Khotbah-huzur-20051021

Dari Isa Mujahid Islam
Revisi per 27 Mei 2022 02.26 oleh Isa (bicara | kontrib) (Menambahkan kategori)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

KHUTBAH JUM'AH HADHRAT KHALIFATUL MASIH V ATBA Tanggal 21-10-2005, Baitul Futuh - London.

Tentang: PENTINGNYA MEMBACA AL-QURAN DENGAN BENAR & MENGAMALKANNYA

Setelah mengucapkan Syahadat, memohon perlindungan dan menilawatkan Surat Al-Fatihah, Hudhur Atba. membaca ayat Surah Al-Baqarah 2:122:

اَلَّذِیۡنَ اٰتَیۡنٰہُمُ الۡکِتٰبَ یَتۡلُوۡنَہٗ حَقَّ تِلَاوَتِہٖ ؕ اُولٰٓئِکَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ ؕ وَمَنۡ یَّکۡفُرۡ بِہٖ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿۱۲۲﴾٪

Alladziina aatainaahumul kitaaba yatluunahuu hagga tilaawatihii ulaaika-yu'minuuna bihii wa may yakfur bihii faulaa-ika humul khaasiruuun.

Artinya: Orang-orang yang kepada mereka Kami berikan Alkitab (dan) mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, itulah mereka yang beriman kepadanya. Dun barangsiapa ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.

Dewasa ini dengan karunia Allah Taala, masya Allah, sehubungan bulan Ramadhan, dengan mendengarkan daras Al-Quran dan pembacaan Kitab Suci Al-Quran, terjemahannya berikut beberapa tafsir, orang- orang telah mengambil manfaat dari kesempatan ini dengan perhatian yang besar, dan juga pada saat tarawih di mana di laksanakan pembacaan Al-Quran seleng- kapnya 30 Juz, lebih banyak lagi orang yang memanfaatkan fasilitas ini. Sementara itu, di rumah pun banyak orang-orang yang menggunakan kesempatan membaca Al- Quran, menilawatkannya dan mempelajari artinya. Pada umumnya, masya Allah, kebanyakan dari para Ahmadi ini menaruh perhatian untuk membaca dan menilawatkan Al-Quran di rumah-rumahnya.

Perbaikan Spiritual & Arti “Membacanya Dengan Pembacaan Yang Sebenarnya”

Alasannya ialah yang pertama bahwa dengan mempelajari arti dan maksud dari Al- Quran ini, maka orang-orang dapat mengadakan perbaikan spiritual di dalam dirinya. Dan yang kedua, adalah bahwa Kitab Suci Al-Quran itu, sebagaimana yang kita ketahui, memiliki hubungan yang khusus dengan Bulan Suci Ramadhan. Turunnya wahyu itu dimulai di dalam bulan Ramadhan ini dan Allah Taala telah mendengar dan mengabulkan permintaan doa YM. Rasulullah saw. serta membuka pintu gerbang rahmat belas-kasihan-Nya, setelahnya seluruh dunia ini berada dalam cengkeraman maksiat dan kejahatan, di mana Allah Taala telah memilih orang yang beberkat ini yaitu YM. Rasulullah saw. untuk mengadakan reformasi terhadap dunia ini dan kepada beliau itulah Allah Taala telah memberikan Kitab Syariat terakhir, serta mengangkat beliau saw. untuk ini.

Maka selama waktu 23 tahun itulah wahyu-wahyu ini secara terus menerus diturunkan dan setiap tahun di bulan Ramadhan, Malaikat Jibril turun untuk mengulangi membaca bersama-sama Nabi saw., semua bagian-bagian wahyu yang sudah diturunkan sampai saat itu maka dengan cara inilah pembacaan Kitab Suci Al-Quran itu dikerjakan sampai selesai semuanya. Pada tahun di mana YM. Rasulullah saw. wafat, di bulan Ramadhan — di mana Syariat itu sudah — maka Jibril bersama-sama Nabi saw. membacanya dua kali secara lengkap.

Oleh karena itu, tradisi ini diteruskan oleh orang-orang mukmin dan harus tetap dilanjutkan. Mereka membaca bagian demi bagian dari Al-Quran ini sampai selesai sepenuhnya. Untuk yang mampu melaksanakannya, mereka bisa membacanya lebih dari dua kali. Tetapi janganlah membacanya terlalu cepat sehingga yang menyelesaikannya dalam waktu kurang dari 3 hari diperkirakan tidak akan dapat memahami arti apa yang dibaca tersebut. Di dalam hadits lainnya disebutkan juga waktu 7 hari.

Jadi, para sahabat Rasulullah saw. ini memiliki kemampuan berheda dan YM. Rasulullah saw. biasa menasihati mereka tergantung pada kemampuannya masing- masing. Tetapi tujuan utamanya, tujuan yang fundamental adalah bahwa Kirab Suci Al-Quran itu harus dibaca dan Saudara-saudara harus merenungkan apa artinya serta merenungkan dan menghayati apa ajarannya dan membuatnya sebagai bagian dari kehidupan Saudara-saudara.

