Khotbah-huzur-20140110: Perbedaan revisi

Dari Isa Mujahid Islam
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
 
(Tidak ada perbedaan)

Revisi terkini pada 5 Agustus 2022 04.01

Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 10 Januari 2014 di Masjid Baitul Futuh, UK.

Beberapa hari Jumat lalu, beberapa khotbah disampaikan menurut keterangan khotbah Jumat Hadhrat Khalifatul Masih II ra mengenai perbaikan amal. Kebutuhan untuk menghapus beberapa hambatan untuk perbaikan amal disebutkan dan itu menjelaskan bahwa hambatan terhadap perbaikan amal kita lebih kuat daripada hambatan keyakinan dan keimanan kita. Tema tersebut telah disampaikan hari ini.

Perlu diingat bahwa misi dan tujuan diutusnya Hadhrat Masih Mau’ud as bukan hanya untuk memperbaiki aqaaid (akidah-akidah, kepercayaan, keimanan). Beliau bersabda bahwa beliau datang untuk menghubungkan manusia dengan Tuhan dan melaksanakan hak-hak umat manusia. Hal ini tergantung pada amal perbuatan. Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: “Ingatlah, kata-kata dan ungkapan saja tidak bermanfaat kecuali diikuti dengan amal perbuatan.” [1]

Beliau juga bersabda: “Kuatkanlah keimanan kalian. Amal adalah senjata keimanan. Jika gaya hidup manusia tidak benar, maka di sana tidak ada keimanan.. [2]

Harapan untuk bermanfaat bagi tujuan kedatangan Hadhrat Masih Mau’ud as hanya dapat dimungkinkan ketika masing-masing dari kita berupaya sekuat tenaga untuk menghapus hambatan guna memperbaiki amal perbuatan kita. Perbaikan amal kita saja akan menarik orang lain kepada kita dan kita akan dapat membantu menyelesaikan tujuan kedatangan Hadhrat Masih Mau’ud as. Kekuatan untuk memperbaiki orang lain hanya dapat terjadi setelah memperbaiki diri kita sendiri. Kemenangan kita tidak untuk menundukkan siapa pun ataupun mencapai tujuan duniawi. Tetapi, untuk membuat dunia tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya saw. Jika tidak ada perbedaan antara kita dan yang lainnya, apa dunia akan mendengarkan kita? Daripada terkesan dengan orang lain, kita harus membuat mereka terkesan terhadap kita. Perlu menyelamatkan diri dari pengaruh duniawi. Ada banyak hambatan dalam hal ini, yang untuk itu kita harus menanamkan kekuatan rohaniah yang akan membantu menghilangkan hambatan tersebut. Kita harus mengusulkan prinsip-prinsip untuk bersaing dengan dunia yang masing-masing dari kita akan mengikuti dan mempertahankannya. Ini akan memerlukan pengorbanan nafs (jiwa) dan akan memerlukan penghasil lingkungan khusus.

Dunia saat ini adalah seperti sebuah desa global (global village) dan sebagaimana disebutkan sebelumnya, kejahatan yang jauhnya ribuan mil telah mencapai setiap rumah tangga melalui media elektronik seperti halnya semua kebaikan mencapai setiap rumah tangga. Namun, tingkat penyebaran kejahatan melebihi penyebaran kebaikan. Telah disebutkan sebelumnya bahwa di samping ini, standar apa yang baik dan apa yang buruk juga telah berubah. Sesuatu yang Islam anggap buruk dan berdosa dianggap sepele dalam masyarakat yang tak beragama. Bahkan, sesuatu seperti sekarang dianggap baik.

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra mengatakan bahwa menari merupakan bagian dari budaya Barat. Memang itu tidak biasa pada masa Hadhrat Mushlih Mau’ud ra, tetapi sekarang ini terjadi melalui saluran televisi dan internet. Beberapa rumah telah berubah menjadi rumah tari. Di beberapa keluarga menari berlangsung atas nama hiburan selama acara-acara keluarga, terutama selama pernikahan. Keluarga Ahmadi harus benar-benar terhindar dari amal-amal seperti itu dan perhatian harus diberikan untuk hal ini. Hadhrat Mushlih Mau’ud ra mengatakan bahwa meskipun menari adalah bagian dari budaya Barat, itu tidak hanya dianggap baik, tetapi kemudian diterima sebagai bagian dari tradisi. Pada awal kali pria dan wanita menari dengan memegang tangan, ini berubah dan mereka mulai menari dengan mendekatkan wajah mereka.[3]

Secara bertahap jarak antara mereka (para penari laki-laki dan perempuan) mendekat dan sekarang tari telah berubah menjadi sesuatu yang sangat vulgar dengan penari berpakaian ketat muncul di televisi. Penyebaran bertahap perubahan dalam gaya menari terjadi karena mereka yang menyebarkan ini bersikukuh, meskipun ada protes terhadapnya dan akhirnya [penyebaran] sukses. Sekarang kevulgaran dan ketelanjangan muncul di televisi Pakistan, sebuah negara Muslim, mengatas namakan hiburan.

