Khotbah-huzur-20220922

Ringkasan Khutbah Jum’at Kutipan dari Khutbah Jum'at yang disampaikan oleh Hadhrat Khalīfatul-Masīh V aba pada 02 September 2022 di Masjid Mubarak Islāmabad, Tilford, Inggris.

Setelah membaca tasyahud, ta'awwudz dan surah Al-Fatihah, Yang Mulia, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba. bersabda bahwa beliau aba. akan melanjutkan kembali topik berkenaan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa kehidupan Hadhrat Abu Bakar ra. dan juga pertempuran-pertempuran yang terjadi di masa kekhalifahan beliau ra. Hudhur aba. bersabda bahwa pada hari ini, beliau aba. akan menyampaikan perihal penaklukan Damaskus, yang merupakan pertempuran terakhir yang terjadi di masa kekhalifahan beliau ra.

Hudhur aba. bersabda bahwa Damaskus adalah ibu kota Suriah. Dulunya Damaskus merupakan pusat penyembahan berhala, akan tetapi kemudian agama Kristen menjadi agama yang lebih populer di sana. Kota ini merupakan pusat perdagangan sehingga banyak kafilah-kafilah dagang yang melewatinya. Kota Damaskus dikelilingi oleh tembok-tembok tinggi dan juga parit, sehingga kota ini sulit untuk dimasuki.

Pengepungan Damaskus

Hudhur aba. menyampaikan bahwa ketika Hadhrat Abu Bakar ra. mengirimkan beberapa pasukan ke Suriah, beliau ra. juga mengutus Hadhrat Abu Ubaidah ra. beserta pasukannya ke Homs, yang berada dekat dengan Damaskus. Lalu, Hadhrat Khalid bin Walid ra. diperintahkan untuk tiba di Damaskus dan bersama dengan pasukan Muslim lainnya untuk mengepung Damaskus. Penduduk Damaskus memanjat tembok benteng mereka lalu melemparkan batu dan menembakkan anak panah ke arah pasukan Muslim. Pasukan Muslim melindungi diri mereka dengan menggunakan tameng/perisai yang terbuat dari kulit. Peristiwa ini berlangsung terus menerus selama 20 hari, tanpa membuahkan hasil apa pun. Penduduk Damaskus yang berada di dalam benteng pun menghadapi kesulitan kekurangan makanan dikarenakan tidak ada seorang pun yang bisa masuk ke dalam. Sementara itu, pasukan Muslim mengetahui bahwasanya Heraklius telah menyiapkan pasukan dalam jumlah besar di dekat Ajnadain. Hadhrat Khalid ra. awalnya berpikir bahwa mereka harus memerangi pasukan Heraklius tersebut. Namun, Hadhrat Abu Ubaidah ra. menyarankan bahwa dikarenakan penduduk Damaskus yang berada di dalam benteng sedang mengalami keadaan yang sulit, maka sebaiknya mereka tidak pergi meninggalkannya terlebih dahulu. Hadhrat Khalid ra. pun menyetujui saran tersebut, lalu memerintahkan pasukan Muslim untuk melancarkan serangan yang dahsyat kepada penduduk Damaskus.