Jika Saudara-saudara tidak membaca Al- Quran itu dengan cara yang demikian maka tidak akan banyak gunanya. Para sahabat itu mengerti akan hal ini dengan sebaik-baiknya dan mereka mengerti bagaimana Al-Quran itu harus dibacanya, oleh karena itu Allah Taala memberikan pernyataan bahwa mereka itu menaruh perhatian pada pembacaan Al-Quran ini, sebagaimana dikatakan pada ayat yang dibacakan tadi bahwa mereka adalah orang-orang yang kepada mereka telah diberikan Alkitab dan mereka telah membacanya dengan sebagaimana mestinya (hagga tilawatihii). Orang-orang inilah yang memiliki keimanan sepenuhnya pada Alkitab ini, dan yang mengingkarinya maka mereka itulah orang-orang yang merugi.

Mendapat Refleksi (pantulan) dari Kemuliaan dan Keagungan Tuhan

Jadi, inilah orang-orang yang melalui contoh mulia dari Rasulullah saw. dan dengan efek (pengaruh) spiritual dari Rasulullah saw., Allah Taala telah membuat orang-orang ini bertakwa dan takut kepada Allah, dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan refleksi (pantulan) dari Kemuliaan dan Keagungan Tuhan. Mereka memperhatikan sepenuhnya dalam pembacaannya. Apakah itu hanya dengan membaca saja Al-Quran? Tidak, tidaklah demikian, karena ada beberapa hal yang harus dipenuhi, dan sangat perlu untuk memenuhi persyaratan ini.

Yang pertama, adalah bahwa selama dalam bulan Ramadhan seperti sekarang ini, hampir semua orang bangun di waktu pagi sekali, mengerjakan shalat nawafil dan setelah makan sahur untuk memulai puasanya maka ia akan mendirikan shalat Subuh. Bilamana waktunya mengizinkan, antara shalat tahajjud dan sahur masih ada waktu, banyak yang menggunakannya dengan membaca Al-Quran.

Dalam shalat nawafil, orang-orang yang sudah hafal atau hafidz Quran maka ia pun akan membaca dalam shalatnya. Demikian juga setelahnya shalat Subuh, di setiap rumah biasa berusaha menilawatkan Al-Quran. Karena memang cara ini dapat meningkatkan kemajuan spiritualnya, dan inilah waktunya yang istimewa. Oleh karena itu, kebiasaan ini, system ini dan praktek ini harus terus dilanjutkan walaupun setelah berakhirnya bulan Ramadhan-pun. Kita tidak boleh terus menerus melanjutkan puasa setelahnya berakhirnya bulan Ramadhan, tetapi nawafil, shalat dan pembacaan Al-Quran dan bangun lebih pagi, ini harus diteruskan. Jadi semua ini harus dikerjakan bahkan setelahnya bulan Ramadhan. Allah Taala telah berfirman di dalam Al-Ouran tentang pentingnya membaca Al-Ouran di waktu Fajar, dalam surah Bani Israil (17:79):

...وَقُرۡاٰنَ الۡفَجۡرِ ؕ ...

Wa qur'aananal fajr,

Dan kemudian difirmankan:

... کَانَ مَشۡہُوۡدًا

Kaana masyhuudaa — sesungguhnya pembacaan (Al-Quran) pada waktu subuh diterima (secara istimewa oleh Allah).

Bahwa membaca Al-Quran di waktu fajar itu adalah yang berdiri sebagai saksi. Perkara ini menjadi sumber pengampunan bagi orang- orang. Tetapi apakah cukup bagi orang-orang itu bahwa hanya dengan membaca saja Al-Quran ini bisa memperoleh berkat-berkat untuk dunia dan juga untuk akhirat? Katakanlah (taruhlah) tidaklah semudah itu, tetapi kita harus mengerti bagian dari Al-Quran yang kita baca itu. Itulah alasan mengapa YM. Rasulullah saw. itu kepada seorang sahabatnya Abdullah bin Amar, beliau bersabda — barangkali saya pun telah mengatakan hal ini sebelumnya, tetapi rincian dari narasinya adalah seperti ini — bahwa, “Jika engkau menyelesaikan pembacaannya di dalam satu bulan penuh secara berangsur-angsur, ketika Anda membaca ayat-ayat tersebut Anda merenungkannya, meresapkan-nya, serta memikirkannya dengan lebih mendalam maka berkat-berkat itulah yang akan turun kepada Anda.”

Tetapi ada yang mengatakan, “Saya punya cukup waktu dan saya pun memiliki kemampuan untuk membacanya lebih banyak dari itu”, maka YM. Rasulullah saw. Bersabda, “Engkau dapat menyelesaikannya dalam waktu satu minggu, tetapi tidak boleh kurang dari itu”. Jadi YM. Rasulullah saw. menghendaki bahwa hal ini jelas bagi para sahabatnya bahwa dengan membaca Al-Quran begitu saja tidaklah cukup, karena ada yang bisa membacanya sedemikian cepat sehingga dalam waktu 10 atau 11 jam dapat menyelesaikan seluruh Al-Quran, tetapi sama sekali tidak mengerti isinya.

Saya sudah katakan. bahwa ada orang-orang yang mengimami shalat tarawih, orang yang hafidz Quran yang membacanya sedemikian rupa sehingga tidak ada yang dapat mengerti apa yang diucapkannya. Barangkali di Jamaat kita hampir tidak ada yang demikian itu, namun orang-orang yang non-Ahmadi, di mesjid mereka dalam 20-30 menit bisa menyelesaikan 1 Juz itu dalam 20 rakaat sembahyang, saya heran, apakah mereka dapat mengerti dalam waktu yang sesingkat itu?

