Peristiwa-peristiwa Menggugah Hati di Medan Tabligh

وَمَنۡ اَحۡسَنُ قَوۡلًا مِّمَّنۡ دَعَاۤ اِلَی اللّٰہِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِیۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿۳۴﴾ وَلَا تَسۡتَوِی الۡحَسَنَۃُ وَلَا السَّیِّئَۃُ ؕ اِدۡفَعۡ بِالَّتِیۡ ہِیَ اَحۡسَنُ فَاِذَا الَّذِیۡ بَیۡنَکَ وَبَیۡنَہٗ عَدَاوَۃٌ کَاَنَّہٗ وَلِیٌّ حَمِیۡمٌ ﴿۳۵﴾ وَمَا یُلَقّٰہَاۤ اِلَّا الَّذِیۡنَ صَبَرُوۡا ۚ وَمَا یُلَقّٰہَاۤ اِلَّا ذُوۡ حَظٍّ عَظِیۡمٍ ﴿۳۶﴾

Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari orang yang menyeru manusia kepada Allah dan beramal saleh serta berkata, “Sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang berserah diri.”

Dan tidak sama kebaikan dengan keburukan. Tolaklah keburukan itu dengan cara sebaik-baiknya, maka tiba-tiba ia yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia.

Dan tiada yang dianugerahi itu selain orang-orang yang sabar, dan tiada yang dianugerahi itu selain orang yang mempunyai bagian besar dalam kebaikan. (Al-Quran, S.41 Ha Mim As-Sajdah:34-36)

Bertabligh merupakan kewajiban suci yang dibebankan Allah s.w.t. kepada semua nabi-nabi yang menjadi hamba-hamba-Nya yang paling dikasihi. Tradisi Ilahi ini bersisi dua dimana pada satu sisi menggambarkan pentingnya apa yang disebut sebagai kerja tabligh dan di sisi lain, mengemukakan penekanan bahwa hanya para nabi-nabi saja yang menjadi pembawa obor dari amanah suci ini. Setiap saat dalam kehidupan mereka selalu diabdikan guna pemenuhan kewajiban keramat tersebut. Mereka menghadapi segala bahaya, kesulitan dan petaka dengan wajah selalu tersenyum. Dari sejarah kita melihat bagaimana para nabi-nabi ini harus mengalami berbagai cobaan dan ujian. Namun bisa dilihat bahwa yang menjadi cahaya petunjuk kehidupan mereka adalah pertolongan dan bantuan Ilahi yang mereka terima di setiap langkah mereka. Apa yang telah menguatkan keimanan dan harapan mereka selama digulung keganasan permusuhan umat manusia serta memberikan kepada mereka keteguhan dan keberanian tiada tara adalah janji abadi Allah s.w.t.

کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ اَنَا وَرُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿۲۲﴾

‘Allah telah menetapkan “Aku dan rasul-rasul-Ku amat pasti akan menang.” Sesungguhnya Allah itu Maha Kuat lagi Maha Perkasa.’ (S.58 Al-Mujadilah:22)

Jelas bahwa keunggulan yang dimaksud adalah suatu hal yang tidak mungkin tanpa bantuan dan pertolongan Allah s.w.t. Sejarah nabi-nabi telah memberikan bukti kalau bantuan dan pertolongan Tuhan selalu beserta mereka. Seluruh kehidupan mereka merupakan kesaksian tentang keridhaan Ilahi yang berkelanjutan. Mereka memenangkan tujuan mereka di bawah naungan payung perlindungan Tuhan. Karena para nabi-nabi merupakan personifikasi daripada kegiatan ntabligh dan keridhaan Ilahi, saya akan memulai telaah ini dengan beberapa contoh dari nabi-nabi.

Subyek ini amat sangat luas dan peristiwa-peristiwa yang terkait demikian dalam dan agungnya sehingga sebenarnya diperlukan suatu telaah yang komprehensif. Sekarang ini saya hanya bisa memberikan beberapa contoh sebelum masuk ke dalam subyek pembicaraan saya sendiri.

Bab 1

Umat yang memusuhi Nabi Nuh a.s. telah musnah dalam Banjir Akbar, sedangkan para pengikut beliau yang beriman dan setia diselamatkan Allah s.w.t. dengan perantaraan bahtera-Nya. Raja Namruz mencoba melawan Nabi Ibrahim a.s. namun dalam perdebatan yang terjadi di antara mereka, raja yang sombong itu kalah telak dan tidak bisa berkutik. Karena mabuk dengan kekuasaannya, ia mencoba membakar Nabi Ibrahim a.s. hidup- hidup terikat di tiang di atas unggunan api, tetapi pertolongan Ilahi datang secara ajaib dan api tersebut menjadi dingin.

Nabi Yusuf a.s. yang dilemparkan ke dalam sumur, juga Allah s.w.t. yang kemudian menyelamatkannya. Wanita-wanita bangsawan di kerajaan Mesir mencoba merayu beliau, tetapi Allah s.w.t. menjadikannya kebal terhadap rencana jahat mereka dan disamping itu memberikan kekuasaan dan kedaulatan kepada beliau di istana tersebut.

Kemudian tentang seorang Firaun perkasa yang mencoba melawan Nabi Musa a.s. Karena raja ini mengira beliau sebagai seorang tukang sihir maka ia lalu mengumpulkan ahli-ahli sihir kerajaan dari seluruh pelosok negeri guna melawan sang Nabi masa itu. Namun adalah bantuan dan pertolongan Allah s.w.t. yang telah menghancurkan rekaan para ahli sihir kerajaan dengan satu hentakan tongkat Nabi Musa a.s. Harta benda mau pun lasykarnya tidak mampu menyelamatkan raja perkasa tersebut. Ketika Nabi Musa a.s. memimpin umat Israil bergerak menuju kepada kemerdekaan, sang Firaun berupaya mengejar untuk membunuh mereka. Hanya saja Allah s.w.t. kemudian memperlihatkan keajaiban dari kekuasaan-Nya guna membantu dan menolong Nabi Musa a.s. Sang Firaun yang tadinya membayangkan bisa menggantung Tuhan-nya Musa dari menara-menara yang tinggi, nyatanya harus tenggelam di air yang dalam, hal mana secara langsung membuktikan kalau Tuhan-nya Musa adalah Tuhan yang Maha Kuasa. Kekayaan atau pun lasykarnya tidak mampu menyelamatkan sang raja dari kemurkaan Ilahi.

Ada pula kisah Nabi Yunus a.s. yang ditelan oleh ikan paus tetapi tetap hidup selama tiga hari di perut ikan raksasa tersebut. Adalah mukjizat Ilahi bahwa beliau bisa bertahan sekian lama dalam perut ikan itu untuk kemudian keluar dalam keadaan sehat wal afiat.

Begitu pula Allah s.w.t. telah memperlihatkan mukjizat-Nya yang luar biasa berkaitan dengan Nabi Isa a.s. ketika para musuhnya mencoba membunuh beliau di atas salib. Tuhan telah menyelamatkan beliau dan menurunkannya dari salib terkutuk itu dalam keadaan hidup sehingga rencana para musuhnya menjadi gagal.

Di masa berberkat dari Junjungan kita, Hazrat Muhammad Mustafa s.a.w. bantuan dan pertolongan Allah s.w.t. datang seperti hujan yang deras. Musibah dan cobaan dalam kegiatan tabligh amat mengerikan namun bantuan Ilahi yang datang bagi beliau di setiap kesempatan selalu bersifat unik. Ketika beliau mulai mengibarkan panji-panji Ketauhidan Ilahi berdasarkan perintah Tuhan, para pemuka Mekah langsung berpaling dan segera melakukan tindak permusuhan. Namun Allah yang Maha Kuasa tidak sesaat pun meninggalkan beliau sendirian dalam keadaan tak berdaya. Segera dalam waktu singkat terbentuk sekelompok kecil sahabat-sahabat yang beriman dan patuh kepada beliau dimana mereka telah mengukir perbuatan-perbuatan indah mereka dalam lembaran sejarah. Beliau pernah terkurung di lembah Shi’b Abi Talib selama tiga tahun. Selama masa pedih tersebut Allah s.w.t. mengaruniakan kesabaran dan ketahanan luar biasa yang merupakan bukti mencolok tentang bantuan-Nya. Memikul kesulitan serta melewati cobaan dan musibah juga merupakan tradisi bagi para nabi-nabi. Keadaan menjadi bertambah sulit dengan wafatnya paman beliau. Abu Talib.

Insiden saat perjalanan ke kota Taif juga merupakan pertunjukan ajaib dari pertolongan Ilahi. Ketika beliau berlindung ke sebuah kebun setelah perlakuan kejam dan kasar dari penduduk kota itu, ketika darah masih mengalir dari luka-luka yang menganga, datang seorang malaikat dari langit yang akan memperlihatkan bantuannya bagi beliau. Penduduk kota yang merupakan anak-anak kegelapan telah menolak nur Ilahi namun sifat rahmat dan kasih beliau tetap tidak pudar.

Kemudian setelah itu adalah masa-masa kritis saat hijrah ke Medinah dimana kita kembali melihat perwujudan keajaiban rahmat Ilahi. Beliau berjalan aman melalui gerombolan musuh yang haus darah. Mereka mengejar beliau sampai ke mulut sebuah gua dimana beliau saat itu berlindung, namun tetap saja para musuh tersebut tidak berhasil menangkap beliau. Salah seorang dari mereka yang mengharapkan memenangkan hadiah besar yang dijanjikan, Suraqah, seorang pemuka Mekah, terus saja mengejar beliau namun meski telah berusaha berulang-kali, tetap saja gagal terus. Akhirnya ia merasa takluk dan memohon ampunan dari Hazrat Rasulullah s.a.w.

Ketika Hazrat Rasulullah s.a.w. sampai di Medinah yang menjadi tujuan beliau, penghormatan dan kebesaran penyambutan beliau pun bersifat unik. Beliau yang terusir dari Mekah, diterima dengan tangan terbuka oleh semua penduduk Medinah dan mereka mengangkat beliau sebagai penghulu. Penyerahan diri tak bersyarat kaum Anshar di Medinah merupakan bukti hidup perwujudan pertolongan Ilahi. Berikutnya adalah saat perang Badar. Adalah doa yang dipanjatkan dari kemah beliau itulah yang telah menjungkir-balikkan posisi tempur para musuh. Segenggam kerikil halus yang dilemparkan Hazrat Rasulullah s.a.w. ke arah para musuh telah berubah menjadi badai gurun dahsyat dimana seribu orang lasykar Mekah harus kalah telak di tangan sekelompok kecil 313 sahabat yang berperlengkapan sederhana sehingga peristiwa itu menjadi mukjizat dunia.

Baik dalam perang Uhud, perang Khandak atau pun dalam konflik dengan suku mau pun perorangan, pertolongan Ilahi selalu tampak di setiap kejadian. Suatu ketika, seorang musuh berkesempatan menghadapi beliau ketika sedang berada seorang diri. Namun saat mendengar suara beliau yang menggetarkan, tak kuasa ia menahannya maka pedangnya jatuh dari tangannya dan gemetar ia berlutut di hadapan beliau.

Suatu ketika beliau mendatangi Abu Jahal yang terkenal sebagai musuh utama beliau untuk membantu seseorang tak berdaya yang memiliki tagihan kepada Abu Jahal tersebut tetapi tidak berani menagihkannya. Hazrat Rasulullah s.a.w. meminta agar Abu Jahal segera membayar hutangnya dimana yang bersangkutan segera masuk rumahnya dan kembali membawa uang untuk segera membayar orang tersebut. Allah s.w.t. memperlihatkan mukjizat-Nya dengan menampakkan dua ekor unta ganas di kedua sisi Hazrat Rasulullah s.a.w. yang sepertinya siap menerkam dirinya. Pernah pula seorang wanita Yahudi mencoba meracuni makanan beliau namun Allah s.w.t. memberitahukan dan menjaga beliau dari segala petaka.

Allah, Tuhan langit dan bumi, memperlihatkan mukjizat akbar ketika Hazrat Rasulullah s.a.w. yang terusir dari Mekah, kemudian kembali ke kota tersebut sebagai seorang pemenang. Begitu juga betapa mentakjubkan pemandangan dari bantuan dan pertolongan Ilahi saat berlangsungnya Haji Wada dimana seratus ribu sahabat berkumpul di sekeliling beliau. Beliau yang semula tegak sepi sendiri telah menjadi junjungan tercinta dari para pengikutnya yang setia. Singkat kata, setiap menit kehidupan beliau selalu berada dalam naungan perlindungan bantuan dan pertolongan Ilahi.

