Memakmurkan Masjid: Perbedaan revisi

Dari Isa Mujahid Islam
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
(Menambahkan PR)
(Menambahkan beberapa keterangan)
Baris 1: Baris 1:
 
=== Arti Memakmurkan ===
 
=== Arti Memakmurkan ===
Memakmurkan berasal dari bahasa arab, ma'muur (معمور) artinya dimakmurkan; <ref name=":0">https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D9%85%D8%B9%D9%85%D9%88%D8%B1/</ref> kata ma'mur berasal dari akar kata 'a-ma-ro (عمَرَ بـ يَعمُر ويَعمِر ، عَمْرًا وعَمارةً و عُمُورٌ، عُمْرَانٌ، فهو عامر ، والمفعول معمور) <ref>https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/%D8%B9%D9%8E%D9%85%D9%8E%D8%B1%D9%8E/</ref> yang berarti menghuni, tinggal dan memakmurkan.<ref name=":0" />
+
'''Memakmurkan''' berasal dari bahasa arab, ma'muur (معمور) artinya '''dimakmurkan'''; <ref name=":0">https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D9%85%D8%B9%D9%85%D9%88%D8%B1/</ref> kata ma'mur berasal dari akar kata 'a-ma-ro (عمَرَ بـ يَعمُر ويَعمِر ، عَمْرًا وعَمارةً و عُمُورٌ، عُمْرَانٌ، فهو عامر ، والمفعول معمور) <ref>https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/%D8%B9%D9%8E%D9%85%D9%8E%D8%B1%D9%8E/</ref> yang berarti menghuni, tinggal dan '''memakmurkan'''.<ref name=":0" />
  
 
=== Arti Masjid ===
 
=== Arti Masjid ===
Baris 9: Baris 9:
 
{{Arab Quran|teks-quran=اِنَّمَا یَعۡمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰہِ مَنۡ اٰمَنَ بِاللّٰہِ وَالۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوۃَ وَاٰتَی الزَّکٰوۃَ وَلَمۡ یَخۡشَ اِلَّا اللّٰہَ فَعَسٰۤی اُولٰٓئِکَ اَنۡ یَّکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُہۡتَدِیۡنَ ﴿۱۸﴾}}
 
{{Arab Quran|teks-quran=اِنَّمَا یَعۡمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰہِ مَنۡ اٰمَنَ بِاللّٰہِ وَالۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوۃَ وَاٰتَی الزَّکٰوۃَ وَلَمۡ یَخۡشَ اِلَّا اللّٰہَ فَعَسٰۤی اُولٰٓئِکَ اَنۡ یَّکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُہۡتَدِیۡنَ ﴿۱۸﴾}}
  
Artinya, “Sesungguhnya yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian dan tetap mendirikan shalat dan membayar zakat serta ia tidak takut kecuali kepada Allah; maka mudah-mudahan mereka itu termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS Al Taubah [https://www.openquran.com/9:18 9:18])
+
Artinya, “Sesungguhnya yang '''memakmurkan''' Masjid-Masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian dan tetap mendirikan shalat dan membayar zakat serta ia tidak takut kecuali kepada Allah; maka mudah-mudahan mereka itu termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS Al Taubah [https://www.openquran.com/9:18 9:18])
  
 
Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) menyampaikan,
 
Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) menyampaikan,
  
Hanya mereka yang beriman kepada Allah yang layak memakmurkan Masjid-Masjid Allah. Dengan demikian, tujuan dibangunnya Masjid-Masjid adalah iman kepada Allah, dan keimanan ini sempurna ketika seseorang melindungi dirinya sendiri dari segala bentuk syirik (menyekutukan Allah) dan hanya menganggap Allah sebagai Maha Pemberi yang menyediakan segala sesuatu.<ref name=":3">Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz tanggal 13 Mei 2016 di Masjid Mahmud di Malmo, Swedia. Dikutip dari [https://www.alislam.org/archives/sermons/summary/FSS20160513-ID.pdf alislam.org] tanggal 5-Ags-2022</ref>
+
Hanya mereka yang beriman kepada Allah yang layak '''memakmurkan''' Masjid-Masjid Allah. Dengan demikian, tujuan dibangunnya Masjid-Masjid adalah iman kepada Allah, dan keimanan ini sempurna ketika seseorang melindungi dirinya sendiri dari segala bentuk syirik (menyekutukan Allah) dan hanya menganggap Allah sebagai Maha Pemberi yang menyediakan segala sesuatu.<ref name=":3">Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz tanggal 13 Mei 2016 di Masjid Mahmud di Malmo, Swedia. Dikutip dari [https://www.alislam.org/archives/sermons/summary/FSS20160513-ID.pdf alislam.org] tanggal 5-Ags-2022</ref>
  
