Khotbah-huzur-20210528

Ringkasan Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 28 Mei 2021 (Hijrah 1400 Hijriyah Syamsiyah/Syawal 1442 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Mubarak, Tilford.

Yang Mulia, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad ayyadahuLlahu ta’ala bi nashrihil ‘aziz membacakan ayat-ayat berikut dari Al-Qur'an:


“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dari antara kamu dan berbuat amalsaleh, bahwa Dia pasti akan menjadikan mereka itu Khalifah di bumi ini, sebagaimana Dia telah menjadikan Khalifah orang-orang yang sebelum mereka; dan Dia pasti akan meneguhkan bagi mereka agama mereka, yang telah Dia ridhai bagi mereka; dan pasti Dia akan memberi mereka keamanan dan kedamaian sebagai pengganti sesudah ketakutan mencekam mereka. Mereka akan menyembah Aku, dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Aku. Dan barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka itulah orang-orang durhaka.”

“Dan dirikanlah shalat, dan bayarlah zakat, dan taatlah kepada Rasul itu supaya kamu mendapat rahmat”, (Al-Qur'an, Surah an-Nur, 24: 56-57)

Memahami Makna Hari Khilafat

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengatakan bahwa kemarin tanggal 27 Mei, yang di dalam Jemaat dikenal sebagai Hari Khilafat. Pada hari ini, program diadakan agar kita dapat memahami pentingnya Khilafat dan memahami berkah ini sehingga kita dapat terus menuai manfaatnya. Kita beruntung telah menerima Hadhrat Masih Mau’ud (as), dan dengan demikian telah menerima Khilafat yang memungkinkan kita untuk terus mengikuti ajaran Hadhrat Masih Mau’ud (as) dan menyebarkannya lebih jauh di dunia juga.

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengatakan bahwa dengan terhubung dengan Khilafat, setiap Ahmadi memiliki tanggung jawab yang harus dijunjung tinggi. Dalam ayat-ayat yang dibacakan, Tuhan telah menjanjikan kedamaian dan keamanan dengan syarat seseorang memiliki iman yang teguh, melakukan perbuatan baik (amal saleh), melakukan keadilan (keseimbangan) terhadap ibadah mereka dan tidak menyekutukan Tuhan. Untuk mencapai ini, menyembah Tuhan dan doa sangat penting. Seseorang harus melakukan shalat, menghabiskan waktu di jalan Allah dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam.

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala bersabda bahwa ketika kita memenuhi hal-hal ini dan memenuhi janji setia kita untuk mendahulukan iman kita atas hal-hal duniawi, maka kita akan menerima karunia dan berkah yang dijanjikan oleh Tuhan, dan kita akan dapat benar-benar mendapatkan manfaat dari Khilafat. Dengan demikian, janji Tuhan ini tidak hanya menjadi sarana kegembiraan besar, tetapi juga menjadi sumber perhatian bagi kita, karena kita harus memeriksa diri dan melihat apakah kita memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Tuhan.

Tidaklah cukup hanya dengan mengenal sejarah Khilafat, tetapi kita harus mempertimbangkan apakah kita benar-benar bertakwa, apakah kita telah melakukan pemenuhan hak-hak ibadah, apakah kita mengikuti ajaran yang disajikan oleh Nabi Muhammad (saw)? Kita harus mempertimbangkan apakah perbuatan baik kita dilakukan demi Tuhan atau untuk menunjukkan kepada orang lain (riya).

Meraih Berkat dari Janji Ilahi ini

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengatakan bahwa hanya ketika setiap tindakan kita adalah demi Tuhan, kita akan dapat memperoleh berkat dari janji yang dibuat oleh Tuhan ini. Inilah arti sebenarnya dari 'melakukan perbuatan baik' seperti yang ditetapkan oleh Tuhan.

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengutip Hadhrat Masih Mau’ud (as) yang mengatakan bahwa di dalam Al-Qur'an, di mana Tuhan menyebutkan keyakinan (iman), Dia juga menyebutkan perbuatan baik (amal saleh). Seorang mukmin sejati adalah orang yang melakukan perbuatan baik, seiring itu dia menghindari hal-hal yang membuat perbuatan itu batal, seperti melakukannya untuk menunjukkan kepada orang lain. Lebih jauh, tidak hanya seseorang menghindari hal-hal yang meniadakan perbuatan baik, tetapi mereka bahkan tidak membiarkan pemikiran seperti itu terlintas dalam pikiran mereka. Saat itulah seseorang menjadi orang yang benar-benar beriman. Jadi, bersama dengan keyakinan, melakukan perbuatan baik juga merupakan syarat.