Jadi, karena keteguhannya, kejahatan telah menguasai pikiran keseluruhan dunia. Perencanaan dan pengorbanan yang luar biasa diperlukan untuk bersaing dengan itu. Adalah perlu merenungkan hal itu dan bekerja keras untuk hal itu. Adalah perlu menyesuaikan sesuatu yang akan menghasilkan kekuatan untuk menghapus hambatan untuk memperbaiki diri kita sendiri.

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra menjelaskan dengan sangat indah bahwa dalam rangka memperbaiki amal perbuatan kita, kita perlu menanamkan tiga aspek sebagai berikut: kekuatan tekad, pengetahuan dan kekuatan untuk melaksanakan dengan benar dan tepat. Kekuatan utama dan fundamental adalah hanya yang pertama dan yang ketiga, sementara aspek tengah, pengetahuan yang benar dan tepat, mempengaruhi keduanya. Untuk tujuan memperbaiki amal perbuatan, kekuatan tekad perlu diperkaya dan cacat kekuatan untuk melaksanakan perlu dihapus. Kejahatan hanya dapat berasal jika ada tekad untuk membendungnya dan ini hanya dapat terjadi jika kekuatan dihasilkan untuk melaksanakan ini.

Ada sedikit salah dengan kekuatan tekad kita. Mayoritas Jamaat ingin memiliki Taqwa (kebenaran) dan keshalehan, untuk menyebarluaskan pesan Islam dan untuk mencapai cinta dan kedekatan Allah. Hadhrat Mushlih Mau’ud ra mengatakan bahwa meskipun kekuatan tekad kita kuat, itu tidak membawa hasil. Mungkin tidak ada tekad yang cukup untuk melaksanakan apa yang diinginkan. Kita memiliki tekad yang cukup dalam hal keyakinan kita, namun, kita kekurangan dalam tekad kita untuk memperbaiki amal perbuatan kita dan belum berhasil dalam hal ini. Kita juga harus mengakui bahwa ibadah kita kepada Tuhan juga cacat dan kekuatan kita untuk melaksanakan apa yang kita niatkan non-aktif dan tidak dipengaruhi oleh daya tekad kita. Atau ada kekurangan dalam dukungan-dukungan yang diperlukan bagi kita untuk mendapatkan apa yang kita niatkan. Dalam hal ini, kecuali kita memperbaiki, situasi tidak akan menjadi sia-sia.

Contoh ini akan ada saat seorang siswa ingin belajar sesuatu, tapi tidak bisa. Kecuali kapasitas mentalnya dikoreksi, tidak peduli seberapa keras ia mencoba, dia tidak bisa belajar atau mengingat pelajarannya. Dalam rangka untuk memperbaiki kapasitas mentalnya alasan ketidakmampuannya harus ditemukan. Di Pakistan beberapa siswa belajar dengan hafalan, tanpa benar-benar memahami apa yang telah mereka hafal. Dengan keahlian mereka menghapal seluruh buku, tetapi ketika mereka datang ke Barat, kadang-kadang mereka tidak bisa mempertahankan keberhasilan pendidikan mereka, seakan-akan sesuatu yang dilakukan berbeda di sini. Semuanya dipelajari dengan pemahaman dan keadaan di sini (Barat). Ketika dewan pendidikan di Rabwah dipisahkan dari sistem pemerintahan karena alasan tertentu dan dikaitkan dengan suatu sistem dengan ajaran pemeriksaan yang berbeda, banyak siswa menulis dengan mengatakan bahwa mereka tidak bisa mencapai nilai yang sebelumnya mereka bisa. Kadang-kadang hambatan dalam belajar tidak disebabkan ketidakmampuan mental dan ada alasan-alasan lain. Tentu saja ketidakmampuan mental membuat sulit untuk mengatasi sesuatu. Namun, seperti di sini ada sekolah khusus untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus mengenai pelajaran dimana mereka diajarkan dengan cara tertentu dan kadang-kadang mereka mengatasi kebutuhan-kebutuhan khusus mereka.

