Ziroat dan Kesejahteraan Bersama: Perbedaan revisi

Dari Isa Mujahid Islam
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
(→‎Peternakan: menambahkan Al-'Aadiyaat)
 
(5 revisi antara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 110: Baris 110:
  
 
== Sejahtera ==
 
== Sejahtera ==
Ssejahtera berarti aman sentosa dan makmur atau selamat (terlepas dari segala macam gangguan).<ref>Kamus Besar Bahasa Indonesia - Kata [https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/sejahtera sejahtera]</ref>
+
Sejahtera berarti aman sentosa dan makmur atau selamat (terlepas dari segala macam gangguan).<ref>Kamus Besar Bahasa Indonesia - Kata [https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/sejahtera sejahtera]</ref>
  
 
Sesuai dengan Rule and Regulation, bahwa tugas Sekretaris Ziroat adalah meningkatkan kesejahteraan anggota Jemaat yang berusaha di bidang pertanian.<ref name=":1" />
 
Sesuai dengan Rule and Regulation, bahwa tugas Sekretaris Ziroat adalah meningkatkan kesejahteraan anggota Jemaat yang berusaha di bidang pertanian.<ref name=":1" />
Baris 138: Baris 138:
 
dari 'Abdullah bin Az Zubair radliallahu 'anhuma bahwasanya dia menceritakan bahwa ada seorang dari kalangan Anshar bersengketa dengan Az Zubair di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang aliran air di daerah Al Harrah yang mereka gunakan untuk menyirami pepohonan kurma. Berkata, orang Anshar tersebut: "Bukalah air agar bisa mengalir?" Az Zubair menolaknya lalu keduanya bertengkar di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata, kepada Az Zubair: "Wahai Zubair, berilah air dan kirimlah buat tetanggamu". Maka orang Anshar itu marah seraya berkata; "Tentu saja kamu bela dia karena dia putra bibimu". Maka wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerah kemudian berkata: "Wahai Zubair, berilah air kemudian bendunglah hingga air itu kembali ke dasar ladang". Maka Az Zubair berkata: "Demi Allah, sungguh aku menganggap bahwa ayat ini turun tentang kasus ini, yaitu firman Allah: ("Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan…).<ref>QS An-Nisa ayat 66 (dengan basmallah)</ref> (H.R. Al-Bukhari) <ref>Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Musaqah (mengairi tanaman), Bab Menutup sungai-sungai ([https://www.hadits.id/hadits/bukhari/2187 tautan])</ref>
 
dari 'Abdullah bin Az Zubair radliallahu 'anhuma bahwasanya dia menceritakan bahwa ada seorang dari kalangan Anshar bersengketa dengan Az Zubair di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang aliran air di daerah Al Harrah yang mereka gunakan untuk menyirami pepohonan kurma. Berkata, orang Anshar tersebut: "Bukalah air agar bisa mengalir?" Az Zubair menolaknya lalu keduanya bertengkar di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata, kepada Az Zubair: "Wahai Zubair, berilah air dan kirimlah buat tetanggamu". Maka orang Anshar itu marah seraya berkata; "Tentu saja kamu bela dia karena dia putra bibimu". Maka wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerah kemudian berkata: "Wahai Zubair, berilah air kemudian bendunglah hingga air itu kembali ke dasar ladang". Maka Az Zubair berkata: "Demi Allah, sungguh aku menganggap bahwa ayat ini turun tentang kasus ini, yaitu firman Allah: ("Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan…).<ref>QS An-Nisa ayat 66 (dengan basmallah)</ref> (H.R. Al-Bukhari) <ref>Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Musaqah (mengairi tanaman), Bab Menutup sungai-sungai ([https://www.hadits.id/hadits/bukhari/2187 tautan])</ref>
 