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala bersabda bahwa melakukan perbuatan baik tidak berarti melakukan sesuatu yang menurut pikirannya baik. Sebaliknya, amal saleh adalah untuk mengikuti teladan Nabi (saw) dalam hal yang tersurat (tertulis) dan tersirat (inti dan semangatnya), tanpa noda kesombongan, ketakabburan atau kelambanan (kemalasan). Orang-orang seperti itulah yang benar-benar memiliki hubungan yang tulus dengan Khilafat dan mereka yang menjunjung tinggi kehormatan Khilafat. Dengan melakukan perbuatan baik dalam esensi sejati, orang-orang ini akan menarik perhatian Khalifah dan doa beliau terhadap diri mereka sendiri. Orang-orang seperti itu akan memiliki hubungan yang benar dengan Khilafat, dengan demikian menjadi mereka yang mencapai kedamaian dan keamanan sejati seperti yang dijanjikan oleh Tuhan.

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala berkata bahwa ada orang-orang di dunia yang mencoba untuk mengambil jubah yang mirip dengan Khilafat, namun mereka pasti gagal, seperti yang selalu mereka lakukan, karena ini adalah sesuatu yang hanya dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, dan Khilafat ini yang Dia telah tetapkan akan selalu tetap.

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala bersabda bahwa setiap Ahmadi harus bersyukur kepada Tuhan karena Dia telah melimpahkan karunia Khilafat. Pada saat yang sama, setiap Ahmadi harus selalu merenungkan apakah mereka memenuhi persyaratan yang disebutkan oleh Tuhan. Ketika seseorang hidup dengan pikiran konstan ini, dan kemudian melakukan perbuatan baik yang sesuai saat berdoa untuk Khilafat, maka mereka akan benar-benar mendapatkan berkah Khilafat.

Pemenuhan Manifestasi Kedua (Kudrat kedua)

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala bersabda bahwa dalam buku al-Washiyyat, Hadhrat Masih Mau’ud (as) telah menulis secara rinci tentang pendirian Khilafat. Hadhrat Masih Mau’ud (as) bersabda bahwa Tuhan selalu membantu nabi-Nya bahkan setelah kematian mereka, sehingga misi mereka dapat berlanjut dan mencapai penyelesaian.

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala bersabda bahwa ketika Hadhrat Masih Mau’ud (as) wafat, para penentang Jemaat bersukacita dan mengatakan hal-hal paling keji tentang Hadhrat Masih Mau’ud (as). Mereka mengatakan bahwa sekarang setelah kematiannya, Jemaat ini akan goyah dan menghilang. Para penentang mengatakan bahwa tanpa Hadhrat Masih Mau’ud (as), Jemaat pasti tidak akan bisa beroperasi dan akan menghilang tanpa ada orang yang memimpin untuk memimpinnya.

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala bersabda bahwa para penentang ini menutup mata terhadap kenyataan bahwa Tuhan telah meyakinkan Hadhrat Masih Mau’ud (as) bahwa bahkan setelah kewafatannya, misinya akan terus berlanjut dan mencapai penyelesaian. Oleh karena itu, Hadhrat Masih Mau’ud (as) telah memberitahu Jemaatnya bahwa mereka akan melihat perwujudan kedua (Kudrat kedua) dan bahwa Jemaat ini akan terus berlanjut.

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala bersabda mengutip Hadhrat Masih Mau’ud (as) yang mengatakan bahwa suatu Jemaat Ilahi melihat dua perwujudan, yang pertama adalah perwujudan dalam corak adanya Nabi itu sendiri. Manifestasi kedua datang ketika seorang Nabi meninggal dunia, dan Jemaatnya mengalami kesulitan besar. Pada saat itulah perwujudan kedua muncul, sebagaimana yang telah terjadi setelah wafatnya Nabi (saw), ketika Tuhan Yang Maha Kuasa menetapkan perwujudan kedua dan menugaskan Hadhrat Abu Bakar (ra) sebagai Khalifah.

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengutip Hadhrat Masih Mau’ud (as) yang pernah bersabda, “Maka dari itu, janganlah kalian bersedih hati karena uraian yang saya terangkan di depan kalian ini. Janganlah hati kalian menjadi kusut karena bagi kalian perlu pula melihat Kudrat kedua. Kedatangannya kepada kalian membawa kebaikan karena ia (Kudrat kedua) selamanya akan tinggal bersama kalian dan sampai hari kiamat, kesinambungannya ini tidak akan terputus.