Dalam rangka mencapai keberhasilan, pikiran harus disesuaikan sesuai dengan metode yang direkomendasikan untuk suatu hal. Kita harus melihat mengapa niat baik dan tekad kita tidak mempengaruhi bagian dari otak kita yang mengontrol perbaikan amal? Kita harus melihat tingkat ibadah kita kepada Allah, kita harus melihat apakah upaya amal perbuatan kita ikhlas dan tulus? Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, memperbaiki amal perbuatan memiliki dua hambatan: kelemahan dalam kekuatan mengatasi kelemahan dan kekuatan untuk melaksanakan sesuatu. Aspek yang ketiga adalah kelemahan pengetahuan yang mempengaruhi dua bagian yang lainnya. Niat dan implementasinya bekerja sesuai dengan pengetahuan.

Jika seseorang tidak tahu bahwa kerumunan seribu orang akan menyerangnya, tetapi berpikir bahwa mungkin satu atau dua individu yang akan menyerangnya, ia akan siap-siap sesuai dengan pengetahuan yang ia memiliki atau persiapannya akan berbeda. Kekuatan pengetahuan meningkatkan kekuatan tekad. Jika seseorang ingin mengangkat sesuatu, tapi tidak bisa, ia berhenti dan berpikir dan menganalisa situasi, mungkin mengubah cara ia mengangkat dan kemudian mampu mengangkat objek. Dalam hal ini, ia akan menggabungkan pengetahuan dengan penggunaan yang benar dari kekuatannya dan mencapai apa yang ia inginkan. Kapasitas yang diberikan Tuhan selalu ada, tetapi harus digunakan dengan benar. Kebutuhan pokok yang sama harus disesuaikan dengan menerapkan standar amal dan menghapus kelemahan dalam melaksanakan sesuatu dan pengetahuan ini harus ditingkatkan, sehingga dapat mengatasi kelemahan.

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra mengatakan bahwa Allah memberi setiap individu kapasitas untuk menilai (membandingkan), yang menentukan berapa banyak kekuatan yang diperlukan untuk melakukan yang demikian dan itu ada karena kekuatan otot dan kemudian ada kekuatan mental, seperti itu diilustrasikan dalam contoh seseorang mengangkat benda, dimana kapasitas untuk menilai dimanfaatkan. Kapasitas untuk menilai juga berasal dari pengetahuan, baik itu pengetahuan internal ataupun pengetahuan eksternal. Pengetahuan internal berasal dari observasi (penelitian) dan eksperimen (percobaan), sedangkan pengetahuan eksternal berasal dari sumber-sumber luar, contohnya kebisingan, suara kerumunan yang mendekat. Namun, dalam hal mengangkat benda berat dengan sukses, itu adalah kapasitas untuk menilai yang digunakan. Dalam contoh pertama orang tersebut tidak bisa mengangkat benda karena ia salah menilai beratnya. Tetapi, setelah menilai dan mengukur beratnya yang benar, ia mengangkatnya berhasil. Prinsip yang sama bekerja ketika orang bersiap untuk memperbaiki diri sendiri, kemampuannya untuk menilai (membandingkan) yang disimpulkan seberapa banyak kekuatan diperlukan untuk pencapaian pribadinya. Kadang-kadang, karena pengetahuan yang salah, manusia tidak mampu memperbaiki dirinya dan karena kurangnya pengetahuan kapasitas untuk menilai (membandingkan) tidak memberikan informasi yang benar sehubungan dengan jenis perbaikan khusus. Kapasitas untuk menilai (membandingkan) memberi sinyal kehati-hatian kepada manusia dan itu adalah kapasitas yang sama, yang karena kurangnya pengetahuan, membuat manusia lalai. Dosa terjadi karena kurangnya pengetahuan saja. Bila seorang anak dibesarkan dalam lingkungan penuh dosa, ia tumbuh dengan anggapan benar dan salah yang telah rusak (teracuni), seperti anggapan bahwa seseorang tidak mungkin mendapat sesuatu tanpa berbohong.