{{Arab Hadits|teks-hadits=سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ كَانَ أَبُو طَلْحَةَ أَكْثَرَ الْأَنْصَارِ بِالْمَدِينَةِ مَالًا وَكَانَ أَحَبَّ أَمْوَالِهِ إِلَيْهِ بَيْرُحَاءَ وَكَانَتْ مُسْتَقْبِلَةَ الْمَسْجِدِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُهَا وَيَشْرَبُ مِنْ مَاءٍ فِيهَا طَيِّبٍ فَلَمَّا نَزَلَتْ { لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ } قَامَ أَبُو طَلْحَةَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ فِي كِتَابِهِ { لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ } وَإِنَّ أَحَبَّ أَمْوَالِي إِلَيَّ بَيْرُحَاءَ وَإِنَّهَا صَدَقَةٌ لِلَّهِ أَرْجُو بِرَّهَا وَذُخْرَهَا عِنْدَ اللَّهِ فَضَعْهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ حَيْثُ شِئْتَ فَقَالَ بَخٍ ذَلِكَ مَالٌ رَائِحٌ ذَلِكَ مَالٌ رَائِحٌ قَدْ سَمِعْتُ مَا قُلْتَ فِيهَا وَأَرَى أَنْ تَجْعَلَهَا فِي الْأَقْرَبِينَ قَالَ أَفْعَلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَسَمَهَا أَبُو طَلْحَةَ فِي أَقَارِبِهِ وَبَنِي عَمِّهِ}}
 
{{Arab Hadits|teks-hadits=سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ كَانَ أَبُو طَلْحَةَ أَكْثَرَ الْأَنْصَارِ بِالْمَدِينَةِ مَالًا وَكَانَ أَحَبَّ أَمْوَالِهِ إِلَيْهِ بَيْرُحَاءَ وَكَانَتْ مُسْتَقْبِلَةَ الْمَسْجِدِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُهَا وَيَشْرَبُ مِنْ مَاءٍ فِيهَا طَيِّبٍ فَلَمَّا نَزَلَتْ { لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ } قَامَ أَبُو طَلْحَةَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ فِي كِتَابِهِ { لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ } وَإِنَّ أَحَبَّ أَمْوَالِي إِلَيَّ بَيْرُحَاءَ وَإِنَّهَا صَدَقَةٌ لِلَّهِ أَرْجُو بِرَّهَا وَذُخْرَهَا عِنْدَ اللَّهِ فَضَعْهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ حَيْثُ شِئْتَ فَقَالَ بَخٍ ذَلِكَ مَالٌ رَائِحٌ ذَلِكَ مَالٌ رَائِحٌ قَدْ سَمِعْتُ مَا قُلْتَ فِيهَا وَأَرَى أَنْ تَجْعَلَهَا فِي الْأَقْرَبِينَ قَالَ أَفْعَلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَسَمَهَا أَبُو طَلْحَةَ فِي أَقَارِبِهِ وَبَنِي عَمِّهِ}}
...dia mendengar Anas bin Malik radliallahu 'anhu berkata; Abu Tholhah adalah orang yang paling banyak hartanya dari kalangan Anshar di kota Madinah berupa dan harta yang paling dicintainya adalah Bairuha' (ladang berikut sumur yang ada di kebun itu) yang menghadap ke masjid dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa mamemasuki kebun itu dan meminum airnya yang baik tersebut. Ketika turun firman Allah Ta'ala (QS Alu 'Imran: 92 yang artinya): "Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai", Abu Tholhah mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata; "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah Ta'ala telah berfirman: "Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai", dan sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah Bairuha' itu dan aku menshadaqahkannya di jalan Allah dengan berharap kebaikan dan simpanan pahala di sisiNya, maka ambillah wahai Rasulullah kapanpun baginda mau". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Wah, inilah harta yang menguntungkan, inilah harta yang menguntungkan. Sungguh aku sudah mendengar apa yang kamu ucapkan dan aku berpendapat sebaiknya kamu shadaqahkan buat kerabatmu". Maka Abu Tholhah berkata: "Aku akan laksanakan wahai Rasululloloh. Maka Abu Tholhah membagi untuk kerabatnya dan anak-anak pamannya". (H.R. Al-Bukhari) <ref>Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Wakalah (perwakilan), Bab Jika seseorang berkata kepada wakilnya 'Letakkanlah barang tersebut di tempat yang Allah inginkan',... ([https://www.hadits.id/hadits/bukhari/2150 tautan])</ref>
+
...dia mendengar Anas bin Malik radliallahu 'anhu berkata; Abu Tholhah adalah orang yang paling banyak hartanya dari kalangan Anshar di kota Madinah. Dan harta yang paling dicintainya adalah Bairuha' (ladang berikut sumur yang ada di kebun itu) yang menghadap ke masjid dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa mamemasuki kebun itu dan meminum airnya yang baik tersebut. Ketika turun firman Allah Ta'ala (QS Ali 'Imran: 93 [dengan basmallah] yang artinya): "Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai", Abu Tholhah mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata; "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah Ta'ala telah berfirman: "Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai", dan sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah Bairuha' itu dan aku menshadaqahkannya di jalan Allah dengan berharap kebaikan dan simpanan pahala di sisiNya, maka ambillah wahai Rasulullah kapanpun baginda mau". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Wah, inilah harta yang menguntungkan, inilah harta yang menguntungkan. Sungguh aku sudah mendengar apa yang kamu ucapkan dan aku berpendapat sebaiknya kamu shadaqahkan buat kerabatmu". Maka Abu Tholhah berkata: "Aku akan laksanakan wahai Rasululloloh. Maka Abu Tholhah membagi untuk kerabatnya dan anak-anak pamannya". (H.R. Al-Bukhari) <ref>Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Wakalah (perwakilan), Bab Jika seseorang berkata kepada wakilnya 'Letakkanlah barang tersebut di tempat yang Allah inginkan',... ([https://www.hadits.id/hadits/bukhari/2150 tautan])</ref>
  