Mereka yang memakmurkan masjid adalah mereka yang beriman kepada Allah. Tapi hanya mengatakan bahwa kita beriman pada Allah Ta’ala tidaklah cukup. Iman yang disebutkan di sini juga memiliki beberapa standar yang Allah Ta’ala telah tetapkan. Allah Ta’ala berfirman bahwa jika Saudara-saudara menegakkan standar keimanan tersebut, barulah Saudara-saudara akan dihitung termasuk diantara mereka yang sempurna keimanannya, jika tidak demikian maka iman Saudara-saudara tidak akan sempurna.<ref name=":2">Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 17 Hijrah 1392 HS/Mei 2013 di Masjid Baitur Rahman, Vancouver, Kanada. Diakses di [https://www.alislam.org/archives/sermons/summary/FST20130517-ID.pdf ahmadiyah.id] pada 5-Ags-2022</ref>
+
Mereka yang '''memakmurkan''' masjid adalah mereka yang beriman kepada Allah. Tapi hanya mengatakan bahwa kita beriman pada Allah Ta’ala tidaklah cukup. Iman yang disebutkan di sini juga memiliki beberapa standar yang Allah Ta’ala telah tetapkan. Allah Ta’ala berfirman bahwa jika Saudara-saudara menegakkan standar keimanan tersebut, barulah Saudara-saudara akan dihitung termasuk diantara mereka yang sempurna keimanannya, jika tidak demikian maka iman Saudara-saudara tidak akan sempurna.<ref name=":2">Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 17 Hijrah 1392 HS/Mei 2013 di Masjid Baitur Rahman, Vancouver, Kanada. Diakses di [https://www.alislam.org/archives/sermons/summary/FST20130517-ID.pdf ahmadiyah.id] pada 5-Ags-2022</ref>
  
Salah satu ungkapan rasa syukur adalah melalui banyak berdoa dan Salat. Namun, sikap syukur yang haqiqi adalah dengan cara memakmurkannya dengan berbagai macam Salat dan doa.<ref name=":1">Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad  Khalifatul Masih al-Khaamis ''ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz'' Tanggal 30 September 2011 di Masjid Baitun Nashir, Furuset, Oslo, Norwegia. Dikutip dari [https://ahmadiyah.id/khotbah/penuhilah-kewajiban-untuk-memakmurkan-masjid-dengan-ketakwaan-dan-salat-yang-makbul ahmadiyah.id] Tgl 5 Agustus 2022</ref>
+
Salah satu ungkapan rasa syukur adalah melalui banyak berdoa dan Salat. Namun, sikap syukur yang haqiqi adalah dengan cara '''memakmurkannya''' dengan berbagai macam Salat dan doa.<ref name=":1">Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad  Khalifatul Masih al-Khaamis ''ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz'' Tanggal 30 September 2011 di Masjid Baitun Nashir, Furuset, Oslo, Norwegia. Dikutip dari [https://ahmadiyah.id/khotbah/penuhilah-kewajiban-untuk-memakmurkan-masjid-dengan-ketakwaan-dan-salat-yang-makbul ahmadiyah.id] Tgl 5 Agustus 2022</ref>
  
 +
Hadhrat Masih Mau'ud (as) menjelaskan mengenai syirik, Seseorang mempunyai rasa percaya kepada sarana kebendaan dan sesuatu yang lain melebihi kepada Tuhan dan ia lebih fokus kepada pekerjaannya, bisnisnya dan kesibukan duniawinya. Dan inilah yang menyebabkannya tidak ada perhatian kepada shalat dan '''memakmurkan''' Masjid. Alhasil, kita harus berdoa kepada Allah Ta’ala dengan segala kerendahan hati, “Ya Tuhan! Jadikanlah kami mu-min yang sempurna!” Sebab, untuk menjadi mu-min pun bergantung kepada karunia Ilahi sehingga dengan meminta kepada-Nyalah maqam tersebut dapat diraih.
 +
 +
=== Hadits-Hadits tentang memakmurkan Masjid ===
 
Diriwayatkan,
 
Diriwayatkan,
  
Baris 36: Baris 39:
  
 
...dari Abdurrahman bin Mihran, mantan budak Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Lokasi yang paling Allah cintai adalah masjid, dan Lokasi yang paling Allah benci adalah pasar." (H.R. Muslim) <ref>Hadits Shahih Muslim, Kitab Masjid dan tempat-tempat shalat, Bab Keutamaan duduk di tempat shalatnya setelah subuh, dan keutamaan masjid. Dikutip dari [https://www.alislam.org/archives/sermons/summary/FSS20160513-ID.pdf alislam.org] pada 5-Ags-2022</ref>
 