Cara Membaca Al-Ouran Harus Tartiil

Ada kemampuan pada tiap orang masing-masing dan cara mereka membaca Al-Quran: ada yang dapat membacanya dengan cepat dengan kata-kata yang jelas serta ekspresi yang jelas, dan ada yang membacanya dengan lambat-lambat. Tetapi kita diberitahukan bahwa kita harus mernbaca Al-Quran ini dan menilawatkannya dalam cara yang sedemikian rupa sehingga bisa dimengerti. Di dalam Al- Quran, Allah Taala berfirman di dalam surah Al-Muzzammil (73:5):

... وَرَتِّلِ الۡقُرۡاٰنَ تَرۡتِیۡلًا ؕ﴿۵﴾

Wa rattilil Qur-aana tartiilaa “......dan bacalah Al-Quran dengan pembacaan yang sungguh-sungguh (yaitu secara perlahan-lahan dan dengan penuh perasaan dalam hati)”.

Yakni, “kalian harus membaca Al-Quran itu dengan secara jelas”. Orang yang akan mengimami sembahyang tarawih dan dalam tempo 20-30 menit itu harus menyelesaikan satu Juz Al-Quran maka bagaimana ia bisa mengerti dan bagaimana ia bisa membuatnya jelas kepada makmum?

Satu kali saya pergi dengan seseorang dan di pagi hari setelah selesai tilawat (membaca Al-Quran) kemudian ada orang yang mengatakan kepada saya bahwa “Ia tidak mengharapkan yang (cara membaca) demikian dari Tuan”. Saya berpikir mungkin saya berbuat kesalahan, tetapi ia. mengatakan bahwa, “Waktu membaca Al-Quran, Tuan itu membacanya dengan lambat sekali, barangkali Tuan tidak bisa membaca dengan baik?” Saya katakan kepadanya inilah kebiasaan saya, setiap orang memiliki cara sendiri dalam membaca Al-Quran, pada saat itu saya tidak memiliki rujukan haditsnya, serta ayat ini pun tidak terjejak pada saat itu. Tetapi saya katakan kepadanya bahwa saya dapat membacanya dengan sangat cepat dan saya berani bertanding, tetapi saya membacanya adalah -sesuai dengan cara yang saya nikmati.

Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa ada orang-orang yang ingin memperlihatkan kemahiran keulamaan mereka dengan berusaha membacanya dengan sangat cepat, padahal Allah Taala dan Rasul-Nya mengatakan bahwa, “Kalian harus membacanya sedemikian rupa bahwa kalian dapat mengerti isinya dan'itulah cara terbaik dalam melakukannya”,

Sebagaimana yang telah saya katakan bahwa setiap orang memiliki kemampuan masing-masing yang berbeda, dalam kecepatan membaca dan kecepatan dalam menangkap artinya maka sesuai dengan itu Al-Quran harus dibaca dengan dimengerti artinya. Ini juga sesuai dengan yang dikatakan dalam Al-Quran. Jika (sekali pun) Saudara-saudara sudah tahu akan artinya, tetapi lebih baik jika membaca Al-Quran ini dengan lambat-lambat, mengerti artinya, sehingga Saudara-saudara dapat mencerahkan pikiran Saudara-saudara dengan ajaran yang ada di dalam Al-Quran ini.

Jika Saudara-saudara sudah mengerti bahwa Saudara-saudara sudah memiliki seberapa ilmu dan pengertian akan Al-Quran maka standar ini tidak selamanya tetap demikian. Oleh karena itu, sesuai dengan kemampuan seseorang orang harus melakukannya, dan ada perintah yang jelas di dalam Al-Quran bahwa adalah sangat penting bagi Saudara-saudara untuk bertindak dan berperilaku sesudah memiliki pengertiannya. Nasihat ini hanya akan bermanfaat bilamana Saudara-saudara mau mendengar, dan memperhatikan nasihat itu dan kemudian bekerja sesuai dengan nasihat itu.

Satu arti dari kata tilawat itu adalah untuk mengikutinya (mengikuti pembacaan-nya). Allah Taala berfirman di dalam Kitab Suci Al- Quran bahwa, “Aku sudah menurunkan Al- Quran ini dan Aku telah menurunkannya untuk kalian dan untuk siapa saja yang ingin meningkatkan tingkat pengertiannya dan keimanannya”, Maka untuk dapat meraih tingkatan yang lebih tinggi ini peraturan dan ketentuan serta azas-azasnya sudah dibuat dengan jelasnya bagi semua orang-orang yang memiliki kemampuan berbeda.

Mereka yang Mengabaikan Al-Quran & Kewajiban Seluruh Ahmadi

Sebagaimana yang telah saya katakan semua tingkatan ini adalah untuk orang-orang berbeda dan ada satu nasihat bagi semua orang- orang, ada nasihat untuk masing-masing orang sesuai dengan kemampuan yang ia miliki. Allah Taala berfirman di dalam surah Al- amar (54:18):

وَلَقَدۡ یَسَّرۡنَا الۡقُرۡاٰنَ لِلذِّکۡرِ فَہَلۡ مِنۡ مُّدَّکِرٍ ﴿۱۸﴾

Wa Ia qad yassarnal Qur-aana lidz-dzikri fa hal mim-muddakir —

“Dan sesungguhnya Kami telah memudahkan Al-Quran ini untuk diingat. maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”

Yakni, “Dan memang sesungguhnya untuk memberikan nasihat ini Kami telah membuat Al-Quran itu begitu mudahnya bagi setiap orang. Apakah ada orang-orang yang perduli untuk mengambil nasihat ini?”