Bab 2

Setelah membahas beberapa kejadian menggugah itu, saya sekarang ingin mengemukakan beberapa kejadian dalam kehidupan beberapa Da’i Ilallah yang mengikuti jejak langkah para nabi-nabi. Melalui kejadian-kejadian itu kalian akan melihat bagaimana Allah s.w.t. selalu menolong mereka yang bergerak di bidang tabligh dan mengganjar mereka secara berlimpah dengan hasil manis jerih payah mereka. Sebelumnya saya ingin mengemukakan satu atau dua prinsip dasar. Allah s.w.t. berfirman dalam Al-Quran:

اِنَّا لَنَنۡصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَیَوۡمَ یَقُوۡمُ الۡاَشۡہَادُ ﴿ۙ۵۲﴾

‘Sesungguhnya tentu Kami akan menolong para rasul Kami dan orang-orang yang beriman, di dalam kehidupan dunia ini dan pada hari ketika saksi-saksi akan berdiri.’ (S.40 Al-Mumin:52)

Dari ayat di atas jelas kiranya bahwa Allah s.w.t. tidak saja menolong para Rasul-Nya yang menjadi pengemban pesan-Nya, tetapi juga mereka yang beriman kepada para nabi-nabi itu yang melaksanakan tugas mulia berdakwah di jalan Allah. Dengan demikian, barangsiapa yang mengikuti jalan para kekasih-Nya dan mengikrarkan dirinya untuk bertabligh, dengan sendirinya juga akan menjadi penerima perlakuan kasih Allah s.w.t. Topik tentang pertolongan Ilahi dalam bidang tabligh sesungguhnya amat luas dan juga dalam. Hazrat Masih Mau'ud a.s. juga mengungkap masalah tersebut dalam syair berikut:

Para orang-orang suci Ilahi menerima pertolongan dari-Nya;

Dan ketika pertolongan itu tiba, diperlihatkannya sisi dunia lain

kepada para mahluk semuanya;

Ia berubah bentuk menjadi badai yang meniup pergi semua

sampah;

Ia berubah menjadi api yang membakar musuh-musuh dalam

lintasannya;

Ia menjadi debu yang turun di kepala musuh untuk

mempermalukannya;

Ia beralih rupa menjadi air yang menghanyutkan musuh-musuh;

Singkat kata, manusia tak mungkin menghalangi kerja Ilahi;

Bagaimana mungkin mahluk menghalangi kerja sang Pencipta?

Tidak diragukan lagi bahwa mukjizat yang dibawa oleh bantuan dan pertolongan Allah yang Maha Kuasa itu tidak akan pernah ada habisnya. Allah s.w.t. berfirman dalam Al-Quran:

یَسۡـَٔلُہٗ مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ ؕ کُلَّ یَوۡمٍ ہُوَ فِیۡ شَاۡنٍ ﴿ۚ۳۰﴾

‘Setiap hari Dia menampakkan Wujud-Nya dalam keadaan yang berlainan.’ (S.55 Ar-Rahman:30)

Berdasarkan ayat di atas, Dia akan memperlihatkan tanda-tanda segar setiap hari bagi mereka yang menyampaikan pesan-Nya. Bantuan Ilahi ini bisa mewujud dalam berbagai macam bentuk. Seringkali kalian bisa melihat pemakbulan doa yang luar biasa dari para pentabligh, terkadang diperlihatkan bagaimana Allah s.w.t. melindungi mereka dari musuh-musuh mereka. Seringkali para pendakwah di bidang tabligh itu dikaruniai pengetahuan ilmiah yang luar biasa. Terkadang terlihat perubahan sikap mendadak di hati musuh-musuh besar. Bentuk lain dari kecintaan dan kasih Allah adalah ketika Dia mengajarkan kepada hamba-Nya argumentasi yang meyakinkan terhadap para kritikusnya dan memberikan keberhasilan yang luar biasa. Kemudian ada pula pertunjukan kemurkaan Tuhan ketika para musuh yang takabur dicengkeram guna menjadi pelajaran bagi yang lainnya.

Pertolongan Ilahi bagi para pendakwah dalam bentuk tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat ini membuktikan kalau orang bersangkutan itu termasuk mereka yang dikasihi Allah s.w.t. sang Pencipta langit dan bumi. Mata air sumber pertolongan dan bantuan Ilahi ini tidak terikat oleh batasan ruang dan waktu. Hal-hal demikian di setiap zaman dan di tempat mana pun. Bisa saja berbentuk taman bunga yang indah di Eropah, semak-semak di Afrika, ratusan pulau-pulau kecil yang dikitari lautan dimana Allah s.w.t. mempertontonkan pertolongan Ilahi guna menyegarkan kembali keimanan para mukminin dan sebagai bukti hidup dari Wujud yang Maha Ada. Setiap bangsa bisa saja menikmati mata air universal yang mengalir tanpa henti ini. Tidak ada kurun waktu yang dikaliskan dari berkat Ilahi tersebut. Dalam masa akhir zaman ini yang sebenarnya merupakan masa yang menjadi milik Junjungan kita Hazrat Muhammad Mustafa s.a.w., Allah s.w.t. telah meletakkan fondasi kebangkitan kembali Islam dan menghidupkan kembali pemandangan sebagaimana dulu terlihat di masa para nabi-nabi masa lalu. Melalui berkat dari putra ruhani Nabi Suci s.a.w. yaitu Hazrat Masih Mau'ud a.s., khilafat beliau, para sahabat dan para pendakwah lainnya, Allah s.w.t. telah menghidupkan kembali mata air berberkat sebagai bukti bahwa Islam bukanlah dongeng atau legenda agama di masa lalu. Islam adalah pohon abadi yang tetap hijau yang manis buahnya tetap tersedia di setiap zaman dan bisa dinikmati setiap bangsa. Berikutnya adalah pertelaan dari kisah-kisah yang menggugah hati tentang pertolongan Ilahi di bidang tabligh.

Bab 3

Tabligh senyatanya adalah kegiatan menyeru manusia kepada Tuhan yang Maha Agung. Jika kita memandang hal ini dari sudut pandang tersebut maka menjadi jelas dan dapat dikatakan kalau tugas ini sebenarnya termasuk kerja Tuhan. Memang sesungguhnya keberhasilan dalam bidang ini tidak akan pernah berjaya sendiri tanpa bantuan Allah s.w.t. Jika dikatakan bahwa seseorang itu berhasil dalam tablighnya maka yang mendasarinya adalah karena Allah s.w.t. telah menyemaikan benih kebenaran di hati manusia. Aspek pertolongan Ilahi ini seringkali berbentuk wahyu hakiki yang menunjukkan jalan yang lurus bagi seorang pencari kebenaran. Peristiwa- peristiwa yang berkaitan dengan bantuan Ilahi terdapat banyak sekali dalam sejarah Ahmadiyah. Tidak ada bagian dari dunia ini yang belum menikmati rahmat demikian. Salah satu buku seperti Basharati Rahmaniyat bagian I dan II karangan Maulana Abdur Rahman Mubashir serta buku-buku lainnya di Jemaat kita ini penuh dengan kisah peristiwa seperti itu. Dari samudra kumpulan peristiwa demikian, berikut ini adalah salah satu kisah sebagai contoh.

Maulana Abdur-Rahim Nayyar adalah pemula dari semua mubaligh di Nigeria yang ditugaskan ke negeri itu pada tahun 1921. Suatu hari beliau pergi ke sebuah mesjid non-Ahmadi di Lagos, ibukota Nigeria. Salah seorang jamaah di mesjid itu menceritakan bahwa almarhum mantan imam mesjid tersebut bernama Alpha Ayanmo telah menceritakan salah satu kashafnya kepada mereka sebelum ia meninggal dunia. Ia memberitahukan kepada mereka bahwa dirinya telah melihat Hazrat Imam Mahdi a.s. dalam salah satu mimpinya yang mengatakan kepadanya bahwa beliau tidak bisa datang berkunjung sendiri ke Nigeria, tetapi akan mengutus salah seorang rasulnya 1 datang kesini yang akan menjelaskan tentang jalan yang lurus bagi umat Muslim. Orang-orang lain yang ada di dalam mesjid tersebut membenarkan perkataan si pembicara. Maulana Abdur-Rahim Nayyar yang mendapat kemuliaan sebagai salah seorang sahabat Imam Mahdi a.s. ketika mendengar cerita tersebut lalu tidak bisa menahan air matanya. Keesokan harinya datang dua orang perwakilan dari mesjid tersebut sambil membawa pesan bahwa seluruh anggota jamaah yang ada di mesjid berniat untuk bai’at ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Maulana Abdur-Rahim Nayyar mengundang Kepala Suku dan empat puluh dari jamaah itu dan mengambil bai’at mereka. Dalam satu kejadian itu saja, semua orang dari sepuluh ribu anggota komunitas tersebut telah bai’at ke dalam Jemaat Ahmadiyah hanya dalam tempo satu hari saja.[1]

Bab 4

Salah satu aspek ajaib dari bantuan Ilahi di medan tabligh adalah yang berkaitan dengan kesembuhan mukjizat dalam suatu keadaan yang luar biasa. Yang berkhutbah sendiri (Maulana Ataul Mujeeb Rashid) juga memperoleh bagian dari berkat bersangkutan. Ketika orang-orang ghair Ahmadi menuntut hal ini demi kebenaran pengakuan Islam atau ajaran Ahmadiyah, maka Allah yang Maha Agung akan memanifestasikan mukjizat penyembuhan bagi mereka juga demi manifestasi kebenaran. Banyak sekali kejadian-kejadian yang termasuk dalam kategori ini dan banyak pula dari antaranya yang bersifat unik dalam sejarah gerakan Ahmadiyah. Tiga di antaranya yang akan aku sampaikan adalah sebagai berikut dimana yang pertama berkaitan dengan seorang pentabligh dari bangsa Sikh.

Hazrat Master Abdur Rahman Mehr Singh adalah seorang penganut agama Sikh sebelum bai’at ke dalam Islam. Beliau mendapat kehormatan pernah duduk bersimpuh di kaki Hazrat Masih Mau'ud a.s. Beliau amat suka bertabligh dan selalu menyibukkan diri dalam pekerjaan ini. Suatu ketika beliau jatuh sakit yang sifatnya kritis dan semua harapan akan kesembuhannya kembali sudah pupus dari hati mereka yang ada di sekelilingnya. Ketika beliau sudah sama sekali putus asa akan bisa sembuh kembali, beliau mempunyai gagasan yang aneh. Beliau menengok ke arah isteri dan putra-putranya, lalu berdoa kepada Allah s.w.t. dengan kata-kata: “Ya Allah, Engkau adalah yang Maha Kuasa dan bahkan berkuasa menghidupkan mereka yang telah mati. Keluargaku masih menginginkan aku tetap hidup. Aku adalah pencari nafkah mereka. Jika Engkau berikan aku kesehatan, aku berjanji bahwa aku tidak akan pernah mengabaikan tugasku untuk bertabligh.”

Hazrat Master Abdur Rahman Mehr Singh telah menulis kepadaku, bahwa ketika beliau berdoa dengan kata-kata tersebut dan berjanji akan terus bertabligh, maka Allah s.w.t. telah mengaruniakan kepadanya kesehatan serta memberkatinya dengan umur yang panjang.[2]

Bab 5

Seorang saudara Ahmadi dari Bangladesh menceritakan tentang seorang pria non-Ahmadi yang telah menjadi tertarik kepada Jemaat Ahmadiyah dan mulai mempelajari buku-buku dan literatur Jemaat. Dengan mempelajari buku-buku tersebut yang bersangkutan menjadi bertambah dekat dengan Ahmadiyah dan menjadi suka sekali membaca lebih banyak buku. Saat sedang mempelajari buku-buku tersebut, tiba-tiba matanya terkena sejenis penyakit. Penyakit tersebut bertambah parah dari waktu ke waktu sehingga suatu hari dokternya menyatakan kalau matanya itu tidak bisa lagi diselamatkan. Ketika orang-orang ghair Ahmadi lainnya mengetahui hal ini, mereka mengejeknya dan mengatakan bahwa hal itu merupakan akibat karena ia membaca literatur Ahmadiyah. Mereka mengatakan bahwa yang menjadi penyebab penyakitnya adalah karena ia mempelajari buku-buku aliran Qadian. Adalah buku-buku Jemaat itu yang telah menjadi neraka bagi matanya dan memunahkan sinar penglihatannya. Itulah ganjarannya karena mempelajari buku-buku seperti itu.

Mendengar ejekan demikian maka pria tersebut menjadi sangat gundah. Ia menceritakan penderitaannya itu kepada seorang teman Ahmadi. Temannya yang Ahmadi itu menghibur hatinya dan mengatakan bahwa ia akan mendoakan dirinya serta menganjurkan yang bersangkutan juga ikut berdoa demi kesembuhan dirinya. Begitu juga ia akan memohon bantuan Hazrat Khalifatul Masih untuk mendoakan baginya. Dijanjikan kepadanya bahwa ia akan melihat betapa besarnya rahmat Allah s.w.t. Saudara Ahmadi tersebut menceritakan bahwa beberapa hari kemudian mata orang ghair tersebut berangsur pulih dan sembuh kembali sepenuhnya tidak lama kemudian. Ketika yang bersangkutan kemudian memeriksakan diri kepada dokternya maka si dokter ini tercengang melihat kesembuhannya dan menegaskan bahwa sudah tidak ada lagi penyakit yang tersisa di matanya.[3]

Bab 6

Kejadian ketiga berkaitan dengan hal ini ialah yang bertalian dengan seorang sahabat suci dari Hazrat Masih Mau'ud a.s. yang bernama Hazrat Maulana Ghulam Rasul Rajaiki r.a. Beliau ini menulis tentang pengalaman tabligh beliau dalam buku otobiografinya yang terdiri dari lima jilid berjudul Hayati Qudsi. Seluruh kehidupan beliau dikhidmatkan untuk bertabligh dan karena berkatnya itu maka Allah s.w.t. telah mengkaruniakan kepadanya rahmat berupa mukjizat pengabulan segala doanya. Suatu ketika beliau mengungkapkan:

Karena tabligh yang aku lakukan bagi Jemaat Ahmadiyah, Allah s.w.t. telah menganugrahkan kepadaku kenikmatan ruhani. Berkat hal ini maka terkadang mewujud apa pun yang aku ucapkan atau doakan bagi mereka yang sakit atau yang papa, dimana Allah s.w.t. langsung mengabulkan doaku dan mengangkat kesulitan orang-orang itu.