 
{{Arab Hadits|teks-hadits=عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ اقْتَنَى كَلْبًا لَيْسَ بِكَلْبِ صَيْدٍ وَلَا مَاشِيَةٍ وَلَا أَرْضٍ فَإِنَّهُ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِهِ قِيرَاطَانِ كُلَّ يَوْمٍ}}
 
{{Arab Hadits|teks-hadits=عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ اقْتَنَى كَلْبًا لَيْسَ بِكَلْبِ صَيْدٍ وَلَا مَاشِيَةٍ وَلَا أَرْضٍ فَإِنَّهُ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِهِ قِيرَاطَانِ كُلَّ يَوْمٍ}}
Baris 222: Baris 222:
  
 
* Dalam pertanian ada dikenal dengan [[Pertanian Organik|pertanian organik]] dan pertanian konvensional.
 
* Dalam pertanian ada dikenal dengan [[Pertanian Organik|pertanian organik]] dan pertanian konvensional.
* Pertanian Desa dan Pertanian Perkotaan.
+
* Pertanian Desa dan [[Pertanian Perkotaan]].
  
 
== Beberapa Kendala Pertanian ==
 
== Beberapa Kendala Pertanian ==

Revisi terkini pada 4 Februari 2022 17.48

Ziroat dalam bahasa arab dari akar kata za-ro-'a yang artinya pertanian, perkebunan, tumbuhan dan tanaman.[1]

sedangkan kata ziroo'atun dalam bahasa arab artinya pertanian, perkebunan, penanaman, pemeliharaan, penumbuhan dan perkembangan.[1]

Di dalam Jemaat Ahmadiyah tentunya kita mengenal salah satu jabatan kepengurus an dalam Majelis Amilah yang bernama Sekretaris Ziroat. Sekretaris tersebut diberikan amanat untuk mensejahterakan anggotanya yang berprofesi dalam bidang:

  • Pertanian
  • Perkebunan
  • Peternakan
  • Perikanan

Sekretaris tersebut juga hendaknya melaporkan pemasaran hasil pertanian, perkebunan dan perikanan serta berusaha agar para petani mendapatkan penyuluhan dan penataran.[2]

Sekretaris Ziroat tergabung dalam kelompok Kelompok Kesejahteraan Umum bersama sekretaris:

  • Sekr. Umur Ammah
  • Sekr. Umur Kharijiyah
  • Sekr. Sana'at wa Tijarot
  • Sekr. Dhiafat
  • Sekr. Ristanata

Tugas

Tugas sekretaris Ziroat adalah:

  • (Pasal 434) Ia bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan anggota Jemaat yang berusaha di bidang pertanian.
  • (Pasal 435) Ia berkewajiban menyediakan informasi yang diperlukan mengenai cara-cara dan perkembangan baru dalam bidang pertanian, benih tanaman, pupuk, insektisida dan lain-lain bagi anggota terkait.[3]

Ziroat dalam Alquran

Dalam Alquran, Allah Ta'ala menyinggung pertanian dan perkebunan, baik menjelaskan secara langsung atau sebagai kiasan. Dan istimewanya, ayat-ayat tersebut berjumlah ratusan.

