Khotbah-huzur-20211231

Khotbah ini Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu-minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 31 Desember 2021 (31 Fatah 1400 Hijriyah Syamsiyah/27 Jumadil Awwal 1443 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford, UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya). Khotbah ini memuat Keteladanan Para Sahabat Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam (ManusiaManusia Istimewa seri 139, Khulafa’ur Rasyidin Seri 04, Hadhrat Abu Bakr ibn Abu Quhafah radhiyAllahu ta’ala ‘anhu Seri 05)

Poin-poin

  • Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz menguraikan sifat-sifat terpuji Khalifah (Pemimpin Penerus) bermartabat luhur dan Rasyid (lurus) dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  • Penjelasan perihal Hijrah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Makkah ke Madinah yang ditemani Hadhrat Abu Bakr radhiyAllahu ta’ala ‘anhu dan peristiwa di gua Tsaur.
  • Hudhur (atba) akan terus menyebutkan lebih lanjut berbagai kejadian dalam masa Hadhrat Abu Bakr radhiyAllahu ta’ala ‘anhu di khotbah-khotbah mendatang.
  • Tahun baru dan doa-doa.
  • Shalat jenazah gaib tiga almarhum yang salah satunya dari Indonesia.

Isi Khotbah

Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz membacakan ayat sebagai berikut:

اِلَّا تَنۡصُرُوۡہُ فَقَدۡ نَصَرَہُ اللّٰہُ اِذۡ اَخۡرَجَہُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ثَانِیَ اثۡنَیۡنِ اِذۡ ہُمَا فِی الۡغَارِ اِذۡ یَقُوۡلُ لِصَاحِبِہٖ لَا تَحۡزَنۡ اِنَّ اللّٰہَ مَعَنَا ۚ فَاَنۡزَلَ اللّٰہُ سَکِیۡنَتَہٗ عَلَیۡہِ وَاَیَّدَہٗ بِجُنُوۡدٍ لَّمۡ تَرَوۡہَا وَجَعَلَ کَلِمَۃَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوا السُّفۡلٰی ؕ وَکَلِمَۃُ اللّٰہِ ہِیَ الۡعُلۡیَا ؕ وَاللّٰہُ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿۴۰﴾
"Jika kamu tidak menolongnya, maka sungguh Allah telah menolongnya ketika ia diusir oleh orang-orang kafir, sedangkan ia adalah yang kedua dari yang dua ketika keduanya berada dalam gua, lalu ia berkata kepada temannya, ‘Janganlah engkau sedih sesungguhnya Allah beserta kita’, lalu Allah menurunkan ketentraman-Nya kepadanya dan menolongnya dengan laskar-laskar yang kamu tidak melihatnya dan Dia menjadikan perkataan orang-orang yang kafir itu rendah sedangkan Kalimah Allah itulah yang tertinggi, dan Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”" (QS. At-Taubah 9:40)

Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz melanjutkan menceritakan insideninsiden terkait perjalanan Hadhrat Abu Bakr (ra) dalam rangka mendampingi Baginda Nabi Muhammad (saw) ke Madinah dan mereka berdua singgah di Gua Tsaur. Ayat-ayat tersebut diturunkan oleh Tuhan sehubungan dengan kejadian ini.

Jangan Bersedih, Karena Allah Bersama Kita

ketika orang-orang kafir yang tengah memburu mereka berdua berdiri di dekat gua, Hadhrat Abu Bakr (ra) menjadi khawatir mereka akan menemukan Rasulullah (saw). Ketika Rasulullah (saw) melihat kekhawatirannya, beliau meyakinkannya, “Jangan bersedih, karena Allah bersama kita”.