Hadhrat Dhirar ra. Diutus Untuk Memerangi Pasukan Heraklius

Sementara itu, Heraklius terlihat membawa pasukannya untuk membantu penduduk Damaskus. Hadhrat Abu Ubaidah ra. menyarankan agar dibentuk sebuah pasukan untuk memerangi Heraklius. Oleh karena itu, ditunjuklah Hadhrat Dhirar ra. dengan membawa 500 orang penunggang kuda yang kemudian pergi untuk memerangi Heraklius dan pasukannya. Awalnya mereka merasa khawatir dikarenakan jumlah pasukan pihak lawan yang jauh lebih besar. Namun, Hadhrat Dhirar ra. memberikan semangat kepada pasukannya dengan mengatakan bahwa mereka tidak perlu takut karena jumlah mereka, sehingga tidak ada seorang pun yang perlu lari dari berjihad di jalan Allah Ta’ala. Maka dari itu, pasukan Muslim pun berperang dengan penuh semangat. Di dalam pertempuran tersebut, Hadhrat Dhirar ra. berhasil ditangkap oleh pasukan musuh dan meskipun telah dilakukan upaya-upaya sedemikian rupa, namun pasukan Muslim tidak berhasil membebaskannya. Ketika Hadhrat Khalid ra. mengetahui hal tersebut, beliau ra. merasa sangat sedih. Hadhrat Abu Ubaidah ra. mengatakan kepada beliau ra. bahwa beliau ra. harus membuat strategi untuk melanjutkan pengepungan terhadap Damaskus. Setelah itu, barulah beliau ra. bisa pergi memerangi Heraklius dan pasukannya.

Hadhrat Khalid ra. pun pergi untuk berusaha membebaskan Hadhrat Dhirar ra. Jika mereka telah mensyahidkan beliau ra., maka mereka akan menerima pembalasannya. Ada seseorang yang berada di baris terdepan pasukan Muslim yang dengan gagah berani berperang melawan pasukan musuh. Akan tetapi beliau ra. tidak mengenali orang itu dikarenakan ia mengenakan baju besi. Orang ini menerobos ke barisan musuh dan kemudian menjatuhkan siapa pun yang menghalangi jalan pasukan Muslim. Hadhrat Khalid ra. bertanya kepada orang tersebut, siapakah dia. Setelah pada awalnya merasa ragu-ragu, orang tersebut akhirnya mengakui bahwa dia sebenarnya adalah seorang wanita, yaitu Khaulah, saudara perempuan Hadhrat Dhirar ra. Setelah itu, pasukan Muslim melancarkan serangan secara serentak dan berhasil mengalahkan pasukan Bizantium serta memberikan perlindungan kepada mereka yang memintanya. Hadhrat Khalid ra. lalu bertanya kepada mereka tentang Hadhrat Dhirar ra. Beliau ra. pun diberitahu tentang keberadaannya. Hadhrat Khalid ra. menunjuk Hadhrat Rafay ra. untuk pergi membebaskan Hadhrat Dhirar ra. Hadhrat Khaula ra. juga meminta izin untuk ikut bersama mereka.

Hudhur aba. bersabda bahwa setibanya mereka di sana, pasukan Muslim berhasil menemukan keberadaan Hadhrat Dhirar ra. Pasukan Muslim pun langsung melancarkan serangan yang dahsyat kepada pasukan musuh dan akhirnya mereka berhasil membebaskan Hadhrat Dhirar ra.

Sementara itu, pengepungan terhadap Damaskus masih terus berlanjut. Hadhrat Abu Ubaidah ra. setuju bahwasanya pasukan Muslim sebaiknya pergi ke Ajnadain untuk memerangi pasukan Heraklius. Di saat pasukan Muslim sedang dalam perjalanan menuju ke sana, seseorang yang bernama Boolis, beserta dengan pasukannya yang berjumlah 6.000 penunggang kuda, menyerang kaum Muslim dari arah belakang. Pasukan Muslim lalu bersiap-siap untuk berperang, dan ketika Boolis tiba, mereka pun langsung melancarkan serangan yang dahsyat kepada pasukan Boolis tersebut. Pasukan Muslim bertempur dengan penuh gagah berani. Sementara itu, Hadhrat Khalid ra. juga telah mengirimkan bala bantuan. Boolis akhirnya berhasil ditangkap, dan dari 6.000 orang penunggang kuda, tidak lebih dari 100 orang yang masih hidup.