QS 2:224

نِسَآؤُکُمۡ حَرۡثٌ لَّکُمۡ ۪ فَاۡتُوۡا حَرۡثَکُمۡ اَنّٰی شِئۡتُمۡ ۫ وَقَدِّمُوۡا لِاَنۡفُسِکُمۡ ؕ وَاتَّقُوا اللّٰہَ وَاعۡلَمُوۡۤا اَنَّکُمۡ مُّلٰقُوۡہُ ؕ وَبَشِّرِ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿۲۲۴﴾

"Istri-istrimu bagaikan ladang bagimu, maka datangilah ladangmu kapanpun kamu suka, dan dahulukanlah kebaikan untuk dirimu, bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu akan bertemu dengan-Nya; dan berilah kabar gembira kepada orang-orang beriman."

Ayat ini merupakan bukti nyata akan kemurnian dan kewibawaan bahasa Al-Qur’an yang tak ada bandingannya. Suatu pokok yang sangat peka telah dibahas dengan cara yang sangat pantas dan sopan, dan seluruh filsafat pernikahan dan hubungan suami-istri telah dilukiskan dalam kalimat singkat, “istri-istrimu itu bagaikan ladang bagimu.” Seorang wanita sungguh seperti ladang, tempat benih keturunan disemaikan. Petani yang bijak memilih tanah terbaik, menyiapkan ladang terbaik, mendapatkan benih terbaik, dan memilih saat dan cara menyemaikan yang terbaik. Begitu pula halnya seyogianya orang mukmin berbuat; sebab, pada panen yang dipungutnya dalam bentuk anak, bergantung bukan saja seluruh hati dengan dirinya sendiri tetapi juga masyarakatnya. Pada kenyataan agung dan mulia itulah kata-kata itu mengisyaratkan dengan tegas dan jelas.

QS 3:118

مَثَلُ مَا یُنۡفِقُوۡنَ فِیۡ ہٰذِہِ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا کَمَثَلِ رِیۡحٍ فِیۡہَا صِرٌّ اَصَابَتۡ حَرۡثَ قَوۡمٍ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ فَاَہۡلَکَتۡہُ ؕ وَمَا ظَلَمَہُمُ اللّٰہُ وَلٰکِنۡ اَنۡفُسَہُمۡ یَظۡلِمُوۡنَ ﴿۱۱۸﴾

"Perumpamaan apa yang mereka infakkan di dalam kehidupan dunia, seumpama angin yang di dalamnya mengandung suhu sangat dingin yang menimpa ladang suatu kaum yang berlaku aniaya terhadap diri mereka, lalu angin itu membinasakannya, dan Allah tidak menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya dirinya sendiri."

QS 42:21

مَنۡ کَانَ یُرِیۡدُ حَرۡثَ الۡاٰخِرَۃِ نَزِدۡ لَہٗ فِیۡ حَرۡثِہٖ ۚ وَمَنۡ کَانَ یُرِیۡدُ حَرۡثَ الدُّنۡیَا نُؤۡتِہٖ مِنۡہَا وَمَا لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنۡ نَّصِیۡبٍ ﴿۲۱﴾

"Barangsiapa menghendaki ladang akhirat, Kami meningkatkan baginya hasil ladangnya, dan barangsiapa menghendaki ladang dunia, Kami berikan kepadanya bagiannya tetapi di akhirat ia tidak akan mempunyai bagian"

QS 2:72

قَالَ اِنَّہٗ یَقُوۡلُ اِنَّہَا بَقَرَۃٌ لَّا ذَلُوۡلٌ تُثِیۡرُ الۡاَرۡضَ وَلَا تَسۡقِی الۡحَرۡثَ ۚ مُسَلَّمَۃٌ لَّا شِیَۃَ فِیۡہَا ؕ قَالُوا الۡـٰٔنَ جِئۡتَ بِالۡحَقِّ ؕ فَذَبَحُوۡہَا وَمَا کَادُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿٪۷۲﴾

Ia (Nabi Musa as) menjawab, “Sesungguhnya Dia berfirman bahwasanya sapi itu adalah sapi yang belum dijinakkan untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi ladang, mulus, tidak ada cacatnya.”