Oleh karena itu, terserah kepada kita berapa banyak akan kita pakai atau ambil nasihat ini kepada kita dan bekerja sesuai dengan itu serta mengambil manfaat dari nasihat ini, Oleh karena itu, inilah tugas pada tiap-tiap Ahmadi selama bulan Ramadhan ini untuk membaca Kitab Suci Al-Quran, yang penuh dengan kebijaksanaan, dan kita harus berusaha untuk hidup sesuai dengan ajaran Al-Quran. Kita harus bekerja sesuai dengan itu dan setiap instruksi (Allah Ta'ala yang diberikan kepada kita, kita diharapkan untuk bekerja sesuai dengan itu. Apapun yang diharamkan oleh Allah Taala kita harus menghindarinya, Kita tidak boleh termasuk orang-orang yang Al-Quran berfirman:

وَقَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا ﴿۳۱﴾

Wa qaalar Rasuulu yaa rabbi inna qaumit takhadzuu haadzal qur-aan mahjuuraa

“Dan berkata Rasul Allah itu: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sebagai barang yang sudah ditinggalkan”. (Surah Al-Furgan 25:31).

Yakni, “Rasul itu bersabda bahwa umatku telah meninggalkan Al-Quran itu”.

Jadi, waktu ini adalah persis sama dengan waktu itu, yang dikatakan di sini bahwa, dengan banyaknya kepentingan dan urusan lain, banyaknya atraksi hiburan bagi orang- orang, dan banyak buku-buku lainnya juga, yang orang ingin membacanya, ada hiburan internet di sana sini, kadang-kadang orang- orang duduk semalaman penuh di hadapan hiburan artikulasi ini. Banyak terdapat di sana pemikiran-pemikiran dan falsafah, yang biasanya membawa orang-orang menjadi jauh dari agama, orang-orang Islam juga, dan bahkan seluruh masyarakat Muslimin ada dalam cengkeraman ini. Dengan mengabaikan ajaran Al-Quran dan dengan mengikuti hal yang banyak di luaran itu, maka inilah masanya dari Hadhrat Masih Mau'ud, Nabi Isa yang Dijanjikan a.s., inilah zamannya di mana Kitab Suci Al-Quran mengatakan bahwa orang- orang (Muslimin) sudah mengabaikan ajaran Al-Quran.

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. yang telah memperkenalkan ajaran Kitab Suci Al-Quran kembali, ajaran yang telah ditinggalkan oleh orang-orang itu, dan inilah misinya dan beliau telah melaksanakan misi ini. Maka sekarang ini itulah tanggung-jawah kita, tanggung-Jawab bagi setiap Ahmadi. Ini adalah tanggung-jawab tiap Ahmadi hari ini, bahwa bukan saja kita harus bekerja dan berperilaku sebagaimana ajaran Al-Quran, tetapi juga harus bertabligh dan menyampaikannya kepada orang-orang lainnya: kita harus terus mendukung dan mengembangkan misi dari Masih Mau'ud a.s. ini.

Jangan sampai ada seorang Ahmadi pun yang memiliki sikap seperti dalam ayat yang diterangkan di atas. Kata-kata dari Hadhrat Masih Mau'ud a.s. yang harus selalu ada di dalam pikiran kita ialah orang-orang yang menghormati Kitab Suci Al-Quran maka mereka pun akan. mendapatkan kehormatan di Langit. Kita harus merenungkan dan meresapkan setiap huruf di dalam Al-Quran: kehormatan itu akan diberikan jika kita benar-benar bekerja sesuai dengan ajaran itu. Jika kita mengerjakannya sesuai dengan itu, maka Kitab Suci Al-Quran akan mengeluarkan kita dari tiap kegelisahan dan akan menjadi payung bagi kita semua, sebagaimana Allah Taala berfirman:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الۡقُرۡاٰنِ مَا ہُوَ شِفَآءٌ وَّرَحۡمَۃٌ لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ ۙ وَلَا یَزِیۡدُ الظّٰلِمِیۡنَ اِلَّا خَسَارًا ﴿۸۳﴾

Wa nunazzilu minal qur-aani maa huwaa syifaa'uw wa rahmatul lil mu'miniina, wa laa yaziiduzh-dzaalimiina illaa khasaaraa

“Dan Kami turunkan (sedikit demi sedikit) Al-Quran itu yang merupakan sebagai penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, tetapi tidaklah itu menambah kepada orang-orang zalim/aniaya melainkan kerugian”. (Surah Bani Israil 17:83)

Ini berarti bahwa, “Kami akan menurunkan Al-Quran yang merupakan sumber penyembuh dan dapat meningkatkan keimanan orang Muslimin sedangkan orang yang ingkar akan berada. dalam kerugian”. Oleh karena itu, ini adalah tanggung-jawab kita bahwa dalam menilawatkan Al-Quran itu. kita harus selalu ingat di dalam pikiran kita semua apa yang dikatakan sebagai “does” atau yang harus dikerjakan dan apa yang dikatakan “don't”, atau yang tidak boleh dikerjakan, dari Al-Quran serta kita harus berbuat sesuai ajaran dari Kitab Suci Al-Quran itu. Kita harus membuat Al- Quran ini sebagai bagian dari kehidupan kita, dan hanyalah dengan berbuat begitu, kita akan dapat memperoleh pengobatan spiritual dan pengobatan fisik (jasmani) yang sudah dijanjikan di dalam Al-Quran. Mereka yang tidak mengamalkan ajaran Al-Quran, maka mereka akan menjadi orang yang merugi.