Pelacak (pencari jejak) berkata bahwa Nabi (saw) tidak mungkin melewati titik tempat itu, dan mereka seharusnya melihat ke dalam gua. Namun, Umayyah bin Khalaf – salah seorang pemimpin Makkah - mengatakan bahwa jaring laba-laba dan pohon yang ada di mulut gua itu sepertinya sudah ada sejak sebelum zaman Nabi (saw), jadi bagaimana bisa seseorang berada di dalam? Tidak mungkin ada orang masuk ke dalam. Karena itu, mereka memutuskan untuk tidak melihat ke dalam gua, dan pergi.

Menurut riwayat lain, ketika Hadhrat Abu Bakr (ra) mengungkapkan kekhawatirannya kepada Nabi (saw), beliau (saw) menjawab dengan mengatakan, 'Kita tidak sendirian, karena yang ketiga di antara kita adalah Tuhan.'

Hudhur (atba) mengutip Hadhrat Khalifatul Masih II (ra), yang mengatakan bahwa bahkan Nabi (saw) dan Hadhrat Abu Bakr (ra) di dalam gua Tsaur berada dalam situasi di mana musuh berada tepat di luar, dan jika musuh melihat ke dalam, mereka akan menemukannya, Rasulullah (saw) tegas dalam mempercayai Tuhan. Bahkan kepercayaannya kepada Tuhan begitu kuat sehingga menghilangkan kekhawatiran Hadhrat Abu Bakr (ra) juga.

Loyalitas Hadhrat Abu Bakr (ra) yang Tidak Ada Cacatnya

Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz mengutip Hadhrat Masih Mau'ud ‘alaihish shalaatu was salaam yang bersabda bahwa selama masa cobaan inilah Hadhrat Abu Bakr (ra) benar-benar menunjukkan kesetiaan dan kepercayaannya. Orang-orang kafir bertekad untuk membunuh Rasulullah (saw), namun tanpa memperhatikan apa yang akan terjadi, beliau tetap teguh di sisi Rasulullah (saw). Lebih jauh lagi, di antara para sahabat pada saat itu, Nabi (saw) memilih Hadhrat Abu Bakr (ra) untuk menemaninya selama masa cobaan ini. Hal ini dilakukan melalui pengetahuan Ilahi yang Allah Ta’ala anugerahkan kepada Rasulullah (saw), memberitahukan kepadanya bahwa Hadhrat Abu Bakr (ra) adalah orang terbaik untuk menemaninya.

Hudhur (atba) selanjutnya mengutip Hadhrat Masih Mau'ud ‘alaihish shalaatu was salaam yang mengatakan bahwa ketika orang-orang kafir sedang berbicara di luar gua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meyakinkan Hadhrat Abu Bakr (ra). Namun, beliau tidak melakukannya hanya melalui indikasi dan gerak tubuh, sehingga orang-orang di luar tidak mendengarnya, melainkan kepercayaannya kepada Tuhan begitu teguh, sehingga dua orang di dalam gua itu berbicara, mengetahui bahwa Tuhan akan melindungi mereka.

Hadiah yang Ditetapkan bagi yang dapat menangkap Rasulullah (saw)

Orang-orang Makkah tidak berhasil dalam pencarian mereka untuk menangkap Rasulullah (saw), dan karena itu mereka mengumumkan hadiah seratus unta bila ada orang yang menangkap Rasulullah (saw) untuk dibawa kepada mereka, hidup atau mati.

Setelah tiga hari [di dalam gua Tsaur], sesuai rencana, Abdullah bin Uraiqit membawa tiga unta ke gua, dan mereka bertiga berangkat menuju Madinah pada malam hari.

Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz meriwayatkan berbagai pendapat para ulama mengenai tanggal [patokan waktu] saat mereka berangkat dari gua menuju Madinah.

Melanjutkan Perjalanan ke Madinah

Rasulullah (saw) mengendarai unta bernama alQaswa. Ketika mereka pergi, Nabi (saw) melihat ke arah Makkah dan berkata, 'Wahai Makkah, kamu sangat aku sayangi, tetapi orang-orangmu tidak mengizinkanku tinggal di sini'. Kemudian Hadhrat Abu Bakr (ra) berkata, 'Orang-orang ini pasti akan binasa karena telah mengusir Nabi mereka.'

Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz mengatakan bahwa ketika mereka mencapai tempat yang disebut Juhafa, Allah Ta'ala menurunkan ayat,

اِنَّ الَّذِیۡ فَرَضَ عَلَیۡکَ الۡقُرۡاٰنَ لَرَآدُّکَ اِلٰی مَعَادٍ ؕ قُلۡ رَّبِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَنۡ جَآءَ بِالۡہُدٰی وَمَنۡ ہُوَ فِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ﴿۸۶﴾
"Sesungguhnya Dia yang telah mengikatkan ajaran Al-Qur’an kepadamu, akan membawamu kembali ke tempatmu lagi yang semula. Katakanlah, 'Tuhanku lebih mengetahui siapa yang membawa petunjuk, dan siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata" (QS. Al-Qashash 28:86)

Mereka melakukan perjalanan sepanjang malam, dan keesokan harinya, di sore hari, mereka berhenti di bawah naungan, di mana Hadhrat Abu Bakr (ra) meminta Nabi (saw) untuk beristirahat, dan beliau berbaring. Hadhrat Abu Bakr (ra) kemudian pergi dan bisa mendapatkan susu untuk Nabi (saw).

Upaya gagal Orang Makkah untuk Menangkap Rasulullah (saw)

Mengingat banyaknya hadiah [dari para pemimpin Makkah] bila dapat menangkap Rasulullah (saw), banyak orang Makkah keluar mencari beliau. Salah satunya adalah Suraqah bin Malik. Dia dengan cepat menuju Nabi (saw), tetapi di sepanjang jalan, kudanya jatuh.

Dia membuat undian dan beberapa kali yang keluar dari undian ialah menentang melakukan perjalanan ini [hasil undiannya menyuruhnya pulang dan tidak mengejar Nabi]. Tapi dia tidak peduli, dan terus berkuda. Dia bisa begitu dekat dengan Rasulullah (saw), sehingga dia bisa mendengar sesuatu yang sedang dibacakan oleh Rasulullah (saw). Namun, saat dia mendekat, kaki kudanya tenggelam ke pasir dan tidak bisa keluar. Dia menggambar banyak lagi, dan hasilnya bertentangan dengan misinya ini.

Karena itu, dia [Suraqah yang tengah mengejar] memanggil Rasulullah (saw) dan mengatakan bahwa dia tidak akan membahayakan mereka. Meskipun dia telah bersiap untuk menangkap Rasulullah (saw), dia menyerah, menganggap apa yang telah terjadi sebagai sebuah pertanda. Dia menjelaskan bahwa dia hanya mengejar mereka karena karunia. Rasulullah (saw) hanya mengatakan bahwa dia tidak boleh memberi tahu siapa pun tentang keberadaan mereka.

Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz mengatakan bahwa beliau akan terus menyoroti kejadian-kejadian dari kehidupan Hadhrat Abu Bakr (ra) dalam khotbah-khotbah mendatang.

Doa untuk Tahun Baru

Tahun baru akan dimulai besok. Semoga Allah menjadikan tahun baru ini berkah bagi Jemaat dan anggotanya. Semoga Jemaat dijauhkan dari segala kejahatan, dan semoga semua rencana melawan Jemaat ini dapat digagalkan. Semoga kita termasuk orang-orang yang menyaksikan pemenuhan janji Allah kepada Hadhrat Masih Mau'ud as.

Kita harus memasuki tahun baru dengan doa. Tahajjud [salat sunnah sebelum fajar] harus dilakukan, dan banyak masjid yang mengaturnya. Mereka yang belum membuat rencana harus melakukannya. Jika tidak memungkinkan secara berjamaah, maka setiap orang harus melakukan Tahajud secara individu di rumah mereka.