...dari Abdurrahman bin Mihran, mantan budak Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Lokasi yang paling Allah cintai adalah masjid, dan Lokasi yang paling Allah benci adalah pasar." (H.R. Muslim) <ref>Hadits Shahih Muslim, Kitab Masjid dan tempat-tempat shalat, Bab Keutamaan duduk di tempat shalatnya setelah subuh, dan keutamaan masjid. Dikutip dari [https://www.alislam.org/archives/sermons/summary/FSS20160513-ID.pdf alislam.org] pada 5-Ags-2022</ref>
 +
 +
Diriwayatkan,
 +
 +
{{Arab Hadits|teks-hadits=مَن دخَلَ مَسجِدَنا هذا لِيتعَلَّمَ خيرًا، أو لِيُعَلِّمَه؛ كان كالمجاهِدِ في سبيلِ اللهِ ...}}
 +
 +
Artinya, "Barangsiapa yang masuk ke dalam Masjid disertai niat mempelajari kebaikan atau mengajarkannya, maka orang tersebut akan terhitung seperti orang yang jihad di jalan Allah...’ (H.R. Ahmad) <ref>Shahih ibn Hibban, kitab tentang keilmuan no. 87; Musnad Ahmad ibn Hanbal jilid 3, h. 322, Musnad Abi Hurairah, Hadits 8587, Alamul Kutub, Beirut, 1998</ref> <ref>الراوي : أبو هريرة | المحدث : شعيب الأرناؤوط | المصدر : تخريج المسند | الصفحة أو الرقم : 8603 | أحاديث مشابهة | خلاصة حكم المحدث : ضعيف dikutip dari [https://dorar.net/h/6369c6e1b08322e696a47c0c111145dd dorar.net]</ref>
  
 
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda:  
 
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda:  
  
“Keindahan sejati MasjidMasjid bukanlah pada gedungnya, namun ada pada para mushalli (orang-orang yang shalat) yang melakukan shalat-shalat dengan ketulusan, keikhlasan dan kesungguhan. Jika tidak, banyak sekali Masjid yang jadi lengang dan terlantar. (beliau menunjuk pada Masjid-Masjid kaum Muslimin saat itu).
+
“Keindahan sejati Masjid-Masjid bukanlah pada gedungnya, namun ada pada para mushalli (orang-orang yang shalat) yang melakukan shalat-shalat dengan ketulusan, keikhlasan dan kesungguhan. Jika tidak, banyak sekali Masjid yang jadi lengang dan terlantar. (beliau menunjuk pada Masjid-Masjid kaum Muslimin saat itu).
  
 
Masjid Rasulullah saw dulu kecil. Atapnya terbuat dari dedaunan pohon kurma dan ketika hujan, bocor. Keindahan dan kegembiraan dari Masjid-Masjid ada pada para jamaahnya yang shalat di dalamnya. Orang-orang yang cenderung pada keduniawian membangun sebuah Masjid di zaman Rasulullah saw masih hidup, namun Masjid tersebut kemudian dirobohkan atas perintah Allah. Masjid tersebut disebut Masjid Dhirrar, yang artinya sesuatu yang merugikan dan merusak. Masjid tersebut diratakan dengan tanah. Berkaitan dengan Masjid-Masjid, diperintahkan agar Masjid-Masjid tersebut harus dibangun untuk ketakwaan.” <ref>Malfuzhat, Vol. 8, hal 170, edisi 1985, UK</ref> <ref name=":3" />
 
Masjid Rasulullah saw dulu kecil. Atapnya terbuat dari dedaunan pohon kurma dan ketika hujan, bocor. Keindahan dan kegembiraan dari Masjid-Masjid ada pada para jamaahnya yang shalat di dalamnya. Orang-orang yang cenderung pada keduniawian membangun sebuah Masjid di zaman Rasulullah saw masih hidup, namun Masjid tersebut kemudian dirobohkan atas perintah Allah. Masjid tersebut disebut Masjid Dhirrar, yang artinya sesuatu yang merugikan dan merusak. Masjid tersebut diratakan dengan tanah. Berkaitan dengan Masjid-Masjid, diperintahkan agar Masjid-Masjid tersebut harus dibangun untuk ketakwaan.” <ref>Malfuzhat, Vol. 8, hal 170, edisi 1985, UK</ref> <ref name=":3" />
Baris 61: Baris 70:
  
 
"Jemaat harus memiliki Masjidnya sendiri dengan imam dari Jemaat yang dapat memberikan Khotbah dsb. Para anggota Jemaat harus berkumpul di dalam Masjid tersebut untuk melakukan shalat berjamaah. Ada berkah dan karunia luar biasa di dalam berjamaah dan harmoni dalam kerukunan. Sedangkan jika jemaat saling menjauh dan terpecah-belah, maka dapat menyebabkan permusuhan dan perselisihan. Pada masa ini suatu keharusan yang sangat untuk menjunjung persatuan dan harmoni dalam kerukunan secara sangat serius dan luas. Tingkatkanlah kesatu-paduan dan persatuan. Abaikanlah perkara-perkara remeh-temeh yang dapat menyebabkan perselisihan dan perpecahan.” <ref>Malfuzhat, Vo. 7, hal 119 – 120, edisi 1985, terbitan UK</ref> <ref name=":3" />
 