Mereka yang Lumpuh Kemampuan Indera Rohaninya

Sebagaimana yang dikatakan Al-Quran, mata mereka sebenarnya buta karena Al-Quran tidak memberikan manfaat sama sekali. Ada banyak buku ditulis yang menentang Islam, oleh non-Muslim, seperti Kristen, tetapi kadang-kadang mereka menulis yang sangat baik tentang karakter mulia dari Hadhrat Rasulullah saw.. Salah seorang penulis itu Iyang tidak baik) adalah Karen Armstrong, ia menulis di dalam bukunya bahwa tak ada satu pun di dalam Al-Quran yang bisa dipakai sebagai azas untuk bermasyarakat. Buku ini katanya, hanya merupakan senjata, untuk menekan setiap pemikiran yang menentang kepercayaan mereka. Mereka menulisnya itu dengan pikiran yang sempit, yang pendek.

Al-Quran berbicara tentang orang-orang yang seperti itu, yang tidak akan dibimbing ke jalan yang benar, jalan yang lurus, tetapi Al- Quran ini akan memberikan bimbingan kepada orang-orang yang memiliki unsur kesalehan di dalam hatinya, atau mereka yang sudah memiliki kecenderungan kepada jalan yang lurus. Setiap orang memiliki standard kesalehan masing-masing, apakah ia itu seorang Muslim atau pun bukan-Muslim. Ini juga merupakan bentuk dari takwa bahwa mereka harus berusaha melihatnya dengan benar.

Jadi Kitab Suci Al-Quran adalah merupakan sumber petunjuk bagi orang-orang yang berpikiran suci, orang-orang yang bertakwa. Tetapi bagi mereka yang melihatnya dengan mata yang “bias”, yang berhati purbasangka, dan pikiran yang sudah kena pengaruh maka Allah Taala berfirman bahwa Al-Quran ini tidak dapat memberikan sesuatu bimbingan kepada orang-orang tersebut. Kepada orang yang sudah berprusangka ini, yang termasuk di sini adalah orang-orang yang menentang, Allah Taala sudah berfirman bahwa ada total loss bagi mereka, yang merupakan orang terbanyak. sebagaimana Allah berfirman:

... وَلَا یَزِیۡدُ الظّٰلِمِیۡنَ اِلَّا خَسَارًا ﴿۸۳﴾

Wa laa yaziiduzh-dzaalimiina illaa khasaaraa (Dan tidaklah hal itu menambah bagi mereka kecuali kerugian). (Surah Bani Israil 17:83)

Al-Quran tidak meningkatkan mereka kecuali dalam keadaan merugi.

Jadi, sekarang adalah tugas dan kewajiban dari orang-orang Ahmadi bahwa di zaman ini mereka harus menilawatkan Al-Quran dan juga harus bekerja, bertindak dan berperilaku sesuai ajaran dari Al-Quran dan mereka harus.membuat Al-Quran ini sebagai bahagian dari hidupnya. Jadi dengan pekerjaan ini yang dilakukan oleh tiap Ahmadi maka semua penentang-penentang itu akan dibuat lidak bisa berbicara lagi.

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda bahwa, “Jika kalian merenungkan ajaran Al- Quran, segalanya ada di sana: Al-Quran memberikan secara terinci apa-apa yang baik dan apa-apa yang buruk, Al-Quran memberitahukan akan apa yang akan datang. Kalian mengerti hal itu sepenuhnya. bahwa semuanya itu disajikan dengan cara yang sedemikian rupa sehingga tidak ada yang bisa menyanggahnya, karena buah dan berkat dari Kitab Suci Al- Quran adalah segar dan baru. Perkara-perkara ini tidak ditemukan di dalam Kitab. Agama lainnya seperti Bible. Ajaran ini di dalam Kitab lainnya barangkali hanya dalam tahap yang sesuai dengan kondisi ketika diturunkannya wahyu waktu itu, tetapi bukan untuk segala waktu. Di sinilah terletak kehormatan dan kemuliaannya Al-Quran bahwa Allah Taala telah berbicara mengenai pengobatan untuk setiap dan semua penyakit, dan semuanya diterangkan secara jelas oleh Allah Taala. Oleh karena kalian harus terus membaca dan menilawatkan Al-Quran, dan agar menjalani hidup kalian sesuai dengan ajaran dari Kitab Suci Al-Quran”.

Berkat-berkat Membaca Al-Quran

Sekarang saya akan menyampaikan hadits- hadits dari YM. Rasulullah saw., di mana beliau saw. menerangkan tentang berkat- berkat dari membaca Al-Quran ini. Hadhrat Ibnu Mas'ud r.a. menyampaikan bahwa YM. Rasulullah saw.. bersabda bahwa “Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Suci Al-Ouran maka ia akan mendapatkan satu khazanah kebaikan dan satu khazanah adalah 10 kali lipat pahalanya: bukanlah berarti bahwa kata alif laam miim itu adalah satu kata, tetapi alif adalah satu kata, laam satu kata dan miim satu kata”.