Beliau menulis dalam bukunya bahwa suatu ketika beliau berbicara dalam suatu pertemuan di sebuah desa bernama Makhnawali, khususnya mengutarakan tentang berbagai mukjizat dan tanda-tanda dari Masih Mau'ud a.s. sebagai bukti kebenaran pengakuannya. Setelah pertemuan itu ketika beliau berjalan ke mesjid untuk shalat, dua orang desa (yang berprofesi sebagai penjual air yang dipikul) mendatangi dirinya. Mereka berbicara dengan suara keras “Engkau berceloteh tentang kedatangan Mahdi dan Masih, tetapi engkau sendiri tidak cukup memiliki keimanan sehingga bisa memperlihatkan beberapa mukjizat.” Salah seorang dari mereka mengatakan bahwa saudaranya menderita penyakit tersedak (kecegukan) selama delapan belas bulan terakhir. Dokter dan tabib tidak ada yang mampu mengobatinya. Jika ajaran Ahmadiyah benar adanya maka beliau tentunya bisa mengemukakan bukti agar mereka bisa melihat sendiri perbedaan di antara Ahmadi dan non-Ahmadi. Hazrat Maulana mengemukakan bahwa Allah s.w.t. telah memberinya perlakuan khusus saat itu sehingga karena itu beliau meminta agar pasien tersebut dibawa ke hadapannya. Orang tadi membawa saudaranya yang sakit dan menemani di sisinya, mengingat juga saudaranya itu menangis terus karena kesakitan. Hazrat Maulana mengemukakan dalam kata-kata beliau sendiri:

Di saat aku melihat pasien tersebut, terasa ada kekuatan ruhani yang ghaib di dalam diriku. Aku merasa bahwa aku dikaruniai dengan berkat Ilahi untuk menyembuhkan penyakit tersebut dengan cara yang bermukjizat. Aku meminta pasien itu rebah di sisinya dan bernafas cepat tiga atau empat kali. Aku mengatakan bahwa hal ini adalah perintah wahyu. Orang itu mematuhi dan aku kemudian menyuruhnya berdiri tegak, dan ketika itu kecegukannya sudah langsung hilang. Saat masyarakat yang menonton menyaksikan mukjizat tersebut, mereka semua sama terpesona. Kedua bersaudara itu langsung menyatakan dengan suara lantang bahwa mereka percaya kepada Hazrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai seorang yang benar dan tanda-tanda beliau yang berberkat sesungguhnya luar biasa adanya.[4]

Bab 7

Sungguh tidak ada habisnya contoh pertolongan dan bantuan Ilahi di bidang tabligh. Bentuknya bisa berbagai rupa dan cara dalam memecahkan permasalahan perorangan yang terlibat dalam kegiatan berberkat ini. Kejadian berikut ini diceritakan oleh Hazrat Mufti Muhammad Sadiq r.a. salah seorang sahabat Hazrat Masih Mau'ud a.s. yang mengutarakan:

‘Ketika bepergian ke negeri Inggris, aku harus melewati negeri Perancis sedangkan uang yang kumiliki tidaklah cukup. Aku kekurangan dana sebesar dua poundsterling. Aku berfikir seharusnya aku meminjam dari salah seorang yang ada dalam kapal. Namun tidak ada seorang pun yang dikenal dalam kapal yang aku naiki ini. Saat kecewa demikian, aku mendoa kepada Allah s.w.t. “Ya Allah, Tuhan seru sekalian alam, ya Allah yang mencipta lautan dan daratan, Engkau sesungguhnya Maha Kuasa. Engkau mengetahui bahwa aku sedang berjalan untuk melakukan tabligh. Engkau mengetahui kalau aku ini butuh dana sebesar dua poundsterling. Karena itu karuniailah aku dengan uang itu. Jatuhkanlah dari langit atau munculkan dari kedalaman laut, namun kabulkanlah permohonanku yang amat sederhana ini dan berikanlah aku uang sejumlah tersebut.” Setelah berdoa, aku merasa tenang dan yakin sekali bahwa Allah s.w.t. akan mengabulkan permohonanku, hanya saja tidak tahu bagaimana kebutuhan demikian bisa dipenuhi di suatu negeri yang asing dengan penduduknya yang juga asing. Lalu tibalah pertolongan Ilahi. Dalam perjalanan tersebut kapal kami lego jangkar di salah satu pelabuhan yang sebenarnya tidak termasuk dalam skedul route singgahannya. Aku berfikir mau turun dan mencari seorang Ahmadi di kota itu tetapi ternyata tidak diizinkan untuk turun kapal. Tak lama kemudian terlihat sebuah perahu motor bergerak menuju kapal kami dimana di dalamnya terdapat seorang saudara Ahmadi yaitu Haji Abdul Karim. Dengan satu dan lain cara ia mengetahui bahwa aku sedang bepergian menuju Inggris dengan kapal tersebut. Kami bertemu dan kemudian berbicara. Ketika pamit untuk kembali, ia menyesapkan dua pound ke dalam sakuku sambil mengatakan “Saya seharusnya membawa beberapa mithai (manisan) bagi anda tetapi saya tidak tahu kalau kapal ini akan berhenti di sini. Karena itu tolong terima uang ini sebagai pemberian.”

Kalau anda sekarang ini membaca peristiwa di atas, yang menjadi perhatian janganlah masalah jumlah uang dua pound yang tidak seberapa itu, tetapi kondisi kebutuhan yang sangat dari seorang Mujahid yang sedang mengemban tugas tabligh. Ia sedang sangat membutuhkan uang dua pound itu yang oleh Allah s.w.t. diberikan kepada hamba-Nya secara menakjubkan demikian. Alhamdulillah.[5]

Bab 8

Bagaimana Allah s.w.t. mengangkat rintangan yang menghalangi kegiatan tabligh, di bawah ini adalah kisah mencengangkan cara Allah yang Maha Kuasa menolong Jemaat-Nya di Guatemala, Amerika Tengah, dimana Hazrat Khalifatul Masih IV melakukan upacara pembukaan rumah sakit Ahmadiyya Medical Clinic yang dibangun berdekatan dengan mesjid Jemaat. Seorang saudara Ahmadi yang kembali dari sana menceritakan:

‘Pembangunan klinik tersebut yang dimaksudkan sebagai khidmat kemanusiaan dan juga untuk tabligh, mengalami rintangan. Pemilik tanah dimana klinik akan dibangun tidak mau menjual tanahnya kepada Jemaat Ahmadiyah. Ia bermaksud mendirikan klub disko di atas tanah itu sedangkan Jemaat menginginkannya untuk klinik karena juga berdekatan dengan mesjid. Kebetulan saja si pemilik tanah itu jatuh sakit disertai demam dan suhu badan yang tinggi. Kembali Jemaat mendatanginya dan menawarkan harga yang lebih baik lagi, tetapi tetap saja yang bersangkutan menolak. Setiap kali ia menolak, suhu badannya tambah meningkat. Ketika kemudian ia menyadari bahwa ia sedang menghadapi maut, ia lalu bersedia menjual tanah itu. Jemaat membeli tanah itu dan kemudian membangun klinik di atasnya. Berkat rahmat Tuhan, si pemilik tanah juga kemudian sembuh kembali.’ [6]

Bab 9

Dr. Sardar Nazir Ahmad (putra dari Hazrat Sardar Abdur Rahman yang diceritakan di muka) adalah juga seorang Da’i Ilallah yang tekun dan senang bertabligh siang atau pun malam. Jika sedang sibuk dengan kegiatan tersebut maka ia akan melupakan segala hal lainnya. Di bawah ini adalah kisahnya yang menggugah hati dalam kegiatannya tersebut. Ia menceritakan:

‘Aku bertugas sebagai dokter di sebuah kapal yang biasa melayani trayek untuk ziarah Haji. Setelah masa Haji di saat pulang dan kapal kami merapat di Aden, aku turun kapal dan segera melaksanakan kegiatan tabligh. Aku demikian tenggelam dalam kegiatan ini sehingga melupakan saat keberangkatan kapalku. Selesai tabligh, saat tiba di pelabuhan aku menjadi sangat terkejut karena kapalnya sudah berangkat. Melihat hal demikian perasaanku menjadi risau dan galau sekali. Yang terbayang adalah bagaimana pandangan atasanku akan kelalaianku ini. Jika ada seorang Haji yang sampai meninggal di kapal itu, secara hukum aku harus ikut bertanggungjawab.

Aku menghabiskan seluruh malam itu dengan berdoa. Aku memohon kepada Allah s.w.t. “Ya Allah, aku sedang melaksanakan tugas-Mu dan menyampaikan pesan-Mu di antara bangsa Arab. Ini bukanlah untuk kepentinganku pribadi. Sekarang kapal itu sudah berangkat aku tidak tahu lagi harus berbuat apa. Aku memohon kepada-Mu, kembalikanlah kapal itu.” Sedang berfikir demikian, aku tertidur. Dalam mimpi aku melihat kapal itu kembali. Orang-orang yang aku tablighi menertawakan dan mengejek diriku karena kapal itu sudah berangkat dan aku akan mengalami kesulitan besar. Pagi harinya aku menyatakan kepada mereka bahwa Allah s.w.t. telah memberitahukan kepadaku kalau kapal itu akan kembali, tetapi mereka malah tambah seru menertawakan dan mencemooh diriku.

Tetapi siapa yang bisa menduga mukjizat Allah s.w.t. Dia memiliki kekuasaan yang tidak ada batasnya dan ajaib sungguh cara-cara-Nya. Ketika fajar merekah, orang-orang menyaksikan pemandangan yang aneh. Seseorang datang berlari menghampiriku dan memberitahukan bahwa kapal tersebut memang telah kembali ke pelabuhan. Aku sujud bersyukur kepada Allah s.w.t. dan segera naik kapal.’

Yang menjadi penyebab kembalinya kapal adalah bekerjanya kendali Tuhan yang demikian luar biasa atas unsur-unsur alam. Secara tampak luar yang menjadi penyebab adalah karena mengingat masih berlangsungnya suasana perang maka terdapat bahaya besar terkena serangan dari kapal-kapal selam sedangkan di kapal tersebut tidak ada bendera sinyal Damai (Peace) yang bisa menjadi tanda bagi kapal selam bahwa ini adalah kapal bermuatan manusia semata. Karena itu kapal harus kembali ke pelabuhan untuk mengambil bendera tersebut. Dalam keadaan biasa, pengalaman sehari-hari menunjukkan kalau kita ketinggalan kereta api saja tidak mungkin kereta itu akan kembali menjemput. Tetapi disinilah letak mukjizatnya dimana sebuah kapal besar telah kembali untuk menjemput seorang pendakwah Kalam Ilahi yang rajin.[7]

Bab 10

Dalam bidang tabligh terkadang Allah s.w.t. memberikan pertolongan kepada hamba-Nya dengan cara menjadi guru bagi sang pendakwah ketika yang bersangkutan sedang menghadapi lawan yang keras. Dia mengajari bagaimana menjawab dengat tepat dan benar setiap pertanyaan sehingga lawan bicaranya terpesona.

Salah satu contoh adalah yang terjadi di masa Hazrat Masih Mau'ud a.s. pada tahun 1893 di kota Amritsar ketika beliau berhadapan dalam suatu perdebatan dengan Pendeta Abdullah Atham, seorang musuh Islam yang keras. Perdebatan itu berlangsung sampai dua minggu. Suatu hari Pendeta Atham mencoba mengakali Hazrat Masih Mau'ud a.s. Ia membawa seorang penderita kusta yang buta dan lumpuh ke hadapan Hazrat Masih Mau'ud a.s. sambil berkata “Anda mengaku sebagai Masih yang Dijanjikan untuk zaman modern ini. Ini ada orang yang sakit dan kami minta anda menyembuhkannya dengan sentuhan Messias anda sebagaimana dilakukan Yesus Kristus dahulu.”

Diriwayatkan oleh Hazrat Mir Muhammad Ismail r.a. yang hadir pada saat itu bahwa semua peserta terkesima dan menunggu bagaimana jawaban Hazrat Masih Mau'ud a.s. atas tuntutan licik orang-orang Kristen itu.