Kudrat kedua itu tidak dapat datang sebelum saya pergi; namun bila saya telah pergi, Tuhan akan mengirimkan Kudrat kedua itu kepadamu yang akan tinggal bersama kamu selama-lamanya; sebagaimana janji Tuhan dalam Barahin Ahmadiyah. Janji itu bukan untuk saya, melainkan untuk kamu. Seperti firman Tuhan, ‘Aku akan memberi kepada Jemaat ini, yakni pengikut-pengikut engkau, kemenangan di atas golongan-golongan lain sampai kiamat.’

Dari itu mestilah datang kepadamu hari perpisahan saya supaya sesudah itu baru datang hari yang jadi hari perjanjian kekal. Tuhan kita adalah Tuhan yang menepati janji, setia dan benar. Dia akan memperlihatkan kepadamu segala apa yang sudah dijanjikan-Nya. Meskipun masa ini adalah masa akhir dunia dan banyak malapetaka akan tiba, tetapi mestilah dunia akan tetap ada sampai semua hal yang telah dinubuatkan oleh Tuhan menjadi kenyataan. Saya lahir sebagai suatu kudrat dari Tuhan. Saya adalah kudrat Tuhan yang berjasad.

Kemudian, sesudah saya ada lagi beberapa wujud yang jadi mazhar (cerminan) Kudrat Kedua. Sebab itu senantiasalah kamu berhimpun sambil berdoa, menanti kudrat Tuhan yang kedua itu.” [1]

Kelanjutan dari Lembaga Khilafat

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengatakan bahwa selama 113 tahun terakhir, Jemaat ini telah melihat pemenuhan janji yang dibuat oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada Hadhrat Masih Mau’ud (as). Para penentang tidak menyadari bahwa tujuan dari perwujudan kedua ini adalah sama dengan doa yang dibuat oleh Nabi Ibrahim (as) bagi seseorang yang akan diutus setelahnya untuk melanjutkan misinya. Itu untuk alasan yang sama bahwa Hadhrat Masih Mau’ud (as) ditugaskan, untuk melanjutkan ajaran Nabi Muhammad (saw).

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala bersabda bahwa dalam pidato pertamanya sebagai Khalifah, Khalifah Pertama, Hadhrat Hakim Maulvi Nooruddin (ra) mengatakan bahwa semua harus mematuhinya sebagai Khalifah. Beliau (ra) mengatakan bahwa tidak ada gunanya hanya bersumpah setia (baiat), atau beliau menerima sumpah setia dari orang lain, karena hal seperti ini bisa dilakukan oleh siapa saja. Sebaliknya, aspek yang menonjol ialah keharusan ketaatan penuh kepada Khilafat.

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengatakan bahwa pada bulan Maret 1914, ketika Khalifah Pertama (ra) meninggal dunia, ada lagi masa ketakutan, tetapi sekali lagi, Tuhan memenuhi janji yang dibuat kepada Hadhrat Masih Mau’ud (as) dan mendirikan lagi Khilafat.

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengatakan bahwa ada orang-orang yang menentang Khilafat dan menentang Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad (ra) menjadi Khalifah. Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad (ra) menyatakan bahwa menurut kehendak Hadhrat Masih Mau’ud (as) dan janji yang dibuat kepadanya oleh Tuhan, harus ada Khilafat, dan beliau akan berbaiat kepada siapa pun yang dipilih. Akhirnya, meskipun secara pribadi beliau tidak menginginkan jabatan itu, Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad (ra) terpilih sebagai Khalifah berikutnya. Tercatat ada lebih dari 2.000 orang di Masjid Nur yang berbaiat kepada Khalifah Kedua (ra) dan keadaan pengabdian mereka sedemikian rupa sehingga mereka bersuara lantang untuk berbaiat kepadanya. 51 tahun era Khalifah Kedua (ra) sendiri merupakan bukti pertolongan Tuhan yang menyertai Khilafat.

Pada November 1965, setelah wafatnya Khalifah Kedua, Tuhan Yang Maha Kuasa kembali memenuhi janji-Nya dan mendirikan Khilafat dalam sosok Khalifah Ketiga, Hadhrat Mirza Nasir Ahmad (rh). Selama era ini, Jemaat membuat langkah besar lagi, termasuk kesuksesan besar yang dapat dilihat di Afrika. Selama era inilah pemerintah Pakistan berusaha untuk menekan Jemaat Muslim Ahmadiyah dan menghilangkannya, tetapi Khalifah Ketiga (rh) mampu mengarahkan Jemaat keluar dari situasi itu dan memberikan keamanan kepada Jemaat.