Dari riwayat lainnya Hadhrat Aisyah Siddiqa r.a. menyampaikan bahwa YM. Rasulullah saw.. bersabda, “Seseorang yang membaca Kitab Suci Al-Quran, menilawatkannya, dan ia menyukainya serta cinta untuk melakukannya maka ia berada di antara orang-orang yang taat dan yang mulia.”

Hadhrat Abu Hurairah r.a. menyampaikan (dari Rasulullah saw.) bahwa, “Seseorang yang membaca 10 ayat Al-Quran dalam satu malam, ia tidak akan termasuk golongan orang-orang yang lalai yang tidak menaruh perhatian.” Riwayat lainnya mengatakan bahwa, “Seseorang yang membaca 50 ayat Kitab Suci Al-Quran dalam satu hari maka ia akan dihitung sebagai orang yang sudah menghafal (hafidz) Al-Quran”.

Mengenai status dari orang-orang yang hafal Al-Quran di luar kepala (hafidz), hadits yang diriwayatkan oleh Hadhrat Sayid Khudry menyampaikan kepada kita bahwa YM. Rasulullah saw. bersabda, “Hafidz Al-Quran ketika akan masuk ke dalam surga diminta untuk terus dan membaca tartil Al-Quran untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi, dan terus diminta membaca lagi agar meraih kedudukan yang lebih tinggi lagi di surga.” Jadi, jika Saudara-saudara seperti itu. bahwa karena sebagai hasil dibacanya setiap ayat Al- Quran itu dijanjikan akan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi di surga, maka ia akan terus mencapai tingkatan yang lebih tinggi lagi seterusnya di surga.

Berkenaan dengan pembacaan Al-Quran di rumah-rumah yang secara regular (rutin/tetap), YM. Rasulullah saw.. bersabda bahwa, “Di rumah kalian di mana Al-Quran dihaca secara ekstensif maka berkat-herkatnya akan bertambah luas, sedangkan di rumah dimana Al-Quran tidak dibaca. maka berkatnya akan berkurang, keburukan akan meningkat di rumah tersebut, serta rumah tersebut akan menjadi sempit bagi orang-orang yang tinggal di sana.”

Oleh karena itu, kita harus berusaha mendapatkan berkut-berkat dari Allah Taala ini dengan membaca Kitah Suci Al-Quran. Mereka harus terus menerus mengerjakannya dan sebagai hasil dari berkat ini. bukan saja dengan berkat ini mereka akan dapat memperbaiki kehidupannya — kehidupan di sini (di dunia ini) dan kehidupan di akhirat — tetapi juga akan menambah kekuatannya dalam menghadapi serangan dari syaitan. Tetapi haruslah diingat, bahwa berkat-berkat ini hanyalah akan diperoleh pada saat, bilamana Saudara-saudara memperoleh pengertian akan apa yang Saudara-saudara baca dan beramal terhadap (sesuai dengan) apa yang Saudara-saudara pelajari dari Al-Quran. Sebab kalau tidak begitu maka Saudara-saudara adalah seperti orang yang buta, sebagaimana yang saya sudah katakan sebelumnya.

Membaca Al-Quran dengan Suara (Lagu) yang Merdu

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. juga bersabda bahwa agar memperoleh berkat ini. Saudara-saudara harus membaca Al-Quran, dan Saudara-saudara harus berdoa kepada Allah serta perilaku Saudara-saudara harus menjadi hamba atau budak dari ajaran Al-Quran itu. Bagaimana cara membaca dan menilawatkannya? Hadhrat Barabi Nasim menyampaikan bahwa YM. Rasulullah saw.. bersabda, “Kalian akan menambah keindahan Kitab Suci Al- Quran dengan suara melodi kalian yang merdu.”

Pentingnya Meningkatkan Kecintaan Membaca dan Mengamalkan Al-Quran

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda, bahwa, “Initisari yang hakiki dari ibadah shalat adalah pembacaan Kitab Suci Al-Quran. Jika kalian membaca huruf dan kata-kata yang diberkati ini, maka hal itu akan menciptakan pancuran kecintaan di dalam hati kalian dan di sana akan timbul kehangatan (cinta) di dalam hati kalian dengan hangatnya cinta dari Tuhan. Jadi jika kalian menyatakan memiliki cintanya Tuhan Allah Taala, maka kalian harus berusaha untuk menambah besar kecintaan ini. Agar bisa begitu, maka kalian harus membaca Al-Quran dengan pengertian yang penuh dan juga harus beramal sesuai dengan ajarannya, perkara ini adalah sangat penting.”