Hazrat Masih Mau'ud a.s. sendiri amat tenang. Beliau mengatakan kepada para lawan orang Kristen tersebut bahwa beliau sendiri tidak meyakini kalau Yesus Kristus memang secara jasmaniah menyembuhkan orang yang buta, lumpuh dan bisu dengan sentuhan messiasnya. Karena itu tuntutan mereka atas diri beliau adalah suatu hal yang tidak bisa dibenarkan. Tetapi mereka itu tetap meyakini mukjizat-mukjizat Yesus a.s. seperti itu, disamping juga dikatakan dalam kitab Injil bahwa salah satu tanda orang yang beriman adalah mereka bisa menyembuhkan yang sakit dengan sentuhannya seperti diutarakan:

‘Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana - maka gunung ini akan pindah dan takkan ada yang mustahil bagimu.’ (Matius 17:20)

Hazrat Masih Mau'ud a.s. dengan gagahnya lalu berkata kepada Pendeta Atham tersebut:

‘Aku tidak meminta kalian memindahkan sebuah gunung, tetapi aku berterima kasih kepada kalian karena telah meringankan bebanku mencari orang yang sakit dan buta. Sekarang aku hadapkan orang yang sama kepada kalian. Jika kalian memang benar memiliki keimanan “meski sebesar biji sesawi” dengan mengikuti jejak langkah penghulu kalian, berikanlah kami bukti keimanan kalian dengan menyembuhkan orang yang sakit dan lumpuh ini.’

Hazrat Mir Muhammad Ismail r.a. kemudian meriwayatkan bahwa ketika Hazrat Masih Mau'ud a.s. meminta mereka yang mestinya menyembuhkan orang lumpuh itu, para pendeta menjadi salah tingkah dan segera menyingkirkan orang-orang sakit tersebut.[8]

Bab 11

Dikatakan bahwa anak panah yang terbaik adalah yang tepat mencapai sasaran. Begitu juga dengan argumentasi atau logika yang benar adalah yang sejalan dengan saat yang tepat. Mereka yang biasa berdakwah mempunyai segudang pengalaman tentang pertolongan Ilahi dalam pelaksanaan kerja mereka. Tuhan sendirilah yang menjadi pembimbing mereka. Dia itu membimbing orang yang terpelajar mau pun yang awam. Terkadang argumentasi yang diajukan kepada lawan bicara terdengar sederhana dan biasa-biasa saja namun ternyata efektif dan membuat lawannya terpana. Sejarah Ahmadiyah di bidang pertablighan berkat rahmat Allah s.w.t. ternyata penuh sekali dengan penalaran dan logika para Da’i yang memukau.

Ayahku sendiri, Hazrat Maulana Abul-‘Ata Jalandhari sering menceritakan kejadian-kejadian menarik saat bertabligh. Ketika ia sedang bertugas di Palestina sebagai muballigh, datang beberapa guru dari Nablus di Palestina ke rumah misi Jemaat Ahmadiyah guna berdialog. Pada saat itu terdapat beberapa Ahmadi terkemuka juga sedang duduk-duduk bersamanya. Masalah yang dibicarakan adalah tentang wafatnya Nabi Isa a.s. Salah seorang cendekiawan non-Ahmadi menyatakan jika Yesus Kristus memang sudah wafat lalu bagaimana dan dimana makamnya. Ia diberitahukan bahwa berdasar bukti sejarah, makam itu terletak di Srinagar, sebuah kota di Kashmir yang merupakan bagian dari India. Salah seorang dari mereka langsung menyeletuk “Ah, yang benar! Begitu jauh dari Palestina? Bagaimana mungkin beliau berjalan ke tempat yang sekian jauhnya?” Ayahku menceritakan bahwa sebelum ia sempat menjawab, salah seorang saudara Ahmadi yaitu Ali Al-Qazq, yang bukan seorang cendekiawan, langsung menyela “Apakah memang negeri Kashmir itu lebih jauh letaknya dari langit?” Mendengar jawaban telak seperti itu para cendekiawan non-Ahmadi dan orang-orang lain yang beserta mereka menjadi diam terpana.[9]

Bab 12

Ada suatu kejadian menarik di Rabwah ketika sedang terjadi perdebatan tentang wafatnya Nabi Isa a.s. Waktu itu beberapa cendekiawan non-Ahmadi datang berkunjung ke Rabwah untuk berdiskusi dengan cendekiawan Ahmadi. Dalam diskusi itu para cendekiawan Ahmadi menyampaikan kepada mereka beberapa ayat-ayat dalam Al-Quran namun cendekiawan non-Ahmadi itu tidak puas. Mereka meminta dimana ayat yang tegas-tegas menyatakan kalau Nabi Isa a.s. benar telah wafat.

Setelah diskusi para non-Ahmadi itu bertemu cendekiawan Ahmadi lainnya yaitu Maulana Ahmad Khan Nasim (ayah dari Maulana Nasim Mahdi, Amir Jemaat Ahmadiyah Kanada). Kembali mereka itu meminta ayat-ayat dari Al- Quran yang secara tegas menyatakan kewafatan Yesus Kristus. Maulana Nasim melihat situasinya lalu mengambil langkah yang arif dan bukannya memberikan ayat yang diminta tetapi mengajukan pertanyaan sederhana yaitu jika mereka sudah meyakini kewafatan nabi-nabi lainnya sebagaimana diutarakan menurut ayat-ayat Al-Quran, lalu mengapa mereka harus bersikeras meminta ayat yang tegas menyangkut kewafatan Nabi Isa a.s.?

Jawaban sederhana ini ternyata cukup bagi mereka dan mereka tidak lagi memaksa meminta ayat dimaksud.[10]

Bab 13

Begitu juga tentang kenaikan Nabi Isa a.s. ke langit dan tentang turunnya nanti yang pernah didiskusikan di suatu tempat. Seorang cendekiawan non-Ahmadi mengemukakan bahwa jika mereka katakanlah menganggap Nabi Muhammad s.a.w. beratnya 5 kilo dan Nabi Isa itu 1 kilo lalu meletakkan mereka keduanya di neraca timbangan maka sisi yang 1 kilo akan naik ke arah langit. Hal itu menjadi bukti kenaikan Nabi Isa a.s. ke langit.

Allah s.w.t. telah membimbing saudara Ahmadi itu dalam mengatakan bahwa argumentasi demikian pada dasarnya sudah salah. Pertama, Nabi Muhammad s.a.w. datang setelah Nabi Isa a.s. karena itu bagaimana mungkin Nabi Isa a.s. sudah mental ke langit sebelum Nabi Muhammad s.a.w. didudukkan di timbangan. Kedua, ia harus menyadari bahwa selama bobot yang 5 kilogram itu tetap ada di sisi satunya dari neraca timbangan, maka sisi lainnya tidak akan pernah turun lagi. Berarti selama jasad suci Nabi Muhammad s.a.w. masih terbaring di kota Medinah maka Nabi Isa a.s. akan tetap tergantung di atas dan tidak mungkin lagi turun untuk kedua kalinya ke bumi ini.[11]

Bab 14

Hazrat Maulana Jalaluddin Shams, Khalidi Ahmadiyat r.a. meriwayatkan bahwa pada tahun 1926 ketika sedang bertugas sebagai muballigh di Syria, pernah mengadakan diskusi panjang di bidang keagamaan dengan seorang pengacara Mesir yang membantu Pendeta Alfred Nelson, seorang pendeta Inggris. Ia secara tegas menyatakan bahwa sejalan dengan Al-Quran, nyatanya Yesus Kristus itu lebih unggul dibanding Nabi Muhammad s.a.w. Ketika Maulana Shams minta bukti dari pernyataannya itu, ia menyatakan kalau Al-Quran menyebut Yesus Kristus sebagai: Ghulaaman zakiyyaa

قَالَ اِنَّمَاۤ اَنَا رَسُوۡلُ رَبِّکِ ٭ۖ لِاَہَبَ لَکِ غُلٰمًا زَکِیًّا ﴿۲۰﴾

(S.19 Maryam:20)

yang berarti ‘seorang anak laki-laki suci.’ Tidak ada nabi lain, termasuk Nabi Suci s.a.w. yang disebut sebagai Zaki di dalam Al-Quran dan hal mana menunjukkan kalau Yesus Kristus lebih luhur dibanding Nabi Muhammad s.a.w. Hazrat Maulana Shams tersenyum dan mengatakan orang itu benar adanya bahwa Al-Quran tidak ada menyebut ‘Zaki’ bagi Nabi Suci s.a.w. tetapi yang sering digunakan adalah kata-kata ‘yuzakki’ (S.2 Al-Baqarah:152, S.3 Ali Imran:164, S.62 Al-Jumuah:2) yang mengandung arti bahwa tidak saja Hazrat Rasulullah s.a.w. itu ‘zaki’ tetapi juga membuat dan mensucikan yang lainnya menjadi ‘zaki’ (suci). Dengan demikian maka Yesus Kristus statusnya adalah sebagai murid dan adalah Hazrat Rasulullah s.a.w. yang menjadi guru dan mentornya. Mendengar argumentasi demikian, si pengacara itu menjadi terdiam.[12]

Bab 15

Master Muhammad Shafi’ Aslam almarhum meriwayatkan bahwa suatu kali ia berdebat dengan seorang pandit agama Hindu. Orang ini mencoba mengakali Master Muhammad Shafi’ Aslam dengan mengirim selembar kertas di atas mana ia menulis beberapa kalimat bahasa Inggris. Ia meminta agar Master Muhammad Shafi’ Aslam menjawab dulu pertanyaan-pertanyaannya sebelum memulai debat. Ia mempunyai perasaan bahwa karena Master Muhammad Shafi’ Aslam tidak menguasai bahasa Inggris maka beliau tidak akan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan karena itu akan menjadi malu di hadapan publik. Hal itu akan memberikan kesempatan kepada sang pandit untuk mempermalukan beliau.

Namun Allah s.w.t. mengaruniakan kearifan kepada Master Muhammad Shafi’ Aslam dan beliau menulis beberapa kalimat dalam bahasa Arab, lalu mengirimkannya kepada sang pandit dengan pesan bahwa itulah jawaban atas pertanyaannya. Sang pandit ini sama sekali tidak mengetahui bahasa Arab. Ia menanyakan kepada publik penonton apa yang telah dituliskan oleh beliau. Melihat hal itu Master Muhammad Shafi’ Aslam lalu menyatakan jika sang pandit tidak mengerti beberapa kalimat yang telah dituliskan sebagai jawaban pertanyaannya, lalu bagaimana ia berharap bisa berdebat panjang melawan beliau? Akal-akalan sang pandit telah memakan dirinya sendiri.[13]

Bab 16

Adalah berkat dan rahmat Allah s.w.t. semata maka argumentasi lawan bicara berbalik ke dirinya sendiri. Berkaitan dengan ini Hazrat Qazi Muhammad Nazir meriwayatkan kejadian menarik berikut:

Suatu ketika ia terlibat dalam perdebatan dengan Peer Nadir Shah di kota Sialkot berkenaan dengan masalah Khataman Nabiyyin. Ketika Peer Nadir Shah merasa tersudut, ia lalu meminta salah seorang ulama yang menjadi anggota rombongannya sendiri untuk berdiri dan menyatakan dirinya sebagai Nabi sebagaimana yang dilakukan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Masih Mau'ud a.s. Ulama itu langsung melakukan apa yang diperintahkan dan Peer Nadir Shah lalu menantang Hazrat Qazi Muhammad Nazir untuk membuktikan bahwa yang bersangkutan palsu adanya.

Melihat hal itu Hazrat Qazi Muhammad Nazir langsung berdiri tegak dan berbicara kepada audiens dan mengatakan “Alhamdulillah bahwa masalah yang diperdebatkan akhirnya sekarang telah menjadi jelas. Titik soalnya adalah apakah masih bisa datang seorang nabi dari antara umat Nabi Muhammad s.a.w. Penonton yang terhormat bisa melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Peer Nadir Shah telah membuktikan hal tersebut. Di depan anda telah berdiri seorang nabi yang datang setelah Nabi Muhammad s.a.w. Sekarang Peer Nadir Shah meminta aku membuktikan dirinya palsu. Aku tidak perlu mengatakannya palsu karena ia tidak dikirim oleh Allah s.w.t. mengingat nabi ini adalah bentukan dari Peer Nadir Shah sendiri. Adapun nabi-nabi hakiki hanya dikirim oleh Allah s.w.t. Kalian para penonton bisa melihat sendiri bahwa ia adalah seorang nabi palsu dan aku tidak perlu lagi menganggapnya palsu.”