Bersama dengan mengucapkan Durood Sharif [salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad (saw)] dan Istighfar [meminta pengampunan], doa-doa berikut harus dibacakan,

رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ ﴿۹﴾
"Yaa Tuhan kami, janganlah hati kami menjadi sesat setelah Engkau memberi petunjuk kepada kami; dan berikan kami rahmat dari-Mu; Sesungguhnya, hanya Engkaulah yang Maha Menganugerahkan." (QS. Ali-'Imran 3:9)

dan

وَمَا کَانَ قَوۡلَہُمۡ اِلَّاۤ اَنۡ قَالُوۡا رَبَّنَا اغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَاِسۡرَافَنَا فِیۡۤ اَمۡرِنَا وَثَبِّتۡ اَقۡدَامَنَا وَانۡصُرۡنَا عَلَی الۡقَوۡمِ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿۱۴۸﴾
"Yaa Tuhan kami, ampunilah kesalahan kami dan kelebihan kami dalam perilaku kami, dan kuatkan langkah kami dan bantulah kami melawan orang-orang yang ingkar." (QS. Ali-'Imran 3:148)

Shalat jenazah gaib

Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz akan [setelah Jumatan] mengimami salat jenazah gaib bagi anggota yang telah meninggal berikut ini: Malik Farooq Ahmad Khokhar dari Multan, yang meninggal pada 18 Desember. Almarhum adalah putra Malik Umar Ali Khokhar Sahib, dan ibunya adalah Syeda Nusrat Jahan Begum Sahiba, putri Mir Muhammad Ishaaq Sahib. beliau mengkhidmati Jemaat di Multan dalam berbagai kapasitas.

Almarhum meninggalkan seorang istri, seorang putra, dan lima putri. beliau sangat penyayang dan perhatian. beliau rutin melakukan Tahajud. Jika ada yang membutuhkan, beliau akan selalu siap membantu mereka segera. beliau sangat ramah dan penuh kasih. beliau dihormati dan dicintai oleh seluruh keluarganya. Ayah beliau meninggal ketika beliau masih muda, setelah itu beliau merawat seluruh keluarganya dengan sangat baik.

Almarhum adalah bagian dari rombongan Khalifah Keempat (rh) selama masa hijrah beliau dari Pakistan ke London. Beliau memberikan bantuan keuangan kepada anggota keluarga, bahkan jika mereka bukan Ahmadi. beliau sangat mencintai Khilafat.

Semoga Allah Ta’ala memperlakukan Almarhum dengan pengampunan dan belas kasihan, dan semoga Dia memberi anak-anaknya kesabaran, dan memungkinkan mereka untuk meningkatkan kebajikan.

Rahmatullah Sahib Indonesia. Sejak saat pembaiatannya hingga kematiannya, beliau memberikan layanan pengkhidmatan yang luar biasa. Almarhum meninggalkan seorang istri, tiga anak, dan enam cucu. Beliau pernah melihat Hadhrat Masih Mau'ud (as) dalam mimpi, yang membawanya untuk menerima Ahmadiyah. Meski mendapat ancaman dari pihak penentang, beliau dengan gagah berani membela Ahmadiyah. Beliau sangat dermawan, beliau sangat mencintai Khilafat dan sangat patuh. Semoga Allah memperlakukan Almarhum dengan pengampunan dan belas kasihan dan memungkinkan anak-anaknya untuk melanjutkan kebajikannya.

Al-Haaj Abdul Hameed Taak dari Kashmir, yang meninggal pada 24 Desember. Beliau adalah seorang Musi. Beliau sangat saleh, baik dan dicintai oleh semua orang. Beliau mengkhidmati Jemaat dalam berbagai kapasitas. Beliau memainkan peran penting dalam pendirian sekolah dan masjid. Semoga Allah Ta’ala memperlakukan beliau dengan pengampunan dan belas kasihan dan membangun kebajikan dalam keturunannya.