Atas pertanyaan seseorang, Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda bahwa “Kitab Suci Al- Quran harus dibaca dengan merenungkan dan meresapkan isinya. memikirkannya dalam hati dan merefleksikan isinya”

Dalam hadits YM. Rasulullah saw.. bersabda bahwa, “Ada banyak orang-orang, demikian banyak orang-orang yang membaca Al-Quran tetapi Al-Quran memberikan kutukan kepada orang-orang ini. Itulah mereka yang membaca Al-Quran tetapi tidak beramal sesuai dengan ajaran Al-Quran. “ Jadi bilamana dalam ayat Al-Quran disebutkan tentang rahmat dan belas-kasihan Tuhan maka Saudara-saudara harus mencari berkatnya, sedangkan jika disebutkan tentang hukuman dari Tuhan maka Saudara-saudara harus mencari perlindungan terhadap kutukan dari Allah dan agar terhindar dari hukuman-Nya. Maka orang-orang itu harus membaca Al- Quran dengan pemikiran yang baik dan harus beramal atau bertindak yang sesuai. Begitulah cara pembacaan dan tilawat Al-Quran yang baik.

Al-Quran Merupakan Washilah (Perantara)

Dalam satu hadits, Hadhrat Abu Amama Bahli menyampaikan bahwa: Saya mendengar YM. Rasulullah saw.. bersabda, “Jika kalian membaca Kitab Suci Al-Quran maka Al-Quran ini akan menjadi perantara (washilah) bagi kalian di Hari Kiamat nanti. Surah Al-Baqarah dan surah Al-Fatihah ini harus seperti bunga mawar yang indah jika kalian membacanya, dan ini pun akan disajikan pada Hari Kiamat nanti”.

Ini tergantung kepada orang-orang yang membaca ayat-ayat ini, dan ayat-ayat ini akan memberikan bukti yang akan mendukungnya. Lebih dari itu, dikatakan bahwa, “Jika kalian membaca Surah Al-Baqarah dan bertindak (beramal) sesuai dengannya maka hal itu adalah bermanfaat bagi kalian dan tak ada orang yang bisa menolaknya serta tak ada yang bisa menghalanginya”.

Jadi, berbagai perkara yang ada di dalam surah Al-Baqarah itu harus dimengerti dengan semestinya dan bertindak sesuai dengan itu, nanti Saudara-saudara akan sangat banyak mengerti dari sana. Tetapi jangan ada yang berpikiran bahwa pembacaan surah-surah lain berikutnya itu tidak esensial (tidak penting), hanya dua buah surah inilah yang harus dibaca, tetapi kenyataannya ialah tergantung pada berbagai hal yang tersebut dalam 2 surah ini dan yang penting adalah mengamalkannya, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya. Juga berusaha untuk menghafalkannya dan membaca bagian-bagian dari kedua surah ini, terutama dalam shalat-shalat nawafil Saudara-saudara.

Disampaikan dalam sebuah hadits bahwa seorang sahabat bangun di tengah malam dan melihat bahwa YM. Rasulullah saw. sedang melakukan shalat nawafil, maka ia pun ikut di belakangnya. Setelah beberapa lama ia merasa sangat lelah: YM. Rasulullah saw. membaca surah Al-Baqarah seluruhnya dan pada raka'at kedua barangkali beliau membaca surah Ali- Imran. Betapa style (cara) pembacaan Al- Quran yang dilakukan Rasulullah saw., sehingga ia merasa lelah, karena yang meriwayatkan mengatakan bahwa pembacaan Al-Quran, tilawatnya, YM. Rasulullah saw. itu mengucapkannya dengan perasaan yang khusus mengenai surah Al-Baqarah ini, di mana beliau pernah bersabda bahwa surah ini adalah puncaknya dari Al-Quran. Berbagai subyek dibicarakan di dalam surah Al-Baqarah ini, mulai dari Hadhrat Adam a.s. sampai pada Nabi Muhammad saw., berbagai nabi-nabi disebutkan, perihal ibadah disebutkan, shalat disebutkan, tentang puasa disebutkan, dan berbagai perintah ada di sana. Hadhrat Ibrahim a.s., Hadhrat Ismail a.s., shalat-shalat beliau juga disebutkan. Demikian juga doa-doa lainnya diajarkan dalam surah ini.

Demikian pula dalam surah Ali-Imran disebutkan juga subyek lainnya, mengenai Hadhrat Isa a.s., mengenai peperangan Rasulullah saw., perang Badar dan juga berbagai perang mempertahankan diri, juga ribuan ilmu ada disebutkan di dalam surah ini.

Menurut riwayat lainnya, dikatakan tentang keistimewaan dari membaca dan menghafal Al-Quran. Hadhrat Aisyah Siddiqa ra. mengatakan bahwa YM. Rasulullah saw.. bersabda bahwa, “Membaca Kitab Suci Al- Quran di dalam shalat adalah sangat istimewa, bahwa pembacaan di dalam shalat mendapatkan pahala yang besar dan amat bermanfaat daripada dengan membacanya di mana saja. Membaca Al-Quran lebih utama daripada tashih dan takbir, tasbih, mengagungkan Allah lebih utama daripada memberikan sedekah. Sedekah adalah lebih utama daripada puasa. Puasa adalah sebagai perisai untuk mendapatkan perlindungan dari api hukuman” (HR.Baihaki-Syu 'abul Iman).

Pembacaan ayat-ayat di dalam shalat dilakukan dengan perasaan dan mood yang khusus, oleh karena itulah saat itu pembacaan Al-Quran ini adalah merupakan berkat yang besar.