QS 2:206

وَاِذَا تَوَلّٰی سَعٰی فِی الۡاَرۡضِ لِیُفۡسِدَ فِیۡہَا وَیُہۡلِکَ الۡحَرۡثَ وَالنَّسۡلَ ؕ وَاللّٰہُ لَا یُحِبُّ الۡفَسَادَ ﴿۲۰۶﴾

Dan apabila ia berkuasa, berkeliaranlah ia di muka bumi untuk membuat kekacauan di dalamnya dan membinasakan sawah ladang serta keturunan manusia, dan Allah tidak menyukai kekacauan.

QS 6:137

وَجَعَلُوۡا لِلّٰہِ مِمَّا ذَرَاَ مِنَ الۡحَرۡثِ وَالۡاَنۡعَامِ نَصِیۡبًا فَقَالُوۡا ہٰذَا لِلّٰہِ بِزَعۡمِہِمۡ وَہٰذَا لِشُرَکَآئِنَا ۚ فَمَا کَانَ لِشُرَکَآئِہِمۡ فَلَا یَصِلُ اِلَی اللّٰہِ ۚ وَمَا کَانَ لِلّٰہِ فَہُوَ یَصِلُ اِلٰی شُرَکَآئِہِمۡ ؕ سَآءَ مَا یَحۡکُمُوۡنَ ﴿۱۳۷﴾

Dan mereka menetapkan bagian untuk Allah dari hasil ladang dan binatang-binatang ternak yang telah Dia ciptakan, lalu mereka berkata menurut anggapan mereka, “Ini untuk Allah, dan ini untuk berhala-berhala kami.” Lalu mereka juga beranggapan bahwa apa yang diperuntukan bagi berhala-berhala mereka itu tidak sampai kepada Allah, sedangkan apa yang diperuntukan bagi Allah itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Betapa buruknya apa yang mereka tetapkan itu.

QS 21:79

وَدَاوٗدَ وَسُلَیۡمٰنَ اِذۡ یَحۡکُمٰنِ فِی الۡحَرۡثِ اِذۡ نَفَشَتۡ فِیۡہِ غَنَمُ الۡقَوۡمِ ۚ وَکُنَّا لِحُکۡمِہِمۡ شٰہِدِیۡنَ ﴿٭ۙ۷۹﴾

"Dan ingatlah kepada Daud dan Sulaiman, ketika mereka berdua memberikan keputusan masing-masing mengenai suatu ladang, ketika kambing-kambing suatu kaum merusak di dalamnya, dan Kami menjadi saksi atas keputusan mereka."

QS 68:23

اَنِ اغۡدُوۡا عَلٰی حَرۡثِکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰرِمِیۡنَ ﴿۲۳﴾

Pergilah waktu pagi-pagi ke kebunmu, jika kamu hendak memetik buahnya.”

QS 3:15

زُیِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّہَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَالۡبَنِیۡنَ وَالۡقَنَاطِیۡرِ الۡمُقَنۡطَرَۃِ مِنَ الذَّہَبِ وَالۡفِضَّۃِ وَالۡخَیۡلِ الۡمُسَوَّمَۃِ وَالۡاَنۡعَامِ وَالۡحَرۡثِ ؕ ذٰلِکَ مَتَاعُ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ وَاللّٰہُ عِنۡدَہٗ حُسۡنُ الۡمَاٰبِ ﴿۱۵﴾

"Ditampakkan indah bagi manusia kecintaan terhadap apa-apa yang diinginkan yaitu: perempuan-perempuan, anak-anak, kekayaan yang berlimpah berupa emas dan perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Yang demikian itu adalah perlengkapan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik."