"Jemaat harus memiliki Masjidnya sendiri dengan imam dari Jemaat yang dapat memberikan Khotbah dsb. Para anggota Jemaat harus berkumpul di dalam Masjid tersebut untuk melakukan shalat berjamaah. Ada berkah dan karunia luar biasa di dalam berjamaah dan harmoni dalam kerukunan. Sedangkan jika jemaat saling menjauh dan terpecah-belah, maka dapat menyebabkan permusuhan dan perselisihan. Pada masa ini suatu keharusan yang sangat untuk menjunjung persatuan dan harmoni dalam kerukunan secara sangat serius dan luas. Tingkatkanlah kesatu-paduan dan persatuan. Abaikanlah perkara-perkara remeh-temeh yang dapat menyebabkan perselisihan dan perpecahan.” <ref>Malfuzhat, Vo. 7, hal 119 – 120, edisi 1985, terbitan UK</ref> <ref name=":3" />
 +
 +
Hadhrat Khalifatul Masih V atba menyampaikan,
 +
 +
Dengan demikian, seiring dengan membangun dan '''memakmurkan''' Masjid, bertambah satu lagi tanggung jawab bagi para Ahmadi di sini untuk menjadikan Masjid ini sebagai sarana tabligh Islam.<ref name=":4">Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 19 Oktober 2018 (Ikha 1397 Hijriyah Syamsiyah/09 Safar 1440 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Baitul Aafiyat, Philadelphia, USA (Amerika Serikat). Dikutip dari [https://www.alislam.org/archives/sermons/summary/FST20181026-ID.pdf alislam.org] tanggal 6-Ags-2022</ref>
 +
 +
Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,
 +
 +
“Masjid Rasulullah (saw) saat itu kecil saja. Atap-atap Masjid dibuat dari daun-daun kurma. Jika hujan, bocorlah ia. Namun, betapa hebatnya kegiatan yang telah dilakukan di dalamnya. Keramaian Masjid adalah dengan para jamaahnya yang '''memakmurkannya'''. Berkenaan dengan Masjid ada perintah supaya dibangun dengan ketakwaan.<ref>Malfuzhat, Vo. 8, hal 170, edisi 1985, terbitan UK</ref> <ref name=":4" />
  
 
=== Meluangkan Waktu ke Masjid ===
 
=== Meluangkan Waktu ke Masjid ===
Baris 123: Baris 140:
  
 
=== Arti Manusia ===
 
=== Arti Manusia ===
 
== PR ==
 
https://www.alislam.org/archives/sermons/summary/FST20181026-ID.pdf
 
  
 
== Referensi ==
 
== Referensi ==

Revisi per 6 Agustus 2022 09.35

Arti Memakmurkan

Memakmurkan berasal dari bahasa arab, ma'muur (معمور) artinya dimakmurkan; [1] kata ma'mur berasal dari akar kata 'a-ma-ro (عمَرَ بـ يَعمُر ويَعمِر ، عَمْرًا وعَمارةً و عُمُورٌ، عُمْرَانٌ، فهو عامر ، والمفعول معمور) [2] yang berarti menghuni, tinggal dan memakmurkan.[1]

Arti Masjid

Sedangkan Masjid berasal dari kata bahasa arab masjadun (مَسجَد) [3] yang berarti tempat untuk bersujud atau tempat untuk beribadah. [4]

Allah Ta'ala berfirman,

اِنَّمَا یَعۡمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰہِ مَنۡ اٰمَنَ بِاللّٰہِ وَالۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوۃَ وَاٰتَی الزَّکٰوۃَ وَلَمۡ یَخۡشَ اِلَّا اللّٰہَ فَعَسٰۤی اُولٰٓئِکَ اَنۡ یَّکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُہۡتَدِیۡنَ ﴿۱۸﴾

Artinya, “Sesungguhnya yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian dan tetap mendirikan shalat dan membayar zakat serta ia tidak takut kecuali kepada Allah; maka mudah-mudahan mereka itu termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS Al Taubah 9:18)

Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) menyampaikan,

Hanya mereka yang beriman kepada Allah yang layak memakmurkan Masjid-Masjid Allah. Dengan demikian, tujuan dibangunnya Masjid-Masjid adalah iman kepada Allah, dan keimanan ini sempurna ketika seseorang melindungi dirinya sendiri dari segala bentuk syirik (menyekutukan Allah) dan hanya menganggap Allah sebagai Maha Pemberi yang menyediakan segala sesuatu.[5]

Mereka yang memakmurkan masjid adalah mereka yang beriman kepada Allah. Tapi hanya mengatakan bahwa kita beriman pada Allah Ta’ala tidaklah cukup. Iman yang disebutkan di sini juga memiliki beberapa standar yang Allah Ta’ala telah tetapkan. Allah Ta’ala berfirman bahwa jika Saudara-saudara menegakkan standar keimanan tersebut, barulah Saudara-saudara akan dihitung termasuk diantara mereka yang sempurna keimanannya, jika tidak demikian maka iman Saudara-saudara tidak akan sempurna.[6]