Di mana Allah Taala memperingatkan kita terhadap sesuatu, atau Dia menyebutkan hal ini, maka orang harus mengucapkan istighfar pada saat itu, sehingga orang akan benar-benar mengerti bahwa “Saya ini sedang berdiri di hadapan Allah”. Berkenaan dengan shalat ini, Allah Taala berfirman bahwa kita harus melakukannya seolah-olah kita sedang berdiri di hadapan Allah. Jadi pembacaan Al-Quran selama dalam shalat itu mendapatkan manfaat dan ganjaran yang besar. Manfaat lainnya ialah bahwa Saudara-saudara diingatkan akan kewajiban untuk menghaful lebih banyak dan lebih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran yang penuh dengan berkat-berkat. Secara umum, membaca Al-Quran adalah banyak lebih bagus daripada pekerjaan-pekerjaan bagus yang lainnya.

Penganugrahan Furqaan (Pembeda)

Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda bahwa, “Kitab Suci Al-Quran adalah Kitab yang asli, Kitab yang suci. yang diturunkan ketika dunia sedang dipenuhi dengan begitu banyak kejahatan dan permasalahan, dan begitu banyak hal-hal yang tidak benar di sana. Perilaku buruk atau misconduct (hubungan buruk) sudah merajalela pada waktu itu. Berkenaan dengan keadaan ini Allah Taala menyampaikannya dalam kata-kata:

ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ ...

Zhaharal fasaadu fil barri wal bahri (Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan perbuatan tangan manusia) Surah Ar-Ruum 30:42

Yakni, semua orang-orang. baik orang-orang pengikut Alkitab atau umat lainnya, mereka semuanya sama sekali berada di dalam lingkungan kejahatan. Pada saat itu. untuk membuktikan kesalahan dari kepercayaan-kepercayaan yang ada maka Allah Taala menurunkan Kitab yang istimewa ini. Kitab Suci Al-Quran sebagai petunjuk bagi kita, yang memberikan bukti (membuktikan) kesalahan agama-agama yang ada, terutama dengan surah Al-Fatihah, Allah Taala menyebutkan semua kesalahan-kesalahan dari kepercayaan tersebut di dalam Al-Fatihah. Dia berfirman dalam satu instruksi (perintah) penting untuk kalian yaitu bahwa kalian hendaknya jangan sama sekali mengabaikan atau meninggalkan Al-Quran. Al-Quran ini adalah sumber dari kehidupan kalian, barang siapa yang memuliakan Al- Quran maka ia akan dimuliakan di Langit. Bagi orang-orang di atas bumi ini tidak ada kitab lainnya kecuali Al-Quran ini. Bagi seluruh umat di bumi tidak ada nabi atau perantara (intercessor/pemberi syafaat) lainnya kecuali Nabi Muhammad, Rasulullah saw.”

Beliau saw. bersabda, “Aku beritahukan kepada kalian secara jujur, bahwa jika kalian tidak berpaling dari Al-Quran, dari arti-artinya, atau dari kata-katanya, maka Allah Taala akan membuat perbedaan (furgaan/pembeda) antara orang-orang yang dibimbing oleh Allah ter- hadap orang lainnya”. Keimanan sepenuhnya kepada Allah ditimbulkan dari Kitab Suci Al- Quran, dan Saudara-saudara dapat menjadi suksi, betapa hebat, kemuliaan dan keagungan Allah Taala. doa-doanya akan diterima dan ia akan diberikan kemampuan spiritual yang sedemikian rupa tinggi, bahwa ia mampu melihat kehebatan Allah Taala di mana orang- orang lainnya-tidak bisa melihatnya. Ia bisa mendengar dan ia bisa melihat pada hal- hal, yang tidak terlihat oleh orang lainnya.

Maka, agar supaya doa-doa kita dapat dikabulkan, adalah sangat perlu bagi kita untuk membaca Kitab Suci Al-Quran. Sekarang, 17 hari sudah berlalu, semoga Allah Taala memberikan kemampuan kepada kita bahwa di dalam beberapa hari sisa bulan Ramadhan ini kita bisa mendapatkan herkalt-herkat dari Al-Quran lebih banyak lagi dari yang sebelumnya, kita harus membacanya, kita harus menilawatkannya dan kita harus bekerja sesuai dengan ajaran di dalamnya. Ini hanya dimungkinkan jika kita menganalisa (menghisab) diri kita sendiri setiap hari. Kita harus melihat berapa banyak munfaat yang telah diperoleh dari Al-Quran, kita juga harus selalu ingat bahwa sampai hari terakhir dari bulan Ramadhan ini. apa pun yang telah kita dapat peroleh dari Al-Quran dalam berkat-berkatnya maka kita harus berusaha untuk menggunakannya dalam bagian dari kehidupan kita.

Praktek membaca Al-Quran ini, tilawat selama Ramadhan harus terus dilanjutkan setelahnya bulan Ramadhan berakhir. Kita harus berusaha untuk bisa mengerti dan mengamalkannya dalam hari-hari biasa setelah bulan Ramadhan. Kita harus memasang mata pada rumah kita dan mengawasi bahwa isteri dan anak-anak juga membaca Al-Quran, serta beramal sesuai ajaran Al-Quran.

Semoga Allah Taala inemberikan kemampuan kepada kita semua untuk mengerjakannya sehingga kita termasuk orang- orang yang menerima berkat-herkat dari Kitab Suci Al-Quran dan bisa terus meningkatkan derajat keimanan dan spiritual kita. Aamiin.

Catatan Penterjemah

SAL, October 24, 2005 / PSI, 7-11-2005