Hal ini membingungkan, mengapa banyak orang yang mencari suaka politik beranggapan bahwa tanpa mereka-reka cerita, kasus mereka tidak akan berhasil. Terlepas dari itu, Hadhrat Khalifatul Masih berulang kali menyebutkan bahwa jika masalah ini dijelaskan secara singkat dan tepat maka kasus suaka akan sukses dengan cepat. Ada banyak contoh tentang hal ini ketika orang-orang mengatakan bahwa mereka membuat pernyataan singkat dan benar dan kasus mereka sukses segera. Dalam hal ini, sudah cukup untuk dikatakan (dalam aplikasi suaka) bahwa orang tidak dapat mengalami mental yang tersiksa dikarenakan kehidupan mereka senantiasa ditakut-takuti juga kehidupan keluarga mereka dan semua masalah lain yang terkait. Anak-anak tidak bisa pergi ke sekolah atau diganggu di sekolah. Mayoritas kasus suaka sukses di poin-poin ini. Kita harus mematuhi kebenaran (kejujuran) dan tentu saja percaya pada Tuhan. Ketika cerita-cerita salah disebutkan di depan anak-anak, seperti rekening palsu ini dan itu diletakkan di hadapan hakim, anak-anak akhirnya berpikir tidak ada dosa dalam berbohong dan tanpa berbohong mungkin kasus suaka mereka tidak akan berhasil dan menceritakan kebohongan adalah kunci untuk semua kemajuan. Mereka akhirnya berpikir, tidak ada yang dilakukan tanpa berbohong dan sebagai hasilnya mereka tidak mempersoalkan cerita-cerita kebohongan. Ketika anak-anak tersebut tumbuh dan mengharapkan kapasitas mereka untuk menilai (membandingkan) untuk menentukan sesuatu, itu akan menentukan bagi mereka bahwa tidak ada salahnya berbohong. Demikian pula, ketika seorang anak tumbuh di sebuah lingkungan dimana ghibat (membicarakan orang) adalah hal biasa, kapasitas untuk menilai dan membandingkan akan menyimpulkan bahwa semua orang melakukannya dan tidak ada yang tak mungkin untuk itu. Hal itu disebutkan dalam khotbah sebelumnya bahwa hambatan besar dalam perbaikan amal adalah bahwa orang menganggap beberapa dosa itu adalah dosa besar dan yang lain bukan dosa besar dan berpikir bahwa tidak ada salahnya melakukan dosa-dosa kecil. Setelah terlibat dalam dosa-dosa, sulit untuk meninggalkannya.

Dalam hal ini, kapasitas untuk menilai/membandingkan ada, namun karena informasi atau pengetahuan yang salah, tidak memberikan manusia cukup kekuatan untuk mengatasi dosa. Kelemahan fisik tidak memungkinkan sejumlah beban untuk diangkat. Namun, ketika otak mengirimkan sinyal untuk mengangkat bobot yang lebih besar, hal itu bisa dilakukan. Demikian juga dengan kekuatan untuk menghapus dosa. Sementara kekuatan tersebut ada, tetapi ketika dihadapkan dengan dosa, kapasitas untuk menilai dan membandingkan menganggap tidak ada salahnya. Akibatnya, otak tidak memberikan kekuatan untuk menghapusnya dan juga tidak ada kekuatan tekad. Dalam rangka perbaikan amal, kekuatan tekad, kelimpahan pengetahuan dan kekuatan untuk menerapkan diperlukan. Kelimpahan pengetahuan meningkatkan kekuatan tekad.

Singkatnya, perbaikan amal membutuhkan tiga hal: kekuatan tekad yang merupakan kemampuan akan hal yang besar, banyak pengetahuan sehingga kekuatan tekad kita menyadari tanggung jawabnya dalam hal apa yang salah dan apa yang benar dan mendukung apa yang benar dan berusaha untuk mengikutinya dan tidak kalah karena ketidaktahuan. Ketiga, kita membutuhkan kekuatan untuk melaksanakan sesuatu sehingga anggota badan kita mengikuti niat baik kita dan tidak menolak niat baik apa yang diperintahkan untuk melakukannya. Ini adalah sumber dasar untuk keluar dari dosa dan memperbaiki amal perbuatan.

Kita harus membuat kekuatan tekad kita seperti petugas berdisiplin yang mendapat perintah, mengikuti sesuai dengan kekuatannya dan prinsip-prinsip dan tidak membiarkan apapun yang datang menghalangi jalannya. Kita tidak harus membuat definisi sendiri tentang dosa-dosa besar dan kecil. Pengetahuan yang benar akan menyelamatkan kita dari sesuatu yang mempengaruhi kemampuan kita untuk menilai (membandingkan). Memang, kekuatan tekad tidak dapat menentukan tanpa pengetahuan, dan jika kekuatan untuk melaksanakan sesuatu kuat, itu akan memahami petunjuk yang diberikan oleh kekuatan tekad.