Salah satu ungkapan rasa syukur adalah melalui banyak berdoa dan Salat. Namun, sikap syukur yang haqiqi adalah dengan cara memakmurkannya dengan berbagai macam Salat dan doa.[7]

Hadhrat Masih Mau'ud (as) menjelaskan mengenai syirik, Seseorang mempunyai rasa percaya kepada sarana kebendaan dan sesuatu yang lain melebihi kepada Tuhan dan ia lebih fokus kepada pekerjaannya, bisnisnya dan kesibukan duniawinya. Dan inilah yang menyebabkannya tidak ada perhatian kepada shalat dan memakmurkan Masjid. Alhasil, kita harus berdoa kepada Allah Ta’ala dengan segala kerendahan hati, “Ya Tuhan! Jadikanlah kami mu-min yang sempurna!” Sebab, untuk menjadi mu-min pun bergantung kepada karunia Ilahi sehingga dengan meminta kepada-Nyalah maqam tersebut dapat diraih.

Hadits-Hadits tentang memakmurkan Masjid

Diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ وَرَاحَ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُ نُزُلَهُ مِنْ الْجَنَّةِ كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ

...dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa datang ke masjid di pagi dan sore hari, maka Allah akan menyediakan baginya tempat tinggal yang baik di surga setiap kali dia berangkat ke masjid di pagi dan sore hari." (H.R. Al-Bukhari) [8]

Diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ الْمَسَاجِدُ قُلْتُ وَمَا الرَّتْعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ

...dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu wa'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila kalian melewati taman Surga, maka merumputlah (makan dan minumlah sampai kenyang)!" Aku katakan; apakah taman Surga itu wahai Rasulullah? Beliau mengatakan: "Masjid-masjid." Aku katakan; dan apakah rumputnya wahai Rasulullah? Beliau mengtakan: "SUBHAANALLAAHI WAL HAMDULILLAAHI WA LAA ILAAHA ILLALLAAHU WALLAAHU AKBAR" (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Allah Maha Besar). (H.R. Tirmidzi) [9]

Diriwayatkan,

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مِهْرَانَ مَوْلَى أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا

...dari Abdurrahman bin Mihran, mantan budak Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Lokasi yang paling Allah cintai adalah masjid, dan Lokasi yang paling Allah benci adalah pasar." (H.R. Muslim) [10]

Diriwayatkan,

مَن دخَلَ مَسجِدَنا هذا لِيتعَلَّمَ خيرًا، أو لِيُعَلِّمَه؛ كان كالمجاهِدِ في سبيلِ اللهِ ...

Artinya, "Barangsiapa yang masuk ke dalam Masjid disertai niat mempelajari kebaikan atau mengajarkannya, maka orang tersebut akan terhitung seperti orang yang jihad di jalan Allah...’ (H.R. Ahmad) [11] [12]

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda:

“Keindahan sejati Masjid-Masjid bukanlah pada gedungnya, namun ada pada para mushalli (orang-orang yang shalat) yang melakukan shalat-shalat dengan ketulusan, keikhlasan dan kesungguhan. Jika tidak, banyak sekali Masjid yang jadi lengang dan terlantar. (beliau menunjuk pada Masjid-Masjid kaum Muslimin saat itu).

Masjid Rasulullah saw dulu kecil. Atapnya terbuat dari dedaunan pohon kurma dan ketika hujan, bocor. Keindahan dan kegembiraan dari Masjid-Masjid ada pada para jamaahnya yang shalat di dalamnya. Orang-orang yang cenderung pada keduniawian membangun sebuah Masjid di zaman Rasulullah saw masih hidup, namun Masjid tersebut kemudian dirobohkan atas perintah Allah. Masjid tersebut disebut Masjid Dhirrar, yang artinya sesuatu yang merugikan dan merusak. Masjid tersebut diratakan dengan tanah. Berkaitan dengan Masjid-Masjid, diperintahkan agar Masjid-Masjid tersebut harus dibangun untuk ketakwaan.” [13] [5]

Tujuan Didirikannya Masjid

Pada satu kesempatan, Hadhat Masih Mau’ud as bersabda dalam mengungkapkan pentingnya pembangunan masjid,

“Jemaat kita pada masa ini sangat memerlukan pembangunan Masjid-Masjid. Masjid adalah rumah Allah. Ketahuilah! Ketika sebuah Masjid dibangun di sebuah desa atau di sebuah kota bagi kita maka dasar kemajuan Jemaat telah diletakkan. Jika ada sebuah desa atau sebuah kota yang tidak ada orang Islam di sana atau hanya ada sedikit orang Muslim di sana, dan kalian harapkan adanya kemajuan Islam di tempat tersebut, maka bangunlah Masjid di sana. Allah Ta’ala sendiri yang akan menarik orang-orang Muslim ke Masjid tersebut. (artinya, orang Muslim lainnya akan bergabung dengan kalian disamping para penduduk pribumi di situ. Beginilah bertambahnya jumlah kalian)