Mendengar hal itu maka Peer Nadir Shah terdiam seribu kata. Orang yang ditunjuknya sebagai moderator dalam perdebatan ini malah kemudian bai’at ke dalam Jemaat Ahmadiyah di hadapan semua penonton.[14]

Bab 17

Allah yang Maha Kuasa ketika menyinggung mengenai petunjuk yang hakiki telah berfirman:

... وَاللّٰہُ یَہۡدِیۡ مَنۡ یَّشَآءُ اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿۲۱۴﴾

‘Dan Allah memberi siapa yang dikehendaki-Nya petunjuk kepada jalan yang lurus.’ (S.2 Al-Baqarah:214)

اِنَّ عَلَیۡنَا لَلۡہُدٰی ﴿۫ۖ۱۳﴾

‘Sesungguhnya atas Kami-lah wewenang memberi petunjuk.’ (S.92 Al-Lail:13)

Karunia-karunia yang menyejukkan hati seperti ini banyak pula ditemui di bidang pertablighan. Pertolongan Ilahi ini terkadang berbentuk petunjuk kepada orang-orang yang tidak secara langsung terlibat dalam suatu pembicaraan. Terkadang orang yang mengatakan bahwa tidak mungkin dirinya masuk ke dalam bentuk keimanan lain, malah terus bergabung dalam Jemaat dan terkadang orang yang menghalangi orang lain masuk Jemaat malah ia sendiri yang kemudian bai’at.

Beberapa tahun yang lalu, aku berbicara dengan beberapa orang Arab di kota Sheffield dan ada beberapa saudara Ahmadi menemani diriku. Orang-orang Arab itu mengemukakan berbagai penentangan terhadap Ahmadiyah dan terhadap Hazrat Masih Mau'ud a.s. Dengan karunia Allah s.w.t. aku bisa menjawab segala keberatan mereka tetapi mereka itu angkuh, mungkin karena merasa dirinya sebagai orang Arab dan merasa sepenuhnya menguasai bahasa Arab. Mereka tetap saja bersikukuh seperti semula. Dialog itu berlangsung lebih dari tujuh jam dan tidak ada hasil yang mewujud.

Begitu pertemuan itu diistirahatkan dan para ulama Arab itu meninggalkan tempat, Malikah, seorang wanita Maroko datang kepadaku dan secara jujur mengatakan bahwa ia telah mendengar keseluruhan pembicaraan sebagai pengamat yang diam dan ia beranggapan kalau para Ahmadi yang sebenarnya menang pada hari itu.

Sebagai akibat dari pertemuan itu, ia mulai meminati pelajaran Ahmadiyah. Tidak lebih dari tiga atau empat minggu kemudian, ia memutuskan untuk bai’at ke dalam Jemaat. Alhamdulillah.[15]

Bab 18

Kejadian yang mirip dengan itu terjadi pada tahun lalu. Aku mendapat kesempatan untuk bertabligh kepada seorang narapidana Muslim bangsa Ghana di penjara Rochester (di Inggris). Selain berbicara, aku juga menawarkan beberapa literatur. Ada beberapa literatur yang telah dikirimkan per pos sebelumnya kepada yang bersangkutan.

Yang menggembirakan ialah meski saudara dari Ghana ini belum menerima Ahmadiyah, tetapi seorang saudara berbangsa Inggris yang bernama Jones yang tadinya beragama Kristen telah bai’at ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Ia menceritakan bahwa ia memperoleh literatur Ahmadiyah dari Ibrahim sang narapidana bangsa Ghana itu sehingga ia kemudian menjadi tertarik dengan ajaran Ahmadiyah. Ia kemudian menghubungi beberapa saudara Ahmadi lainnya dan melanjutkan telaahnya. Berkat rahmat Allah s.w.t. setelah didoakan, yang bersangkutan telah melihat kebenaran dan alhamdulillah ia kemudian bai’at.[16]

Bab 19

Sebuah kejadian yang berkesan dalam dialami oleh ayahku yang terhormat, Hazrat Maulana Abul-`Ata Jalandhari. Beliau mengatakan bahwa ingatan akan kejadian itu selalu memberikannya kekuatan dan keberanian yang luar biasa.

Kejadiannya berkaitan dengan debat umum pertama (munazarah) yang dilakukan setelah lulus sekolah. Ada sebuah desa bernama Rajowal di pingiran kota Qadian dimana munazarah itu dilakukan dan beliau terpilih dari sisi kelompok Ahmadi. Beliau menyatakan bahwa beliau menyampaikan argumentasi-argumentasi Ahmadiyah dengan cara yang patut dan terlihat siratan pengaruh baik di wajah-wajah mereka yang duduk dalam pertemuan tersebut.

Sesuai jadwal, ayahku kemudian akan menyampaikan pidato penutup. Tetapi begitu beliau berdiri untuk berbicara, para lawan bicara tiba-tiba menjadi tidak teratur, berteriak dan mencemooh sambil bertepuk-tepuk tangan. Pertemuan itu berakhir dalam keadaan rancu demikian. Impresi yang diperoleh oleh para audiens adalah kelompok non-Ahmadi yang telah menang. Munazarah itu merupakan yang pertama bagi beliau dan meski sebelumnya telah melihat tanda-tanda kemenangan, nyatanya sekarang sepertinya ia yang kalah. Hal ini amat menyedihkan hatinya.

Berdekatan dengan tempat itu ada saluran irigasi dan beliau mengambil wudhu untuk melakukan shalat Ashar dimana beliau berdoa dengan amat merendah agar mereka diberi petunjuk. Allah s.w.t. mengabulkan doanya dan memperlihatkan tanda-tanda-Nya yang khusus di tempat itu juga. Beliau baru saja selesai shalat ketika seorang anak muda datang dan memberi salam serta mengatakan bahwa ia telah mendengar munazarah itu dan sekarang ingin bai’at ke dalam Jemaat tanpa ditunda lagi. Ayahku begitu mendengar permintaan anak muda itu, lalu menjadi emosional dan matanya berurai air mata. Beliau mengatakan bahwa dengan mengucap syukur kepalanya ditundukkan kepada Allah s.w.t.

Anak muda itu adalah seorang guru di sekolah desa dan ia menceritakan apa yang telah menyebabkannya memeluk Ahmadiyah. Ia menceritakan bahwa saat itu ia sedang duduk di panggung bagian tempat ulama-ulama non-Ahmadi dan mengikuti terus proses munazarah itu. Ulama yang ada di situ secara terbuka mengakui kalau argumentasi yang dikemukakan kelompok Ahmadi adalah demikian solid dan tidak bisa dibantah dimana mereka tidak mempunyai jawaban lagi atasnya. Hanya ada satu cara untuk menang yaitu dengan mencegah kelompok Ahmadi menyampaikan pidato penutupnya dengan cara mengacaukan pertemuan. Anak muda itu mengatakan bahwa apa yang telah didengar dan lihat sudah cukup baginya guna menerima kebenaran Ahmadiyah. Karena itulah ia kemudian bai’at di tempat.[17]

Bab 20

Disini akan aku sampaikan kejadian menarik lainnya. Beberapa tahun yang lalu di North Wales (di Inggris) ada seorang anak muda bernama Tahir Salim telah diberkati untuk bai’at ke dalam Jemaat. Ia kemudian sepertinya memperoleh kekuatan dan keberanian untuk bertabligh dengan giat kepada anggota-anggota keluarga yang lain dimana sekitar sepuluh atau sebelas orang kemudian juga ikut bai’at dalam beberapa hari.

Berkenaan dengan hal itu maka terjadi keresahan di antara lawan non-Ahmadi. Mereka menugaskan seorang pemuda bernama Said yang menjabat sekertaris dari Komite Khatami Nubuwwat untuk menyadarkan saudara Tahir Salim dan kembali ke kalangan mereka. Timbullah rangkaian panjang dialog di antara Tahir dengan Said. Hasilnya, Said yang ditugaskan untuk menyadarkan saudara Tahir Salim dari pengaruh Ahmadiyah, malah ia sendiri ikut bai’at. Kejadian ini menjadi bukti hidup bahwa Kebenaran akan selalu menang dan tidak akan pernah dikalahkan.[18]

Bab 21

Patut selalu diingat kalau hati manusia itu ada di tangan Ilahi. Dia menunjukkan jalan yang lurus kapan Dia suka. Berikut ini adalah kisah menarik di Sierra Leone, sebuah negeri di pantai Barat benua Afrika. Semoga Allah s.w.t. memberikan ganjaran berlebih kepada Maulana Muhammad Siddiq Amritsari. Ia ini mendapat berkat berupa kesempatan mengkhidmati Islam dan Ahmadiyah di berbagai negeri termasuk Sierra Leone dimana ia telah membukukan kenangan-kenangannya dalam buku berjudul Ruh Parwar Yadain (Kenangan yang Menggugah Hati). Buku ini patut dibaca. Salah satunya ialah kisah tentang:

Qasim Kamanda, seorang kepala suku di daerah Wando amat menentang dan memiliki prasangka buruk terhadap Ahmadiyah. Ia ini amat teguh dalam keimanannya pada agama Kristen sehingga suatu ketika saat Maulavi Muhammad Siddiq bertabligh kepadanya, ia mengatakan bahwa sungai yang mengalir ke bawah melalui desanya bisa saja berbalik arah dan mengalir balik ke hulu, tetapi untuk bai’at ke dalam Ahmadiyah adalah suatu hal yang tidak mungkin baginya.

Jadi di satu sisi ada keangkuhan dari kepala suku Kamanda dan di sisi lain kekuasaan dan rahmat Allah s.w.t. Setelah suatu waktu berselang, seorang mualim desa yang bukan cendekiawan besar yaitu Pa Suri Bah, berkunjung dan bertabligh kepadanya. Setelah mualim ini pergi, kepala suku Kamanda lalu menulis surat kepada Maulana Siddiq bahwa memang benar ia pernah mengatakan sungai di desanya mungkin berbalik arah ke hulu tetapi tidak mungkin baginya untuk masuk Jemaat, namun sekarang ia memberi kabar gembira dan menyatakan kalau ajaran Ahmadiyah itu benar adanya dan beliau dipersilakan datang kembali dan melihat dengan mata kepala sendiri bahwa ia sekarang adalah seorang Ahmadi. Rupanya benar sungai yang satu ini (si kepala suku) telah berbalik arah.[19]

Bab 22

Hazrat Maulavi Muhammad Ilyas almarhum adalah seorang yang suci dari daerah perbatasan (Frontier Province) Pakistan. Ia adalah seorang muballigh Ahmadi yang tegar dan tidak mengenal takut. Biografinya dalam buku Hayati Ilyas belum lama ini sudah dipublikasikan. Buku ini penuh dengan kisah-kisah bagaimana Allah s.w.t. telah menolong dan menyelamatkan dirinya di bidang tabligh sepanjang hidupnya.

Ia menceritakan bagaimana saat pertama menerima Ahmadiyah dan mulai bertabligh, seluruh penduduk kota Charsadda tempat tinggalnya menjadi gempar. Para lawan mengancamnya setiap hari bahwa mereka akan membakar rumah berikut keluarganya. Bersamaan dengan itu ia diboikot secara sosial.

Dalam keadaan demikian, Allah s.w.t. telah meluluhkan hati salah seorang muridnya yang kemudian membantu membelikan belanja kebutuhan sehari-hari dan membawa belanjaan itu kerumahnya setiap malam. Dikisahkah oleh isterinya bahwa ketika terjadi ancaman serius pembakaran rumahnya, suatu malam seorang Inspektur Polisi mengetuk pintu rumah mereka. Ketika Hazrat Maulavi Ilyas membuka pintu, Inspektur ini menghibur hatinya dan mengatakan agar tidur tenang saja dan mereka yang akan menjaga dimana tidak ada yang diizinkan untuk mengganggu dirinya.

Lalu apa jawaban Hazrat Maulavi Ilyas kepada Inspektur Polisi itu? Ia mengatakan kalau polisi itu memang berani datang berkunjung di malam hari untuk menghibur dirinya, tetapi jelas tidak berani kalau datang siang hari. Sejauh menyangkut janji pengamanannya, polisi itu perlu mengetahui bahwa dirinya tidak memerlukan hal tersebut. Para malaikat Tuhan yang akan menjaga rumahnya dan hal itulah yang telah terjadi.

Para musuhnya demikian ketakutan sehingga tidak ada satu pun yang berani membakar rumahnya.[20]

Bab 23

Hazrat Maulavi Muhammad Ilyas menceritakan suatu peristiwa lain. Di kota Charsadda karena masalah Ahmadiyah ini ada tiga orang yang amat memusuhinya. Puji syukur kepada Allah s.w.t. bahwa ketiga-tiganya kemudian amat dihinakan karena kemurkaan Tuhan. Rincian kisah mereka itu memang pedih tetapi menggugah hati.

Salah seorang dari ketiga musuh itu adalah Mulla Mahmud yang mencoba cara santet agar isteri Maulavi Muhammad Ilyas membenci suaminya. Ternyata si mullah inilah yang kemudian terbongkar punya affair (berselingkuh) dengan seorang wanita dari keluarganya dan akibatnya ia harus meninggalkan rumahnya dan tak pernah kembali lagi.

Yang kedua adalah Akbar Shah yang adalah seorang perenang yang handal. Ia biasa sesumbar bahwa jika Maulavi Muhammad Ilyas berani datang ke sungai maka ia akan menenggelamkannya. Perhatikanlah betapa Maha Kuasanya Tuhan dimana seorang yang menganggap dirinya sebagai ahli renang unggulan malah tenggelam dan mati saat mandi di sungai yang sama.