Hadhrat Mushlih Mau’ud ra mengatakan bahwa kelemahan dalam kekuatan untuk berbuat adalah dua jenis: kelemahan nyata (berwujud, terlihat) dan tidak terlihat. Kelemahan tak terlihat adalah ketika kekuatan ada, namun karena kurangnya penggunaan menjadi sedemikian berkarat. Sedangkan kelemahan nyata adalah ketika dikarenakan tidak digunakan dalam waktu yang lama membuatnya dalam keadaan tak bernyawa dan ia membutuhkan bantuan dan dukungan dari luar.

Contoh kelemahan tak nyata adalah ketika seseorang yang dapat mengangkat 40 kilo beban, tapi karena kurangnya latihan membuatnya cemas (terganggu) untuk memikirkan hal itu. Jika orang tersebut meyakinkan dirinya, dia akhirnya bisa mengangkat berat yang diperlukan.

Contoh kelemahan nyata adalah ketika dikarenakan tidak digunakan dalam waktu yang panjang, kapasitas tidak ada dan orang tidak bisa mengangkat lebih dari 20 atau 10 kilo beban. Orang seperti itu membutuhkan bantuan dan dukungan agar dapat mengangkat lebih berat lagi. Singkatnya, ketika kekuatan pribadi tidak ada, sumber daya eksternal harus disediakan.[4]

Kondisi perbaikan amal adalah sama. Beberapa orang harus menanamkan kekuatan tekad, beberapa membutuhkan kekuatan untuk mengimplementasikan, namun untuk beberapa orang beban terlalu berat dan masyarakat harus memainkan perannya bagi mereka, Jemaat harus memainkan perannya, badan-badan harus memainkan peran mereka. Kita perlu menanamkan hal ini, perlu memperhatikan hal-hal ini untuk perbaikan amal sehingga kita dapat memenuhi tujuan kebangkitan Hadhrat Masih Mau’ud as dan agar kemampuan kita yang diberikan oleh Tuhan tidak berkarat dan akhirnya karat (cacat, kekurangan) pun hilang.

Hadhrat Masih Mau’ud as berkata: “Jalan keyakinan (jalan iman) adalah ingin diberikan perbaikan dari Allah Ta’ala dan untuk mencurahkan kekuatan seseorang [untuk perbaikan itu].” [5]

Beliau juga mengatakan: “Kalian harus bersungguh-sungguh menunjukkan keteladanan kalian dengan amal perbuatan dan harus memiliki kecemerlangan di dalamnya sehingga orang lain dapat menerimanya.” [6]

Tidak ada yang akan menerimanya kecuali ia memiliki kecemerlangan. Demikian pula, jika keadaan internal kalian tidak memiliki kebersihan dan kecemerlangan, tidak ada yang akan menerimanya. Jika kalian tidak memiliki moral yang tinggi, kalian tidak dapat mencapai setiap derajat.

Kerja keras terus-menerus dibutuhkan untuk memperbaiki amal perbuatan sehingga semua Ahmadi mampu memenuhi tujuan Ahmadiyah dan mampu menjadikan diri mereka Muslim sejati sesuai dengan keinginan Hadhrat Masih Mau’ud as.

Selanjutnya, Hudhur mengumumkan bahwa beliau akan memimpin shalat Jenazah ghaib untuk Master Mashriq Ali Sahib yang meninggal pada tanggal 3 Januari di Qadian setelah sakit selama setahun. Beliau berusia hampir 80 tahun. Beliau telah mengambil Bai’at pada tahun 1965 dan tetap bersemangat dalam bertabligh sampai napas penghabisan. Beliau adalah seorang Mushi. Beliau meninggalkan tiga anak perempuan dan dua anak laki-laki yang salah satunya mungkin dikenal oleh seluruh Jemaat. Dia adalah Ismatullah Sahib yang membacakan nazm di MTA.

Referensi

  1. Malfuzhaat, jilid awwal, halaman 48, edisi 2003, terbitan Rabwah.
  2. Malfuzhaat, jilid awwal, halaman 249, edisi 2003, terbitan Rabwah.
  3. Khuthubaat-e-Mahmud, jilid 17, halaman 432, khotbah jumat 3 Juli 1936, penerbit Yayasan Fadhl Umar.
  4. Khuthubaat-e-Mahmud, jilid 17, halaman 441, khotbah jumat 3 Juli 1936, penerbitYayasan Fadhl Umar.
  5. Malfuzhat, jilid awwal, halaman 92, edisi 2003, terbitan Rabwah.
  6. Malfuzhat, jilid awwal, halaman 116, edisi 2003, terbitan Rabwah.