Namun, syarat atau niatan di balik pembangunan Masjid tersebut harus niat yang baik dan tulus ikhlas. Tidak membangun kecuali semata-mata demi memperoleh ridha Allah. Tidak boleh ada unsur hawa nafsu, keburukan, kekacauan ataupun kepentingan tertentu. (Jika demikian) maka Allah akan memberkahi perbuatan tersebut dengan berkah yang banyak.” [14] [15]

Pada beberapa hari yang lalu, berbagai [wartawan] dari stasiun radio, televisi dan surat kabar mewawancarai saya setibanya di kota Oslo. Salah satu pertanyaan yang mereka ajukan, adalah:

‘Apakah maksud dan tujuan didirikannya sebuah Masjid? Kegiatan apa saja yang akan dilakukan di dalamnya?

Huzur V (atba) menjawab: ‘Dengan didirikannya sebuah Masjid, artinya lingkungan di sekitarnya akan menjadi cerminan kehidupan surgawi. Yakni, keindahan ajaran Islam, yang tiada lain adalah pesan perdamaian dan kasih sayang akan tumbuh berkembang di dalam masyarakat tersebut. Dengan dibangunnya sebuah Masjid, artinya pesan kasih sayang, kedamaian dan ukhuwah tali persaudaraan yang haqiqi akan menyebar-luas di lingkungan sekitarnya, di kota tersebut, lalu meluas lagi hingga ke seluruh negeri.[7]

Tujuan dari pembangunan masjid adalah supaya orang-orang bisa berkumpul untuk beribadah kepada Tuhan Yang Satu, dari segi ini pun hendaknya kita perlu memberikan perhatian terhadap pembangunan masjid. Jadi, sebagaimana yang telah saya katakan bahwa sesuai dengan sabda Hadhrat Rasulullah s.a.w. hal yang pokok adalah niat, yang dengan berlandaskan padanya amalanamalan dikerjakan. Dan niat kita adalah untuk menegakkan Tauhid ilahi, menyebar luaskan pesan-Nya, membawa sebanyak mungkin orang-orang ke bawah naungan bendera ke-Esa-an Tuhan, menciptakan revolusi ruhani terhadap kondisi diri kita sendiri dan anak keturunan kita, dan sambil menciptakan revolusi ini kita hendaknya menjadikan diri kita sendiri dan anak keturunan kita tunduk di hadapan Tuhan. Kita harus menggunakan segala upaya untuk menegakkan shalat-shalat kita dan mengisi masjid untuk tujuan ini dengan cara sedemikian rupa sehingga masjid-masjid itu mulai tampak terlalu kecil.[6]

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

"Jemaat harus memiliki Masjidnya sendiri dengan imam dari Jemaat yang dapat memberikan Khotbah dsb. Para anggota Jemaat harus berkumpul di dalam Masjid tersebut untuk melakukan shalat berjamaah. Ada berkah dan karunia luar biasa di dalam berjamaah dan harmoni dalam kerukunan. Sedangkan jika jemaat saling menjauh dan terpecah-belah, maka dapat menyebabkan permusuhan dan perselisihan. Pada masa ini suatu keharusan yang sangat untuk menjunjung persatuan dan harmoni dalam kerukunan secara sangat serius dan luas. Tingkatkanlah kesatu-paduan dan persatuan. Abaikanlah perkara-perkara remeh-temeh yang dapat menyebabkan perselisihan dan perpecahan.” [16] [5]

Hadhrat Khalifatul Masih V atba menyampaikan,

Dengan demikian, seiring dengan membangun dan memakmurkan Masjid, bertambah satu lagi tanggung jawab bagi para Ahmadi di sini untuk menjadikan Masjid ini sebagai sarana tabligh Islam.[17]

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Masjid Rasulullah (saw) saat itu kecil saja. Atap-atap Masjid dibuat dari daun-daun kurma. Jika hujan, bocorlah ia. Namun, betapa hebatnya kegiatan yang telah dilakukan di dalamnya. Keramaian Masjid adalah dengan para jamaahnya yang memakmurkannya. Berkenaan dengan Masjid ada perintah supaya dibangun dengan ketakwaan.[18] [17]