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengatakan bahwa kemudian, pada bulan Juni 1982, ketika Khalifah Ketiga (rh) wafat, Tuhan Yang Maha Kuasa mengubah ketakutan Jemaat menjadi damai sekali lagi dengan mendirikan Khilafat dalam bentuk Khalifah Keempat, Hadhrat Mirza Tahir Ahmad ( rh). Tuhan memanifestasikan bantuan-Nya dengan cara yang luar biasa selama ini. Khalifah Keempat (rh) dapat dengan aman bermigrasi dari Pakistan ke London. Selama era inilah melalui satelit, saluran televisi global dimulai yang membuka jalan baru yang tidak terhitung jumlahnya.

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengatakan bahwa pada bulan April 2003, Jemaat dilanda duka yang luar biasa lagi ketika Khalifah Keempat (rh) meninggal dunia. Para penentang berpikir bahwa ini pasti akhir dari Jemaat, namun Tuhan Yang Maha Esa membantu Jemaat sedemikian rupa sehingga bahkan lawan harus mengakui bahwa pertolongan Tuhan ada dengan Jemaat ini, seperti yang dilaksanakan oleh Khalifah Kelima ayyadahuLlahu ta’ala. Para penentang berpikir bahwa Jemaat tidak akan berkembang, tetapi sedikit yang mereka tahu bahwa tangan sejati yang memimpin Jemaat ini adalah tangan Tuhan. Kemajuan Jemaat yang terlihat di era ini adalah melalui kasih karunia Tuhan, dan janji-Nya dibuat untuk Hadhrat Masih Mau’ud (as).

Kemajuan yang dibuat di Bawah Kepemimpinan Khilafat

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala menyatakan bahwa Jemaat berkembang pesat. Terjemahan AlQur'an dalam berbagai bahasa disebarkan ke seluruh dunia. MTA dimulai hanya dengan satu saluran, dan sekarang ada delapan saluran dan studio yang didirikan di seluruh dunia. Pesan Jemaat juga disebarkan melalui Media Sosial. Jalan baru yang sedang dibuka, seperti Mulaqat Virtual, dimana Khalifatul Masih yang berada di Inggris bertemu dengan orang-orang dari seluruh dunia dan orangorang dapat menerima bimbingan langsung dari Khalifah mereka.

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala menyatakan bahwa karunia Tuhan yang berhubungan dengan Khilafat tidak terhitung banyaknya. Namun, jika kita ingin mendapatkan kesepakatan, maka kita harus memenuhi tanggung jawab kita; kita harus benar-benar taat pada Khilafat dan menanamkan hal yang sama pada generasi mendatang.

Semoga kita selalu teguh, dan semoga kita dapat memenuhi janji baiat kita sehingga kita dapat melihat janji Tuhan dan kemenangan Jemaat. Semoga ibadah dan perbuatan kita mencapai keridhaan Tuhan. Semoga kita benar-benar memahami karunia Khilafat dan dapat menjelaskannya kepada generasi mendatang sehingga mereka dapat memperoleh manfaat dari Khilafat juga.

Permohonan Doa

Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala memohon doa bagi para Ahmadi di Pakistan dan para Ahmadi yang tertindas di mana pun di dunia. Berdoalah untuk setiap Muslim dan semua Muslim yang menghadapi ketidakadilan di dunia, seperti yang di Palestina. Semoga Allah menciptakan kemudahan dan kenyamanan bagi mereka. Semoga Allah memungkinkan para Ahmadi untuk benar-benar mengikuti Hadhrat Masih Mau'ud (as). Semoga umat Islam yang belum mengenal Hadhrat Masih Mau'ud (as) menyadari kebenaran dan menerimanya. Semoga kita bisa mengibarkan bendera Islam dan Nabi Muhammad (saw) di seluruh dunia. Semoga kita melihat Keesaan Tuhan didirikan di seluruh dunia.

Referensi

  1. Risalah al-Wasiyyat, Ruhani Khazain jilid 20, h. 305-306, terj. Indonesia, 2001, h. 14

Catatan

Penerjemah: Dildaar Ahmad Dartono. Sumber: The Review of Religions.