QS 6:139

وَقَالُوۡا ہٰذِہٖۤ اَنۡعَامٌ وَّحَرۡثٌ حِجۡرٌ ٭ۖ لَّا یَطۡعَمُہَاۤ اِلَّا مَنۡ نَّشَآءُ بِزَعۡمِہِمۡ وَاَنۡعَامٌ حُرِّمَتۡ ظُہُوۡرُہَا وَاَنۡعَامٌ لَّا یَذۡکُرُوۡنَ اسۡمَ اللّٰہِ عَلَیۡہَا افۡتِرَآءً عَلَیۡہِ ؕ سَیَجۡزِیۡہِمۡ بِمَا کَانُوۡا یَفۡتَرُوۡنَ ﴿۱۳۹﴾

"Dan mereka berkata, “Binatang-binatang dan tanaman-tanaman yang ini terlarang. Tidak ada yang boleh memakannya kecuali orang yang kami kehendaki” -- dan ada beberapa binatang ternak yang punggungnya diharamkan, dan ada binatang ternak yang ketika disembelih mereka tidak menyebutkan nama Allah atasnya, semata-mata membuat-buat kebohongan terhadapNya. Dia segera akan membalas mereka untuk apa yang telah mereka ada-adakan itu."

Dengan “hasil-hasil bumi yang terlarang” dimaksudkan ladangladang yang ditanami untuk dipersembahkan kepada berhala-berhala. Hasilhasil bumi tersebut dapat dipergunakan hanya oleh pendeta-pendeta yang ditugasi mengurus berhala-berhala itu.

Allah Ta'ala juga berfirman berkenaan dengan kehidupan dunia,

QS 10:25

اِنَّمَا مَثَلُ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا کَمَآءٍ اَنۡزَلۡنٰہُ مِنَ السَّمَآءِ فَاخۡتَلَطَ بِہٖ نَبَاتُ الۡاَرۡضِ مِمَّا یَاۡکُلُ النَّاسُ وَالۡاَنۡعَامُ ؕ حَتّٰۤی اِذَاۤ اَخَذَتِ الۡاَرۡضُ زُخۡرُفَہَا وَازَّیَّنَتۡ وَظَنَّ اَہۡلُہَاۤ اَنَّہُمۡ قٰدِرُوۡنَ عَلَیۡہَاۤ ۙ اَتٰہَاۤ اَمۡرُنَا لَیۡلًا اَوۡ نَہَارًا فَجَعَلۡنٰہَا حَصِیۡدًا کَاَنۡ لَّمۡ تَغۡنَ بِالۡاَمۡسِ ؕ کَذٰلِکَ نُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لِقَوۡمٍ یَّتَفَکَّرُوۡنَ ﴿۲۵﴾

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia itu seperti air yang Kami turunkan dari awan, lalu bercampurlah tumbuh-tumbuhan bumi dengannya, diantaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak, sehingga apabila bumi telah memakai perhiasannya serta tampak indah, dan pemilik-pemiliknya menduga bahwa mereka berkuasa penuh atasnya, maka datanglah kepadanya keputusan Kami di waktu malam atau siang, dan Kami menjadikannya seperti ladang yang telah disabit, seolah-olah tidak pernah ada sampai kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda Kami bagi kaum yang berpikir.

QS 18:33

وَاضۡرِبۡ لَہُمۡ مَّثَلًا رَّجُلَیۡنِ جَعَلۡنَا لِاَحَدِہِمَا جَنَّتَیۡنِ مِنۡ اَعۡنَابٍ وَّحَفَفۡنٰہُمَا بِنَخۡلٍ وَّجَعَلۡنَا بَیۡنَہُمَا زَرۡعًا ﴿ؕ۳۳﴾

"Dan berikanlah kepada mereka perumpamaan dua orang laki-laki, kepada salah seorang dari keduanya Kami berikan dua bidang kebun anggur, dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma, dan di antara keduanya itu Kami jadikan pula ladang."

QS 26:149

وَّزُرُوۡعٍ وَّنَخۡلٍ طَلۡعُہَا ہَضِیۡمٌ ﴿۱۴۹﴾ۚ

Dan, ladang-ladang dan pohon-pohon kurma dengan mayangnya yang hampir patah karena beratnya buah?

QS 30:52

وَلَئِنۡ اَرۡسَلۡنَا رِیۡحًا فَرَاَوۡہُ مُصۡفَرًّا لَّظَلُّوۡا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ یَکۡفُرُوۡنَ ﴿۵۲﴾

Dan sekiranya Kami mengirimkan angin dan a mereka melihat ladang-ladang mereka telah menguning, sesudah itu mereka pasti mengingkari karunia-karunia Kami.