Musuh ketiga adalah Mukarram Khan. Ia ini seorang tuan tanah dan lurah desa yang terkenal dan berpengaruh. Ia ini yang amat giat berusaha memboikot Maulavi Muhammad Ilyas. Ia ini kena murka Allah s.w.t. Pertama isterinya meninggal karena TBC. Kemudian tiga orang putranya menyusul karena penyakit yang sama. Setelah itu seluruh harta bendanya habis di meja judi. Jabatannya sebagai lurah dicopot. Ia menjadi demikian miskin sehingga terpaksa mencari hidup sebagai kusir tonga (dokar).

Suatu ketika Maulavi Muhammad Ilyas menyewa sebuah tonga dan menanyakan kepada kusirnya keadaan penduduk Charsadda. Ketika ia menanyakan tentang Mukarram Khan, kusir tonga itu mengatakan “Tuan, saya inilah Mukarram Khan yang sial, yang telah menghancurkan hidupnya di dunia dan akhirat karena menentang kebenaran.” [21]

Bentuk kemurkaan Ilahi seperti ini turun di atas mereka yang menjadikan dirinya patut dihukum akibat kelakuan buruk mereka sendiri. Di antara mereka yang dikhususkan adalah yang membabi-buta menentang kebenaran, bersikap takabur dan mencoba menghinakan orang-orang yang dikasihi Tuhan. Mereka inilah orang-orang sial yang pertama kena cengkeram kemurkaan Ilahi sedemikian cepat dan kerasnya sehingga mereka kemudian menjadi patokan teladan bagi yang lainnya.

Bab 24

Jasa-jasa yang diberikan oleh Hazrat Maulana Nazir Ahmad Ali di Afrika Barat patut dicatat dengan tinta emas. Semuanya menjadi bab-bab keemasan dalam sejarah Ahmadiyah. Ia menceritakan sebuah kejadian tentang Sierra Leone dimana suatu ketika Sierra Leone Muslim Congress memintanya berpidato dalam salah satu pertemuan mereka di tahun 1938. Seorang tokoh Sierra Leone yang berpengaruh yaitu Shaikh Haidaruddin menjadi ketua pertemuan. Ia ini memiliki gelar JP dan MBE dan seorang yang amat terhormat dari negeri itu. Setelah selesai pidato mengesankan dari Maulana Nazir Ahmad Ali, Shaikh Haidaruddin ini dengan angkuhnya menyatakan dalam pidato ketua umumnya bahwa:

“Hadirin! Kalian mengetahui kalau aku ini adalah cendekiawan yang paling besar dari antara kalian. Aku pun amat menguasai pengetahuan keagamaan. Bagiku bicara sang Haji India ini dan segala argumentasinya adalah omong-kosong dan isapan jempol belaka.”

Dengan angkuhnya malah ia sampai mengatakan:

“Daripada beriman kepada Al-Masih palsu itu, aku lebih suka fikiranku dibekukan agar aku tidak usah lagi memikirkan bicara dari missioner India ini dan menjadi kebal terhadap fitnahnya.”

Kemurkaan Ilahi datang tanpa menimbulkan suara. Di hadirat Keagungan dan Keakbaran-Nya segala keangkuhan dan kesombongan manusia akan dihancurkan berkeping-keping. Demikian itulah akhir buruk dari para musuh kebenaran yang sombong. Ia mendapatkan apa yang dimintanya. Ia dilanda kemurkaan Ilahi hanya beberapa bulan setelah itu. Ia kehilangan ingatan dan menjadi pikun. Melihatnya saja menimbulkan iba di hati. Ia berada dalam keadaan demikian selama dua setengah tahun sebelum kemudian meninggal, sebagai pelajaran bagi yang lainnya.[22]

Bab 25

Sebuah kisah lain yang lebih pedih daripada itu adalah yang terjadi di Singapura. Kisah ini diceritakan oleh Muhammad Ali, salah seorang saudara kita yang saleh dan mutaqqi. Ia menceritakan:

Dirinya beserta Hazrat Maulana Ghulam Husain Ayaz (muballigh di Singapura) biasa makan di sebuah restoran kecil milik seorang Pathan dari Hazara. Suatu hari si pemilik restoran itu mengetahui kalau kami ini orang-orang Ahmadi. Karena itu ia menjadi marah sekali dan mengusir kami dari restorannya. Bahkan setelah itu pun kemarahannya tidak mereda dan ia mulai mencaci-maki Hazrat Masih Mau'ud a.s. dan menyebut beliau sebagai pendusta dan Dajjal. Orang itu bahkan mengatakan kalau Hazrat Masih Mau'ud a.s. meninggal di kakus.

Padahal Allah s.w.t. telah memberikan janji-Nya kepada Hazrat Masih Mau'ud a.s. bahwa:

‘Aku akan menghinakan orang yang mencoba menghinakan engkau.’

Bagaimana Allah s.w.t. memenuhi janji ini terhadap orang yang sombong, silakan baca terus. Orang Pathan ini dicengkeram Ilahi beberapa tahun kemudian. Ia terkena diabetes yang demikian parah sehingga salah satu kakinya yang terinfeksi harus diamputasi. Kemudian kaki yang satunya lagi juga terkena dan harus diamputasi juga. Keadaan itu menjadikannya tanpa daksa sehingga keluarganya harus mengangkatnya jika ia perlu ke toilet.

Akhirnya putra-putranya sendiri mengabaikannya dan menaruhnya di suatu sudut di belakang warung mereka, dari mana ia merangkak jika perlu ke toilet. Tak lama kemudian ia menjadi demikian lemah dan tidak lagi bisa bergerak dan mati di tengah kotorannya sendiri. [23]

Kejadian seperti ini begitu menakutkan sehingga meremang bulu roma menceritakannya. Kita menjadi demikian terpana akan takdir Ilahi. Adakah yang bisa mengambil pelajaran daripadanya?

Bab 26

Hujan disebut orang sebagai rahmat Ilahi. Tidak ada yang meraguka kalau hujan merupakan salah satu karunia Tuhan yang luar biasa Ajaibnya adalah hujan yang beberkat ini selain bisa membawa rahma Ilahi juga menjadi tanda-tanda surgawi serta menjadi petunjuk ke jalan yan lurus.

Hal itu terjadi di Kiryam, sebuah desa di distrik Jalandhar, India. Saat itu Hazrat Haji Ghulam Ahmad dan Hazrat Sher Muhammad sedang berkumpul bersama beberapa sahabat. Saat itu cuaca luar biasa panas. Mereka sedang bertabligh kepada seorang teman non-Ahmadi yang bernama Chhajju Khan. Ketika pembicaraan sedang berlangsung, ia mengatakan “Kalau hari ini turun hujan, aku akan menerima ajaran Ahmadiyah.”

Mendengar itu Hazrat Haji Ghulam Ahmad langsung mengangkat tangannya berdoa diikuti semua orang Ahmadi yang ada disitu guna memohon turunnya hujan. Alhamdulillah, segera terlihat awan berkumpul dan tak lama kemudian turunlah hujan lebat. Melihat tanda Ilahi demikian maka Chhajju Khan segera menandatangani janji bai’at dan masuk dalam Jemaat.[24]

Bab 27

Kejadian yang mirip terjadi dua tahun yang lalu saat Jalsah Salanah Satu Abad di Qadian. Seorang wanita non-Ahmadi telah sengaja datang dari Malaysia untuk mengikuti Jalsah tersebut. Ia sudah mempelajari ajaran Ahmadiyah selama beberapa waktu dan sebagian besar sudah merasa yakin, tetapi belum cukup yakin untuk menanda-tangani janji bai’at. Pada hari kedua Jalsah ia mendapat kesempatan untuk berdoa di Baitud Dua dimana ia berdoa kepada Allah s.w.t. agar dibimbing dan memohon kepada-Nya agar diberi tanda berupa hujan sepanjang hari keesokan harinya.

Kita tidak pernah tahu bagaimana wanita saleh ini mendoa demikian khusuknya sehingga langsung dikabulkan Allah s.w.t. Pada hari ketiga Jalsah turun hujan sepanjang hari yang menimbulkan masalah bagi penyelenggara. Tempat Jalsah harus dialihkan ke Mesjid Aqsa dan Mesjid Mubarak. Namun wanita Malaysia itu menandatangani janji bai’atnya di sore hari sambil mengatakan bahwa kalau saja ia tahu bahwa akan merepotkan demikian banyak orang, ia tentunya akan mendoa untuk bentuk tanda yang lain.[25]

Bab 28

Hazrat Maulana Ghulam Rasul Rajaiki r.a. meriwayatkan kisah menarik berikut ini tentang rahmat Ilahi dan hujan.

Suatu pertemuan tabligh direncanakan di adakan di Bhagalpur, sebuah kota di Bihar, India. Semua persiapan telah diselesaikan dengan tergesa-gesa dan orang-orang telah berdatangan dalam jumlah besar. Tiba-tiba datang awan hitam dan titik-titik hujan mulai turun. Kelihatannya semua akan terguyur basah dan kami tidak akan jadi bisa bertabligh. Melihat keadaan demikian aku lalu berdoa dengan khusuk “Ya Allah, hujan lebat ini akan menghalangi kegiatan tabligh dari ajaran agama-Mu yang benar. Tolonglah dijaga agar awan hitam itu tidak sampai menurunkan hujan.” Allah yang Maha Pengasih memperlihatkan kekuasaan-Nya yang luar biasa dan kami melihat bagaimana awan hitam itu segera bergerak ke daerah lain dan pertemuan kami berlangsung dengan baik.[26]

Bab 29

Berikut adalah kisah lain tentang seorang Mujahid Islam yaitu Hazrat Maulana Rahmat Ali, muballigh Indonesia yang singgah ke fikiranku dan akan aku ceritakan kepada anda. Maulana Rahmat Ali pernah tinggal di Muhallah Yasir Miskin di Padang, sebuah kota penting di Indonesia. Kebanyakan rumah di daerah itu berdempetan dan terbuat dari kayu.

Suatu hari timbul kebakaran di Muhallah dan apinya segera merambat cepat mendekati rumah tinggalnya dan mulai menjilati balkonnya. Melihat keadaan demikian para saudara Ahmadi memintanya untuk segera meninggalkan rumah, tetapi Maulana Rahmat Ali dengan tegas dan yakin mengatakan “Api ini insha Allah tidak akan merugikan kita. Rumah ini adalah rumah seorang hamba Hazrat Masih Mau'ud a.s. kepada siapa Allah s.w.t. telah menjanjikan bahwa ‘Api adalah hamba kami, bahkan hamba dari hamba kami.’” Diriwayatkan bahwa tidak lama setelah Maulana Rahmat Ali mengucapkan kata-kata itu ketika langsung datang awan hitam yang menurunkan hujan lebat dan langsung memadamkan api kebakaran tersebut.

Adalah rahmat dan karunia Ilahi jugalah yang telah menjadikan api menjadi hamba dari seorang hamba Hazrat Masih Mau'ud a.s.[27]

Bab 30

Sekarang aku akan menyampaikan kisah kejadian lain yang juga berkaitan dengan hujan sebagaimana disampaikan oleh Hazrat Maulana Rahmat Ali. Sesungguhnya tidak ada batas bagi kekuasaan Tuhan yang Maha Kuasa dan segala sesuatu bergerak atas kehendak-Nya. Jika kisah terdahulu tentang hujan dadakan sebagai mukjizat Tuhan, sekarang ini aku akan bercerita tentang kejadian yang bersifat sebaliknya dimana penghentian hujan juga telah menjadi tanda adanya perlindungan bagi hamba-Nya.

Maulana Rahmat Ali suatu ketika mengadakan diskusi tabligh dengan seorang pendeta bangsa Belanda di kota Padang berkaitan dengan Islam dan agama Kristen. Ada beberapa orang yang ikut mendengarkan diskusi itu. Tiba- tiba saja turun hujan deras dan di daerah ini jika sudah turun hujan bisa berlangsung berjam-jam tanpa henti.

Pendeta Kristen itu tidak bisa bertahan terhadap argumentasi Maulana Rahmat Ali. Karena itu guna menutupi kekalahannya ia mengajukan permintaan aneh bahwa jika agama Islam anda memang benar dibanding agama Kristen maka tolong mintakan kepada Tuhan anda agar memperlihatkan mukjizat dengan cara menghentikan hujan ini seketika.

Pendeta itu menuntut sesuatu yang sebenarnya hampir tidak mungkin karena di daerah itu biasanya hujan berlanjut selama berjam-jam. Namun nyatanya pada hari itu orang-orang bisa menyaksikan pemandangan indah dari bantuan dan kasih Allah s.w.t. di medan tabligh. Mendengar permintaan pendeta itu, Maulana Rahmat Ali yang meyakini Tuhan-nya secara sepenuh hati lalu berbicara kepada hujan dengan suara yakin dan berwibawa “Wahai hujan, dengan perintah Allah s.w.t. berhentilah sekarang dan berikan kepada kami bukti kebenaran Tuhan yang Maha Benar dan Maha Hidup dari agama Islam.”