Meluangkan Waktu ke Masjid

Masjid tidak cukup hanya berkaitan dengan para sesepuh dan yang punya waktu saja. Melainkan, mereka yang sibuk pun hendaknya dapat meluangkan waktu mereka dengan datang ke sini dan meramaikannya. Hendaknya kita mengusahakan agar tumbuh (tercipta) hubungan [dengan masjid] itu di kalangan keturunan kita. Hendaknya tumbuh (tercipta) gairah semangat beribadah kepada Allah diantara para pemuda dan anak-anak keturunan kita. Untuk [mencapai hal] itu, di satu segi sangat penting mengusahakan secara fisik, dan di segi yang lain sarana yang sangat besar adalah dengan banyak berdoa. Allah Ta’ala Maha Mengetahui dan Maha Mendengar; Dia Maha Mendengar doa-doa yang muncul dari niat-niat yang benar yang ada di hati. Oleh karena itu, berdoalah sedemikian rupa agar tatkala telah terbangun ibadah kepada-Nya, telah terbangun pengamalan atas hukum-hukum Allah Ta’ala kemudian ini berlanjut terus dari satu generasi ke generasi berikutnya. Jika diri sendiri pun malas (mengabaikan) dalam mengamalkan perintah-perintah Allah Ta’ala dan beribadah kepada-Nya ini, maka generasi penerusnya pun akan malas pula.[19]

Ciri Orang yang Beriman

Allah Ta'ala berfirman,

... وَالَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰہِ ...

Artinya, orang-orang mu’min, mereka paling mencintai Allah. (Surah Al-Baqarah [2]:166)

Shalat Berjamaah

Arti Shalat

Shalat berasal dari bahasa arab yaitu kata sholla (صلو) yang berarti doa, shalat, berkah, shalawat, kehormatan. [20]

Allah Ta'ala berfirman,

وَمَا خَلَقۡتُ الۡجِنَّ وَالۡاِنۡسَ اِلَّا لِیَعۡبُدُوۡنِ ﴿۵۷﴾

”Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS Adz-Dzariyaat 51:57)

Arti Berjamaah

Berjamaah berasal dari dari bahasa arab yaitu ja-ma'a (جمَعَ يَجْمَع ، جَمْعًا ، فهو جامِعٌ، وجَمُوعٌ ،مِجْمَعٌ، وجَمَّاع والمفعول: مَجْمُوعٌ، وجَميعٌ) [21] yang berarti jamak, lebih dari dua, mengumpulkan, menghimpun, bergabung, bersatu, mempersatukan dll [22]

Diriwayatkan,

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً

dari 'Abdullah bin 'Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Shalat berjama'ah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat." (H.R. Al-Bukhari) [23]

Diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ الْجَمِيعِ تَزِيدُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَصَلَاتِهِ فِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ دَرَجَةً فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وَأَتَى الْمَسْجِدَ لَا يُرِيدُ إِلَّا الصَّلَاةَ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْهُ خَطِيئَةً حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ وَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِي صَلَاةٍ مَا كَانَتْ تَحْبِسُهُ وَتُصَلِّي يَعْنِي عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ مَا دَامَ فِي مَجْلِسِهِ الَّذِي يُصَلِّي فِيهِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ

dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Shalat berjama'ah lebih utama dari shalatnya sendirian di rumah atau di pasarnya sebanyak dua puluh lima derajat. Jika salah seorang dari kalian berwudlu lalu membaguskan wudlunya kemudian mendatangi masjid dengan tidak ada tujuan lain kecuali shalat, maka tidak ada langkah yang dilakukannya kecuali Allah akan mengangkatnya dengan langkah itu setinggi satu derajat, dan mengahapus darinya satu kesalahan hingga dia memasuki masjid. Dan jika dia telah memasuki masjid, maka dia akan dihitung dalam keadaan shalat selagi dia meniatkannya, dan para malaikat akan mendoakannya selama dia masih berada di tempat yang ia gunakan untuk shalat, 'Ya Allah ampunkanlah dia. Ya Allah rahmatilah dia'. Selama dia belum berhadats." (H.R. Bukhari) [24]

Diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ وَرَاحَ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُ نُزُلَهُ مِنْ الْجَنَّةِ كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ

Artinya, dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa datang ke masjid di pagi dan sore hari, maka Allah akan menyediakan baginya tempat tinggal yang baik di surga setiap kali dia berangkat ke masjid di pagi dan sore hari." (H.R. Bukhari) [25]

Hilangkan Kemalasan

Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda bahwa Saudara-saudara juga harus menjaga diri terhadap kemalasan dan kelesuan karena ini juga menjauhkan orang dari Allah Ta’ala.[26] [6]

Kemalasan ini membuat seseorang juga lalai terhadap kecintaan kepada Tuhan. Kecerobohan ini, kelalaian ini, perlahan tapi pasti menjauhkan seseorang dari agama dan dia juga kehilangan rasa takut terhadap Hari Kiamat dan rasa takut datangnya Hari Penghisaban dan harus hadir di hadapan Tuhan. Inilah sebabnya mengapa Allah telah menyebutkan iman kepada akhirat sebagai salah satu karakteristik dari orang-orang yang meramaikan (memakmurkan) masjid, yakni mereka yang datang ke masjid secara teratur. Inilah sebabnya mengapa kita diajarkan bahwa di akhirat nanti kita akan mendapatkan pahala dari hal yang kita lakukan di dunia ini.[6]