Hudhur aba. bersabda bahwa pasukan Bizantium telah menangkap beberapa wanita Muslim, termasuk diantaranya ialah Hadhrat Khaulah ra. Hadhrat Khaulah ra. telah mengumpulkan para wanita Muslim yang berada di penjara dan menyemangati mereka untuk membela diri mereka serta menyerang para penculik mereka. Oleh karena itu, masing-masing dari mereka mengambil tiang-tiang kayu dari tenda, dan berangkat menuju Bizantium. Sebanyak 3.000 orang mengepung para wanita Muslim tersebut. Jika ada yang berani untuk mencoba maju, maka para wanita Muslim itu akan langsung menyerang dan membunuh mereka. Sementara itu, Hadhrat Khalid ra. pun tiba dengan pasukannya dan berhasil mengalahkan Bizantium.

Pasukan Muslim Kembali ke Damaskus Setelah Mengalahkan Bizantium di Ajnadain

Hudhur aba. bersabda bahwa setelah peristiwa tersebut dan setelah berhasil mengalahkan Bizantium yang berkumpul di Ajnadain, pasukan Muslim lalu kembali ke Damaskus. Sementara itu, penduduk Damaskus telah menyiapkan berbagai macam perbekalan dalam jumlah yang banyak, untuk berjaga-jaga jika umat Islam kembali mengepung untuk jangka waktu yang lama. Pemimpin Damaskus di masa itu adalah Taumah, yang memerintahkan penyerangan terhadap pasukan Muslim. Hadhrat Aban ra. disyahidkan dalam serangan tersebut. Kemudian, istri yang baru dinikahinya, yaitu Umm Taumah, kembali ke lokasi di mana suaminya telah disyahidkan. Banyak pasukan Bizantium yang tewas terbunuh di tangannya. Dia kemudian mengincar orang yang melindungi Taumah sambil membawa tiang salib. Ummu Taumah lalu menembakkan anak panah ke arahnya sehingga tiang salib pun terjatuh dari tangannya. Dia kemudian menargetkan Taumah dan melepaskan anak panah ke arah matanya, yang karenanya, Taumah tidak akan pernah bisa melihat dari mata itu lagi.

Hudhur aba. bersabda bahwa pasukan muslim bersiap-siap untuk melakukan pengepungan untuk jangka waktu yang lama. Karena itu, mereka harus melakukan berbagai penyelidikan untuk menemukan cara yang terbaik agar dapat mengalahkan dan menaklukkan Damaskus. Sebagai hasil dari penyelidikan tersebut, Hadhrat Khalid ra. menemukan saat yang tepat untuk menyeberangi parit lalu memanjat tembok sehingga pasukan Muslim dapat masuk ke dalam kota Damaskus. Pasukan Muslim berhasil menguasai pintu masuk sebelah Timur, sehingga penduduk Damaskus harus pergi ke Hadhrat Abu Ubaidah ra. yang berada di pintu masuk barat. Mereka meminta untuk dibuatkan perjanjian perdamaian. Hadhrat Abu Ubaidah ra. pun setuju dan pasukan Muslim yang masih berada di luar benteng diizinkan untuk masuk ke dalam benteng.

Hudhur aba. bersabda bahwa pada saat berita kemenangan tersebut sampai di Madinah, Hadhrat Abu Bakar ra. telah wafat.

Hudhur aba. bersabda bahwa topik ini merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian topik berkenaan dengan peperangan-peperangan yang terjadi di masa kekhalifahan Hadhrat Abu Bakar ra. Hudhur aba. akan menyampaikan topik berkenaan dengan aspek-aspek lainnya dari kehidupan beliau ra. di dalam khutbah-khutbah yang akan datang.

Shalat Jenazah

Hudhur aba. bersabda bahwa beliau aba. akan memimpin shalat jenazah ghaib bagi beberapa anggota Jemaat yang meninggal dunia, berikut ini:

Umar Abu Arqub

Umar Abu Arqub, yang pernah menjabat sebagai Presiden Jemaat di Palestina utara. Almarhum belajar tentang Jemaat pada tahun 2010 melalui MTA dan setelah shalat, almarhum pun bai’at menerima Ahmadiyah. Almarhum senantiasa bersabar dalam menghadapi berbagai macam kesulitan apa pun juga. Almarhum sangat mencintai Khilafat. Almarhum telah mewakafkan sebagian dari area rumahnya untuk kepentingan Jemaat, di mana para anggota akan datang untuk mendirikan shalat berjamaah di sana dan juga untuk mengadakan berbagai macam pertemuan. Meskipun didesak oleh para penentang untuk meninggalkan Ahmadiyah, akan tetapi almarhum tetap berpendirian teguh dan istiqamah. Bahkan, almarhum justru berdebat dengan mereka sampai-sampai mereka tidak punya jawaban lagi. Di masa-masa penyakitnya yang terakhir ini, almarhum menasihati putranya untuk tidak bersedih. Almarhum adalah orang yang begitu dicintai. Almarhumah meninggalkan seorang istri, tiga orang putra dan empat orang putri. Hudhur aba. berdoa semoga Allah Ta’ala meenganugerahkan taufik dan karunia kepada seluruh keluarganya untuk bai’at menerima Ahmadiyah. Semoga Allah Ta’ala memperlakukan almarhum dengan penuh pengampunan dan juga rahmat kasih sayang-Nya.

Sheikh Nasir

Sheikh Nasir, yang berasal dari Mithi Tharparkar. Almarhum adalah Ahmadi pertama di sana. Almarhum dawam mendirikan shalat, ramah, dan sangat mencintai Khilafat. Banyak orang yang bai’at menerima Ahmadiyah melalui usaha-usaha tabligh yang dilakukannya. Almarhum menghadapi berbagai macam penentangan, terutama pada saat pernikahan anak-anaknya. Khalifah Keempat rh. memuji almarhum dengan mengatakan bahwa jika ada Nasir di setiap pusat Jemaat, maka kita akan berhasil. Almarhum meninggalkan dua orang putra dan empat orang putri. Hudhur aba. berdoa semoga Allah Ta’ala meninggikan derajatnya.

Malik Sultan Ahmad

Malik Sultan Ahmad yang merupakan sabiq mubaligh lokal di bawah Waqfi Jadid. Almarhum belajar dari Khalifah Keempat rh. ketika beliau rh. menjadi kepala Waqfi Jadid. Kemudian almarhum dikirim untuk berkhidmat di berbagai daerah. Almarhum memiliki semangat untuk bertabligh. Almarhum dawam mendirikan shalat, bersikap ramah dan dicintai oleh semua orang. Almarhum meninggalkan seorang istri, tiga orang putra dan dua orang putri. Hudhur aba. berdoa semoga Allah Ta’ala memperlakukan almarhum dengan penuh ampunan dan rahmat serta kasih sayang-Nya dan juga meninggikan derajatnya.

Mahboob Ahmad Rajiki

Mahboob Ahmad Rajiki dari Mandi Bahauddin. Almarhum meninggalkan dua orang putra dan seorang putri. Almarhum adalah putra dari Hadhrat Ghulam Ali Rajiki dan keponakan dari Hadhrat Maulvi Ghulam Rasool Rajiki ra., yang merupakan sahabat Hadhrat Masih Mau'ud as. Almarhum dawam mendirikan shalat, setia dan taat kepada Nabi Muhammad saw. dan Hadhrat Masih Mau'ud as. Almarhum sangat mencintai Khilafat. Almarhum dipenjara sebanyak tiga kali dikarenkan keyakinannya terhadap Jemaat. Almarhum selalu berusaha untuk mendirikan shalat di masjid, walaupun almarhum dalam keadaan sakit sekali pun. Banyak non-Ahmadi yang telah membuktikan pengabulan doa-doanya. Hudhur aba. berdoa semoga Allah Ta’ala menganugerahinya ampunan, rahmat dan kasih sayang-Nya, mengangkat derajatnya, dan menganugerahkan taufik dan karunia kepada keturunannya untuk dapat meneruskan warisan kebaikan-kebaikan almarhum.

Catatan

Diringkas oleh: The Review of Religions

Diterjemahkan oleh: IHR