Alhamdulillah, segala puji bagi Tuhan-nya agama Islam yang Maha Kuasa. Hujan deras itu segera berhenti setelah beberapa menit. Pendeta dan mereka yang menyaksikan kejadian itu terpana melihat pemandangan demikian.[28]

Bab 31

Tidak ada keraguan sama sekali bahwa segala hal di alam ini tunduk kepada Allah s.w.t. Kapan pun dikehendaki-Nya maka hal-hal itu menjadi tanda untuk meningkatkan keimanan dan keyakinan seorang mukminin. Allah yang Maha Kuasa menundukkan unsur-unsur alam bagi mereka yang secara tulus dan tekun mengkhidmati-Nya di bidang tabligh dalam bentuk pertolongan pada setiap langkah mereka. Hujan yang deras atau pun juga penghentian hujan lebat, keduanya menjadi tanda-tanda Ilahi. Begitu juga dengan menyala dan padamnya api bisa menjadi tanda bagi para mukminin.

Berkaitan dengan hal ini aku akan menceritakan suatu kejadian berkaitan dengan Maulana Sheikh Abdul Wahid, muballigh pertama di kepulauan Fiji. Ia mengisahkan bahwa ketika diputuskan akan membuka missi Ahmadiyah di kota Ba, muncullah perlawanan sengit dari kota itu. Abu Bakar Koya yang merupakan musuh keras Jemaat Ahmadiyah secara terbuka menyatakan: ‘Jika para Ahmadi membuka missi mereka di kota itu, missi itu akan dibakar menjadi abu dan diratakan dengan tanah.’

Meski sudah dilakukan pengamanan, ternyata seseorang berhasil menyiram rumah missi dengan minyak tanah dan menyulutnya dengan api. Tetapi ternyata, tanpa sepengetahuan Maulana Abdul Wahid, api itu kemudian padam sendiri tanpa meninggalkan kerusakan berarti pada rumah missi dan dengan cara itulah Allah s.w.t. menjaga suatu pusat penyebaran Islam.

Di sisi lain, Allah s.w.t. memperlihatkan tanda-tanda lain dimana setelah beberapa hari kemudian, rumah Abu Bakar Koya itu tiba-tiba terbakar dan meski telah dilakukan berbagai upaya penyelamatan, seluruh bangunan rumah tinggalnya menjadi abu di hadapan matanya sendiri.[29]

Bab 32

Jika anda sekalian mengamati kejadian-kejadian di medan tabligh, akan menjadi tambah jelas bahwa mereka yang melakukan tabligh menjadi tambah dikasihi Allah s.w.t. sedemikian rupa sehingga Dia memperlihatkan mukjizat-mukjizat bagi mereka dan membantu mereka di setiap langkah. Dia terus saja memberikan bukti kebenaran Islam dan ajaran Ahmadiyah. Kita bisa melihat beberapa contoh dalam kehidupan dari saudara kita Haji Abdul Karim dari Karachi bagaimana cara Allah s.w.t. mengasihi para hamba-Nya dan mengganjar mereka dengan karunia berlimpah serta terus saja membuktikan kebenaran Islam dan Ahmadiyah.

Allah s.w.t. selalu memperhatikan secara khusus mereka yang berkhidmat di bidang tabligh dan membantu mereka dengan cara-cara yang luar biasa. Kita bisa menemukan kejadian demikian dalam pengalaman tabligh saudara kita yang tekun itu. Dengan rahmat Tuhan, ia itu adalah seorang pentabligh yang giat dan berani. Ia berdinas di Mesir selama suatu jangka waktu yang lama saat menjadi anggota militer. Suatu ketika pendeta resimen militer mengajukan keluhan kepada Komandan atas kegiatannya bertabligh tersebut. Perwira bersangkutan mempunyai prasangka buruk dan mencatat perilakunya sebagai tindakan non-disiplin. Sejalan dengan peraturan militer, pelanggaran demikian diancam hukuman penjara sekurang-kurangnya enam bulan. Ketika para non- Ahmadi mendengar hal ini, mereka secara sarkastik menyatakan “Sekarang si Haji ini akan mendapat Medali Kelakuan Baik.”

Ketika perkara ini disidangkan di pengadilan, si hakim setelah mendengar tuntutan lalu mulai akan membacakan vonis “Aku memvonis anda atas kejahatan dan . . .” Ia belum selesai mengucapkan vonisnya ketika ada telpon masuk dari perwira atasan yang memerintahkan kepadanya untuk tidak memutuskan apa pun berkaitan dengan perkara itu dan agar membawa berkas perkaranya ke hadapannya. Perwira atasan ini mendengarkan pernyataan kedua belah pihak secara terpisah.

Sekarang muncullah mukjizat pertolongan Ilahi. Perwira atasan itu tidak saja telah membebaskan Haji Abdul Karim, malah juga telah memberinya promosi kenaikan pangkat dan memberikan imbalan moneter dan tunjangan lainnya. Sebaliknya ia malah menurunkan pangkat perwira bawahan tersebut, memotong beberapa tunjangan finansialnya dan mengirimnya ke medan perang.

Menjelaskan tentang kejadian tersebut, Haji Abdul Karim mengatakan bahwa ketika ia keluar dari pengadilan dengan surat keputusan promosi dan perwira bawahan itu dengan surat keputusan demosi, semua orang di luar jadinya ingin tahu apa vonisnya. Tidak ada seorang pun yang percaya atas vonis itu. Ketika para lawan non-Ahmadi mendengar Haji Abdul Karim mengatakan mendapat promosi kepangkatan, mereka berfikir bahwa ia telah gila. Mereka menganggap bahwa ia telah divonis dan dihukum namun harapan dan perkiraan para musuhnya itu menjadi berantakan.

Disamping itu Allah s.w.t. malah menambah ganjaran bagi Haji Abdul Karim berupa Medali Kelakuan Baik (Good Conduct Medal). Medali inilah yang semula dijadikan cemoohan oleh para musuhnya. Ia menceritakan bahwa sebagai tanda bersyukur kepada Allah s.w.t. ia minta cuti beberapa hari dan berangkat ke tempat pos kerjanya yang lama. Ia memperlihatkan medali itu kepada para musuhnya dan mengatakan bahwa medali itu dikaruniakan kepadanya oleh Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.[30]

Bab 33

Peristiwa yang mirip terjadi pada Hazrat Maulana Nazir Ahmad Mubashir yang terjadi ketika yang bersangkutan bertugas sebagai muballigh di Ghana. Seorang anak muda yang baru kembali dari Mekah mulai menyiarkan bahwa kaum Ahmadi telah menyesatkan umat karena Imam Mahdi sebenarnya memang belumlah datang.

Maulana Nazir Ahmad Mubashir berangkat ke desa Saraha dimana orang itu bermukim. Ketika ditantang oleh Maulana Nazir Ahmad Mubashir, orang itu tidak bersedia bicara. Sang Maulana lalu mengadakan pertemuan besar dan menyampaikan khutbah indah tentang tanda-tanda kedatangan Mahdi. Setelah pidato itu ia kembali ke pusatnya. Tetapi para lawannya mulai melakukan prosesi barisan bersorban putih dan melambaikan bendera putih. Dalam prosesi itu mereka melantunkan nyanyian bahwa mereka itulah yang menang dan Mahdi belum muncul. Kalau sudah muncul pasti ada gempa bumi yang mengikutinya.

Memang demikian tuntutan para lawan itu yang tidak mungkin bisa dipenuhi oleh kekuatan manusia. Tidak diragukan jika Allah yang Maha Kuasa. Penguasa langit dan bumi bisa melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya. Demikian itulah Dia memperlihatkan mukjizat-Nya guna memanifestasikan kebenaran Imam Mahdi dimana terjadi gempa dahsyat yang menggoncang seluruh Ghana. Dengan demikian mestinya para lawan sekarang akan melantunkan lagu sebaliknya bahwa Imam Mahdi telah datang karena gempa buminya sudah tiba.

Segala puji bagi Allah s.w.t. Dia menggoyang seluruh Ghana untuk membuktikan kebenaran sosok Mahdi utusan-Nya dan memberikan bukti hidup tentang kekuasaan dan kekuatan-Nya sebagai petunjuk bagi banyak orang Ghana.[31]

Bab 34

Saudara-saudaraku sekalian! Perjalanan di medan tabligh adalah suatu yang menakutkan dan banyak rintangannya. Terkadang yang namanya kawan bisa berubah menjadi musuh. Namun seorang Da’i Ilallah yang menapaki jejaknya secara tulus di jalan ini sebenarnya berada di haribaan pemeliharaan Tuhan. Sang Pencipta langit dan bumi sendiri yang menjadi Pelindung mereka. Dia menjadi perisai bagi mereka terhadap serangan musuh- musuh mereka dan Kekuasaan-Nya terus menerus memperlihatkan tanda- tanda pertolongan dan bantuan-Nya, bahkan dalam keadaan yang luar biasa sekali pun.

Disini aku akan menceritakan kisah almarhum Hazrat Seth Abdullah Alahdin dari Sikanderabad di dataran Deccan. Ia mendapat karunia untuk melakukan tabligh melalui distribusi literatur Ahmadiyah dalam skala besar. Isterinya menceritakan kejadian ajaib yang telah menyelamatkan nyawanya.

Suatu ketika yang bersangkutan dikirim untuk kampanye tabligh ke daerah Bombay. Kerja kerasnya di daerah itu telah menimbulkan gelombang penentangan yang keras terhadap dirinya. Orang-orang dari suku bangsanya sendiri merencanakan akan membunuhnya. Guna pelaksanaannya mereka mengundang Seth Abdullah Alahdin ke suatu pesta dimana direncanakan ia akan diracun. Namun Allah s.w.t. meletakkan ide di fikiran isterinya bahwa keikutsertaan dalam pesta itu tidak akan baik baginya. Tetapi tidak ada cara guna menyampaikan pesan kepada suaminya akan perasaan khawatirnya itu. Karena itu isterinya ini langsung mulai berdoa supaya suaminya menghindari kejadian tersebut. Seth Abdullah Alahdin tidak jadi pergi ke pesta itu dan sore harinya pulang ke rumah dengan selamat berkat rahmat Ilahi.

Baru tiga tahun kemudian para perumus kekejian itu mengakui bahwa mereka telah merencanakan akan membunuh Seth Abdullah Alahdin dalam pesta tersebut, tetapi karena tidak hadir maka persekongkolan itu menjadi buyar dengan sendirinya.[32]

Bab 35

Hazrat Maulana Abdul Malik Khan mendapat karunia sebagai muballigh Islam di Ghana setelah pengkhidmatannya yang lama di India dan Pakistan. Suatu ketika saat kembali ke rumah setelah suatu perjalanan tabligh, di daerah Kumasi roda ban mobilnya kempes sebelah. Setelah mengganti ban, ia melanjutkan perjalanan, tetapi baru berjalan 20 atau 25 mil, roda yang lainnya kempes pula. Sekarang tidak ada lagi cara untuk meneruskan perjalanan.

Ia mengisahkan bagaimana tiba-tiba muncul dua orang yang bersenjata pisau belati keluar dari semak-semak dan mendekati dirinya. Kelihatannya mereka itu dari salah satu suku bangsa yang galak di negeri itu. Muka mereka menyeramkan sekali dan pisau mereka berkilauan diterpa sinar rembulan. Maulana Abdul Malik Khan menyatakan bahwa hanya berkat rahmat Tuhan saja maka ia tidak panik dan malah bertanya kepada rekan seperjalanannya Abdul Wahid yang adalah pensiunan polisi apakah ia bisa membantu.

Perhatikanlah bagaimana mukjizat Ilahi di medan tabligh dimana mereka yang telah menghunus belati serta akan merampok dan membunuh dirinya malah berubah menjadi baik hati. Salah seorang di antaranya mendekati Maulana Abdul Malik Khan dan berbicara dengannya, sedang yang satunya lagi adalah putranya. Ketika si bapak ini mendengar kemalangan kami, ia memerintahkan anaknya untuk membawa kedua ban yang kempes untuk ditambal di desa terdekat. Sampai kembali putranya itu, si bapak menghibur Maulana Abdul Malik Khan dan rekannya di semak-semak. Ia mengeluarkan sebuah nanas dari kantongnya yang kemudian ia belah dua dengan belati yang tadi dihunusnya. Mereka menikmati buah tersebut dan keramahan orang itu tidak bisa dilupakan. Akhirnya si putranya itu kembali jam 03:30 bersama ban yang sudah diperbaiki dan mereka meneruskan perjalanan pulang.

Ini adalah bentuk yang paling luar biasa dari pertolongan dan rahmat Ilahi dimana yang tadinya bermaksud membunuh sang Da’i malah menjadi tuan rumah dan bahkah sahayanya.[33]

Bab 36

Hazrat Maulana Ghulam Hussain Ayaz mendapat karunia untuk berkhidmat bagi Islam di Singapura. Selama pendudukan Jepang, tidak ada satu pun orang yang berani mengeluarkan suara. Namun Maulana Ayaz tetap saja bertabligh tanpa rasa takut sedikit pun. Semua orang terkagum mengapa ia bisa kebal terhadap penguasa Jepang. Mereka tidak mengetahui kalau semua itu adalah berkat bantuan Ilahi yang selalu dinikmati para Da’i Ilallah di setiap langkah mereka.