Berzikir

Arti Berdzikir

Berdzikir berasal dari bahasa arab yaitu dari kata dzikrun atau dzikron (ذكَرَ يَذكُر ، ذِكْرًا وذُكْرًا وذِكْرى وتَذكارًا وتِذكارًا ، فهو ذاكِر ، والمفعول مَذْكور) [27] yang berarti mengingat, laki-laki, menerangkan, pengajaran, peringatan, pelajaran dll [28]

Allah Ta'ala berfirman,

اَلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوۡبُہُمۡ بِذِکۡرِ اللّٰہِ ؕ اَلَا بِذِکۡرِ اللّٰہِ تَطۡمَئِنُّ الۡقُلُوۡبُ ﴿ؕ۲۹﴾

Artinya ... (QS Ar-Ra'd 13:29)

Berkhidmat kepada Manusia

Arti Berkhidmat

Arti Manusia

Referensi

  1. 1,0 1,1 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D9%85%D8%B9%D9%85%D9%88%D8%B1/
  2. https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/%D8%B9%D9%8E%D9%85%D9%8E%D8%B1%D9%8E/
  3. https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/%D8%B3%D8%AC%D8%AF/
  4. https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D9%85%D8%B3%D8%AC%D8%AF/
  5. 5,0 5,1 5,2 Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz tanggal 13 Mei 2016 di Masjid Mahmud di Malmo, Swedia. Dikutip dari alislam.org tanggal 5-Ags-2022
  6. 6,0 6,1 6,2 6,3 Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 17 Hijrah 1392 HS/Mei 2013 di Masjid Baitur Rahman, Vancouver, Kanada. Diakses di ahmadiyah.id pada 5-Ags-2022
  7. 7,0 7,1 Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 30 September 2011 di Masjid Baitun Nashir, Furuset, Oslo, Norwegia. Dikutip dari ahmadiyah.id Tgl 5 Agustus 2022
  8. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Adzan, Bab Keutamaan orang yang pergi ke masjid baik pagi maupun sore hari. Dikutip dari hadits.id pada 5-Ags-2022
  9. Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab Do'a, Menghitung tasbih dengan tangan. Diakses dari hadits.id pada 5-Ags-2022
  10. Hadits Shahih Muslim, Kitab Masjid dan tempat-tempat shalat, Bab Keutamaan duduk di tempat shalatnya setelah subuh, dan keutamaan masjid. Dikutip dari alislam.org pada 5-Ags-2022
  11. Shahih ibn Hibban, kitab tentang keilmuan no. 87; Musnad Ahmad ibn Hanbal jilid 3, h. 322, Musnad Abi Hurairah, Hadits 8587, Alamul Kutub, Beirut, 1998
  12. الراوي : أبو هريرة | المحدث : شعيب الأرناؤوط | المصدر : تخريج المسند | الصفحة أو الرقم : 8603 | أحاديث مشابهة | خلاصة حكم المحدث : ضعيف dikutip dari dorar.net
  13. Malfuzhat, Vol. 8, hal 170, edisi 1985, UK
  14. Malfuzhat, Vo. 7, hal 119 – 120, edisi 1985, terbitan UK
  15. Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz 04 November 2016 di Masjid Mahmud, Regina, Provinsi Saskatchewan, Kanada. Dikutip dari ahmadiyah.id tanggal 5-Ags-2022
  16. Malfuzhat, Vo. 7, hal 119 – 120, edisi 1985, terbitan UK
  17. 17,0 17,1 Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 19 Oktober 2018 (Ikha 1397 Hijriyah Syamsiyah/09 Safar 1440 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Baitul Aafiyat, Philadelphia, USA (Amerika Serikat). Dikutip dari alislam.org tanggal 6-Ags-2022
  18. Malfuzhat, Vo. 8, hal 170, edisi 1985, terbitan UK
  19. Khotbah Jum’at Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat  Mirza Masroor  Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahulloohu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 27 Syahadat 1391 HS/ April 2012 di Masjid Darul Amaan, Greenheys Lane, Hulme Manchester-UK. Diakses dari ahmadiyah.id pada 5-Ags-2022
  20. https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D8%B5%D9%84%D9%88/
  21. https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/%D8%AC%D9%85%D8%B9/
  22. https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D8%AC%D9%85%D8%B9/
  23. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Adzan, Bab Keutamaan shalat berjama'ah. Dikutip dari hadits.id pada 5-Ags-2022
  24. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Shalat, Bab Shalat di masjid pasar. Dikutip dari hadits.id pada 5-Ags-2022
  25. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Adzan, Bab Keutamaan orang yang pergi ke masjid baik pagi maupun sore hari. Dikutip dari hadits.id tgl 5-Ags-2022
  26. 0Majmu’ah Isytihaaraat, Jilid. II, Hal. 654, Isytihaar no. 270, dengan judul “Tabligh al-Haq”, Rabwah
  27. https://www.almaany.com/ar/dict/ar-ar/%D8%B0%D9%83%D8%B1/
  28. https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/%D8%B0%D9%83%D9%8E%D8%B1%D9%8E/