. Beliau biasa menangis dalam saat memanjatkan doa.

Demikian itulah cara beliau menyeru para musuh kepada kebenaran agama. Jika kalian menerapkan metoda ini maka janji Ilahi bahwa Allah s.w.t. akan melindungi kalian dari musuh akan dipenuhi dan Dia pasti akan melindungi kalian.

Pertama

Memenangkan hati adalah hal yang esensial. Dalam kerja Da’wat Ilallah, memenangkan hati itu lebih penting daripada memenangkan kepala. Ingatlah selalu, begitu hati orang sudah tertarik maka sebagian besar kerja sudah selesai. Jika sudah demikian memenangkan kepalanya menjadi amat mudah. Jika kalian berhasil menarik hati orang melalui kecintaan dan kasih sayang maka segala hambatan yang terdapat di antara orang bersangkutan dengan tuntunan ucapan dan tulisan Hazrat Masih Maud a.s. akan sirna dengan sendirinya.

Karena itu, perbaikilah lidah kalian, poles kembali hati kalian sehingga menjadi lebih manis. Berlakulah merendahkan diri dan kalian akan melihat bahwa dengan berkat Allah s.w.t. betapa banyak berkat yang akan kalian peroleh. Kalian akan mampu menaklukkan hati-hati mereka dalam waktu singkat.

Kedua

Perlunya berdoa. Terakhir aku ingin kembali mengingatkan kalian akan perlunya doa. Berdoalah di setiap langkah selama Da’wat Ilallah. Berdoa sepanjang kalian mengemban tugas kewajiban ini. Saat pulang ke rumah, berdoalah lagi. Bahkan minta kepada anak-anak kalian untuk ikut mendoakan. Kalau anda melakukannya sepenuh hati maka kalian akan memasukkan hati dan ruh kalian dalam tugas ini. Dengan tulus mintakan anak-anak kalian mendoakan kalian dan kalian akan melihat bagaimana doa dari anak-anak yang masih suci itu bergabung dengan doa kalian serta memperkuat kalian. Apa yang kalian ucapkan akan membawa daya wibawa luar biasa. Kalian diciptakan guna menaklukkan bangsa-bangsa tetapi hal itu dilakukan melalui cinta, kasih sayang dan doa. Pelajarilah cara-cara dan metoda ini. Ajarkan juga kepada anak-anak kalian. Jika kalian melakukannya maka kondisi Jemaat akan mengalami revolusi. Kalian akan memperoleh kehidupan baru dan keruhanian yang segar. (Khutbah Jumah 28 Agustus 1987).