Suatu ketika seorang ulama mempermasalahkan bahwa Al-Quran orang- orang Ahmadi berbeda dengan Al-Quran umat Islam umumnya. Maulana Ayaz membantah tuduhan itu dengan keras di hadapan orang banyak. Para ulama sebelumnya telah menyiapkan publik untuk menentang para missionaris Ahmadi. Karena itu beberapa orang telah menyerang dan menyeret Maulana Ayaz ke tangga mesjid dari mana ia didorong ke bawah. Ia jatuh terguling dengan kepala di bawah yang menimbulkan luka-luka di kepala dan tubuhnya dan ia pingsan karenanya.

Ia ditinggalkan begitu saja di pinggir jalan dan tidak ada seorang pun yang memberi tahu polisi atau membawanya ke rumah sakit. Pertolongan Ilahi datang secara kebetulan. Seorang perwira militer Ahmadi, Kolonel Taqiuddin Ahmad melintasi jalan itu. Ia melihat seseorang terluka di tepi jalan. Karena rasa simpatinya terhadap sesama, ia langsung turun dari mobil jeepnya dan mendekati sosok yang tergeletak itu. Ia langsung mengenali Maulana Ayaz dan langsung membawanya ke rumah sakit sehingga nyawanya tertolong, padahal para lawannya merasa yakin sekali kalau ia sudah mati.[34]

Bab 37

Contoh lain mengenai kejadian tentang adanya pertolongan dan pemeliharaan Ilahi dikisahkan oleh almarhum Hazrat Maulana Muhammad Sadiq Sumatri. Kejadian ini juga berkaitan dengan periode ketika kepulauan Indonesia diduduki Jepang. Pemerintahan Jepang bersifat diktatorial dimana setiap kesalahan kecil saja langsung dihukum mati. Tidak pernah dilakukan penyelidikan dan tidak ada yang melakukakannya. Langsung sudah menjadi keputusan dan keputusan itu pun terkadang tidak diumumkan dimana si korban langsung dihukum mati.

Maulana Muhammad Sadiq mengisahkan bahwa karena ada dua pengaduan yang disampaikan orang berkenaan dengan dirinya maka penguasa Jepang memutuskan akan mengeksekusinya. Dengan latar belakang demikian terlihat tidak ada celah untuk banding atau pun pengampunan. Bagi seorang mukminin yang menjadi penopangnya hanyalah Tuhan-nya saja. Ia kemudian mendoa secara khusuk kepada Tuhan dimana ia diberitahukan melalui kashaf bahwa pemerintahan Jepang sedang menuju kehancurannya. Ia melihat kashaf itu di tahun 1945 dan dalam waktu beberapa bulan kemudian Jepang menyerah pada tanggal 14 Agustus 1945.

Setelah kekalahan mereka kemudian diketahui dari dokumen-dokumen yang ada bahwa penguasa Jepang sudah memutuskan akan mengeksekusi 65 orang pada malam tanggal 23 dan 24 Agustus dimana nama Maulana Muhammad Sadiq terdapat di peringkat paling atas.

Cobalah perhatikan bagaimana pertolongan dan bantuan Ilahi sama sekali tidak memberikan kesempatan kepada penguasa Jepang melaksanakan apa yang telah diputuskannya dan malah telah menyelamatkan seorang Mujahid yang sedang berkhidmat di jalan Allah dari rahang kematian. Bayang-bayang kematian tadinya sudah menggayut di atas kepalanya dan hanya tinggal beberapa jam saja lagi sampai saat eksekusinya.[35]

Bab 38

Aku akan menceritakan kejadian lain yang menggugah hati berkenaan dengan ayahku yang tercinta, Hazrat Maulana Abul-‘Ata Jalandhari ketika beliau bertugas di Palestina. Beliau menceritakan bahwa suatu kali beliau berjalan pulang ke rumahnya di Kababir setelah menyelesaikan suatu program tabligh. Beliau mengatakan “Ada sesuatu yang bergerak di semak-semak dan karena mengira itu adalah seekor hewan maka tidak terlalu diperhatikan.”

Ketika beliau telah maju beberapa langkah, tiba-tiba terdengar dua letusan senjata yang keras. Beliau menganggapnya sebagai kejadian biasa dan tidak terlalu memperhatikan. Baru kemudian beliau mengetahui kalau malam itu ia telah menyeberangi lembah kematian dan hanya karena perlindungan Ilahi maka dirinya masih tetap terpelihara.

Setelah lewat beberapa waktu, diketahuilah bahwa lawan-lawannya telah lama merencanakan akan membunuh beliau. Adalah pada malam tersebut ada dua anak muda bersenjata senapan telah siap menghadang dan membunuhnya. Ketika beliau dengan sahabatnya melewati mereka, salah seorang dari mereka menembak tetapi senapannya macet. Kemudian anak muda yang satunya lagi juga mencoba menembak namun senapannya sama macet pula. Beliau dan sahabatnya rupanya berjalan di bawah naungan perlindungan Ilahi.

Ketika sudah agak jauh, kedua anak muda itu mencoba lagi senjatanya dan ternyata meletus dengan baik. Tidak ada cacat pada kedua senapan itu. Rupanya hanya jika diarahkan kepada kedua Mujahidin itulah maka takdir Ilahi menghambatnya.[36]

Bab 39

Aku akan menceritakan kejadian lain yang menggugah hati berkenaan dengan ayahku yang tercinta, Hazrat Maulana Abul-‘Ata Jalandhari ketika beliau bertugas di Palestina. Beliau menceritakan bahwa suatu kali beliau berjalan pulang ke rumahnya di Kababir setelah menyelesaikan suatu program tabligh. Beliau mengatakan “Ada sesuatu yang bergerak di semak-semak dan karena mengira itu adalah seekor hewan maka tidak terlalu diperhatikan.”

Ketika beliau telah maju beberapa langkah, tiba-tiba terdengar dua letusan senjata yang keras. Beliau menganggapnya sebagai kejadian biasa dan tidak terlalu memperhatikan. Baru kemudian beliau mengetahui kalau malam itu ia telah menyeberangi lembah kematian dan hanya karena perlindungan Ilahi maka dirinya masih tetap terpelihara.

Setelah lewat beberapa waktu, diketahuilah bahwa lawan-lawannya telah lama merencanakan akan membunuh beliau. Adalah pada malam tersebut ada dua anak muda bersenjata senapan telah siap menghadang dan membunuhnya. Ketika beliau dengan sahabatnya melewati mereka, salah seorang dari mereka menembak tetapi senapannya macet. Kemudian anak muda yang satunya lagi juga mencoba menembak namun senapannya sama macet pula. Beliau dan sahabatnya rupanya berjalan di bawah naungan perlindungan Ilahi.

Ketika sudah agak jauh, kedua anak muda itu mencoba lagi senjatanya dan ternyata meletus dengan baik. Tidak ada cacat pada kedua senapan itu. Rupanya hanya jika diarahkan kepada kedua Mujahidin itulah maka takdir Ilahi menghambatnya.[37]

Bab 40

Semua yang diceritakan di muka itu hanyalah sekelumit contoh tentang bantuan Ilahi di medan tabligh yang semoga menguatkan semangat di dada setiap orang yang membawa panji-panji beberkat Da’wat Ilallah. Allah yang Maha Kuasa, Penguasa langit dan bumi akan mengaruniakan kepada masing-masing mereka bantuan dan pertolongan di setiap langkahnya.

Ingat bahwa semua itu bukan kisah legenda di masa lalu, semuanya merupakan kisah-kisah segar yang orang-orangnya banyak yang masih hidup di seluruh pelosok dunia. Tuhan agama Islam adalah Tuhan yang Maha Hidup dan janji-janji-Nya tidak pernah merupakan dongeng omong kosong. Dengan demikian kisah-kisah yang hidup ini diharapkan bisa mengundang semua orang Ahmadi untuk melangkah turun ke medan tabligh dan mencerahkan hidupnya dengan kemilau sinar bantuan Ilahi.

Aku berharap dan berdoa semoga kejadian-kejadian ini mampu memacu darah kita dan memberikan sinar baru pada keimanan kita dan semuanya agar menjadi satu kesatuan dengan kehidupan ruhani kita. Imam kita yang tercinta, yang mulia Hazrat Amirul Muminin Khalifatul Masih IV telah mengungkapkan rahasia untuk memenangkan karunia mulia itu dan adalah menjadi kewajiban kita untuk mematuhi beliau dengan tulus dan ikhlas. Beliau menyatakan:

‘Wahai para penganut dan pencinta Hazrat Muhammad Mustafa s.a.w. sekarang inilah saatnya mengenyahkan dari fikiran apa yang menjadi tugas dan kewajiban kalian. Ingatlah bahwa masing- masing dari kalian adalah seorang muballigh dan kalian semua akan dimintakan pertanggung-jawaban oleh Allah s.w.t. Apa pun profesi, pekerjaan atau pun kebangsaan kalian, tugas utama kalian adalah menyeru seluruh dunia kepada Hazrat Muhammad Mustafa s.a.w. dan memulihkan kegelapan hati mereka dengan sinar yang cemerlang serta memberikan kehidupan kepada bangkai mereka. Semoga Allah s.w.t. mengabulkan permohonan kita yang lemah ini.’ [38]

Dan akhirnya mari kita ucapkan Alhamdulillah.

Refrensi

  1. Bulanan Tahrik-i-Jadid, Rabwah, Juli 1973
  2. Ashab-i-Ahmad, vol. 8, h. 185
  3. Bulanan Khalid, Rabwah, apendiks , Juli 1987, h. 8-11
  4. Hayat-i-Qudsi, Maulana Ghulam Rasul Rajaiki, bag. 2, 1 Sept. 1951, h.58
  5. Bulanan Misbah, Rabwah, April 1976, h.19-20
  6. Komunikasi dan ingatan pribadi (Mln. Ataul Mujeeb Rasheed)
  7. Pernyataan tertulis dari Sardar Hamid Ahmad, London (putra Sardar Nazir Ahmad)
  8. Sirat al-Mahdi, bag. 1, Tradition 176 dikisahkan Hazrat Dr Mir Muhammad Ismail, h.191-192
  9. Kenangan pribadi (Mln. Ataul Mujeeb Rasheed). Pernah dipublikasikan dalam bulanan Al-Furqan.
  10. Kenangan pribadi (Mln. Ataul Mujeeb Rasheed).
  11. Kenangan pribadi. Lihat juga bulanan Al-Furqan, Mei 1969.
  12. Burhan-i-Hadayat, Abdur Rahman Mubashir, vol.2, h.147
  13. Burhan-i-Hadayat, Abdur Rahman Mubashir, vol.1, h.361
  14. Burhan-i-Hadayat, Abdur Rahman Mubashir, vol.2, h.65
  15. Pengamatan pribadi
  16. Pengamatan dan pengalaman pribadi
  17. Bulanan Al-Furqan, Rabwah, Oktober 1968, h.43-45
  18. Pengamatan dan pengalaman pribadi
  19. Ruh Parwar Yadain, Maulavi Muhammad Siddiq Amritsari, h.420, 524-526 (Tarikh Ahmadiyyat vol.8, h.409-410)
  20. Hayat-i-Ilyas, Abdus Salam Khan, h.29-31
  21. Hayat-i-Ilyas, Abdus Salam Khan, h.34-36
  22. Ruh Parwar Yadain, Maulavi Muhammad Siddiq Amritsari, h.223-225
  23. Ruh Parwar Yadain, Maulavi Muhammad Siddiq Amritsari, h.539-541
  24. Langsung dari Chaudhary Ahmad Din putra Haji Ghulam Ahmad dari Kiryam, Ashab-i-Ahmad, vol. 10, Malik Salahuddin Ahmad MA h.106
  25. Pengamatan dan pengalaman pribadi
  26. Hayat-i-Qudsi, vol.3, 1954, Taj Press Haiderabad, h.25-26
  27. Ruh Parwar Yadain, Maulavi Muhammad Siddiq Amritsari, h.64-65
  28. Ruh Parwar Yadain, Maulavi Muhammad Siddiq Amritsari, h.63-64
  29. Ruh Parwar Yadain, Maulavi Muhammad Siddiq Amritsari, h.95-96
  30. Bulanan Al-Furqan, Rabwah, Juli 1963, h.35-38
  31. Ruh Parwar Yadain, Maulavi Muhammad Siddiq Amritsari, h.77-79
  32. Tab’in-i-Ashab-i-Ahmad, Malik Salahuddin MA, vol.9, h.252-253
  33. Ruh Parwar Yadain, Maulavi Muhammad Siddiq Amritsari, h.85-88
  34. Ruh Parwar Yadain, Maulavi Muhammad Siddiq Amritsari, h.73-75
  35. Burhan-i-Hadayat, Abdur Rahman Mubashir, vol.2, h.278-280
  36. Komunikasi langsung al-Kababir Baladi, Abdullah As’ad, Odeh, h.141
  37. Komunikasi langsung al-Kababir Baladi, Abdullah As’ad, Odeh, h.141
  38. Khutbah Jumah 25 Pebruari 1983