42:21

مَنۡ کَانَ یُرِیۡدُ حَرۡثَ الۡاٰخِرَۃِ نَزِدۡ لَہٗ فِیۡ حَرۡثِہٖ ۚ وَمَنۡ کَانَ یُرِیۡدُ حَرۡثَ الدُّنۡیَا نُؤۡتِہٖ مِنۡہَا وَمَا لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ مِنۡ نَّصِیۡبٍ ﴿۲۱﴾

Barangsiapa menghendaki ladang akhirat, Kami meningkatkan baginya hasil ladangnya, dan barangsiapa menghendaki ladang dunia, Kami berikan kepadanya bagian-nya tetapi di akhirat ia tidak akan mempunyai bagian.

dan masih banyak ayat-ayat lainnya...

Hartsun

Kata Harts berarti:

  1. sebidang tanah yang telah dibajak untuk ditebari, atau betul-betul telah disemai dengan benih;
  2. tanaman atau palawija, baik hasil ladang atau kebun;
  3. keuntungan, pendapatan atau penghasilan;
  4. upah atau ganjaran;
  5. benda-benda duniawi;
  6. seorang atau beberapa istri, sebab istri itu bagaikan ladang yang telah ditebari bibit untuk menumbuhkan tanaman berupa anak-anak.[4]

Peternakan

Selain itu Allah Ta'ala juga secara khusus menyebut peternakan sebagai nama-nama Surat dalam Alquran. Misalnya:

  • Al-Baqarah (Sapi Betina)
  • Al-An'aam (Hewan ternak)
  • An-Nahl (Lebah)
  • Al-'Aadiyaat (Kuda-kuda Perang)

Perkebunan

Dalam Alquran secara istimewa disampaikan bahwa kata Surga itu memakai kata jannatun atau jannaatun sebagai tempat tinggal terakhir bagi orang-orang yang bertaqwa. Ratusan ayat-ayat Alquran menggambarkan hal ini.[5]

Sejahtera

Sejahtera berarti aman sentosa dan makmur atau selamat (terlepas dari segala macam gangguan).[6]

Sesuai dengan Rule and Regulation, bahwa tugas Sekretaris Ziroat adalah meningkatkan kesejahteraan anggota Jemaat yang berusaha di bidang pertanian.[3]

Allah Ta'ala berfirman dalam Alquran mengenai keinginan Allah Ta'ala menciptakan manusia,

لَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ فِیۡ کَبَدٍ ؕ﴿۵﴾

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia supaya bekerja keras" (QS 90:5)

Jadi agar manusia bisa meraih kesejahteraan, dibutuhkan kerja-keras.

Beberapa Nasehat Rasulullah (saw) untuk Kesejahteraan Para Petani

حَدَّثَنَا جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ يُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَأْتِي قَوْمَهُ فَيُصَلِّي بِهِمْ الصَّلَاةَ فَقَرَأَ بِهِمْ الْبَقَرَةَ قَالَ فَتَجَوَّزَ رَجُلٌ فَصَلَّى صَلَاةً خَفِيفَةً فَبَلَغَ ذَلِكَ مُعَاذًا فَقَالَ إِنَّهُ مُنَافِقٌ فَبَلَغَ ذَلِكَ الرَّجُلَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا قَوْمٌ نَعْمَلُ بِأَيْدِينَا وَنَسْقِي بِنَوَاضِحِنَا وَإِنَّ مُعَاذًا صَلَّى بِنَا الْبَارِحَةَ فَقَرَأَ الْبَقَرَةَ فَتَجَوَّزْتُ فَزَعَمَ أَنِّي مُنَافِقٌ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مُعَاذُ أَفَتَّانٌ أَنْتَ ثَلَاثًا اقْرَأْ وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَسَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَنَحْوَهَا

telah menceritakan kepada kami Jabir bin Abdullah bahwa Mu'adz bin Jabal radliallahu 'anhu pernah shalat (dibelakang) Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian dia kembali ke kaumnya untuk mengimami shalat bersama mereka dengan membaca surat Al Baqarah, Jabir melanjutkan; "Maka seorang laki-laki pun keluar (dari shaf) lalu ia shalat dengan shalat yang agak ringan, ternyata hal itu sampai kepada Mu'adz, ia pun berkata; "Sesungguhnya dia adalah seorang munafik." Ketika ucapan Mu'adz sampai ke laki-laki tersebut, laki-laki itu langsung mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami adalah kaum yang memiliki pekerjaan untuk menyiram ladang, sementara semalam Mu'adz shalat mengimami kami dengan membaca surat Al Baqarah, hingga saya keluar dari shaf, lalu dia mengiraku seorang munafik." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai Mu'adz, apakah kamu hendak membuat fitnah." -Beliau mengucapkannya hingga tiga kali- bacalah Was syamsi wadluhaaha dan wasabbih bismirabbikal a'la atau yang serupa dengannya." (H.R. Al-Bukhari) [7]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَتْ لَهُ أَرْضٌ فَلْيَزْرَعْهَا أَوْ لِيَمْنَحْهَا أَخَاهُ فَإِنْ أَبَى فَلْيُمْسِكْ أَرْضَهُ

...dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang memiliki tanah ladang hendaklah dia garap untuk bercocok tanam atau dia berikan kepada saudaranya (untuk digarap). Jika dia tidak lakukan maka hendaklah dia biarkan tanahnya". (H.R. Al-Bukhari) [8]

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَعْطَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْبَرَ الْيَهُودَ أَنْ يَعْمَلُوهَا وَيَزْرَعُوهَا وَلَهُمْ شَطْرُ مَا يَخْرُجُ مِنْهَا

...dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberikan tanah Khaibar kepada orang Yahudi agar dimanfaatkan dan dijadikan ladang pertanian dimana mereka mendapat separuh hasilnya. (H.R. Al-Bukhari) [9]

سَمِعْتُ رَافِعَ بْنَ خَدِيجٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ كُنَّا أَكْثَرَ الْأَنْصَارِ حَقْلًا فَكُنَّا نُكْرِي الْأَرْضَ فَرُبَّمَا أَخْرَجَتْ هَذِهِ وَلَمْ تُخْرِجْ ذِهِ فَنُهِينَا عَنْ ذَلِكَ وَلَمْ نُنْهَ عَنْ الْوَرِقِ

...aku mendengar Rofi' bin Khodij radliallahu 'anhu berkata: "Kami adalah orang Anshor yang paling banyak memiliki kebun dan kami memperkerjakan orang untuk menggarap ladang dan apabila ada hasilnya penggarapnya mendapatkan bagian dan bila tidak maka tidak dapat bagian. Kemudian kami dilarang mempraktekkan ini namun kami tidak dilarang bila memberi upah dengan uang". (H.R. Al-Bukhari) [10]

عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى أُمِّ مُبَشِّرٍ الْأَنْصَارِيَّةِ فِي نَخْلٍ لَهَا فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ غَرَسَ هَذَا النَّخْلَ أَمُسْلِمٌ أَمْ كَافِرٌ فَقَالَتْ بَلْ مُسْلِمٌ فَقَالَ لَا يَغْرِسُ مُسْلِمٌ غَرْسًا وَلَا يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلَا دَابَّةٌ وَلَا شَيْءٌ إِلَّا كَانَتْ لَهُ صَدَقَةٌ

...dari Ibnu Zubair dari Jabir bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menemui Ummu Mubasyir Al Anshariyah di kebun kurma miliknya, lantas Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya: "Siapakah yang menanam pohon kurma ini? Apakah ia seorang muslim atau kafir? Dia menjawab, "Seorang Muslim." Beliau bersabda: "Tidaklah seorang Muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman lalu tanaman tersebut dimakan oleh oleh manusia, binatang melata atau sesuatu yang lain kecuali hal itu bernilai sedekah untuknya." (H.R. Muslim) [11]

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ حَدَّثَهُ أَنَّ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ خَاصَمَ الزُّبَيْرَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شِرَاجِ الْحَرَّةِ الَّتِي يَسْقُونَ بِهَا النَّخْلَ فَقَالَ الْأَنْصَارِيُّ سَرِّحْ الْمَاءَ يَمُرُّ فَأَبَى عَلَيْهِ فَاخْتَصَمَا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلزُّبَيْرِ أَسْقِ يَا زُبَيْرُ ثُمَّ أَرْسِلْ الْمَاءَ إِلَى جَارِكَ فَغَضِبَ الْأَنْصَارِيُّ فَقَالَ أَنْ كَانَ ابْنَ عَمَّتِكَ فَتَلَوَّنَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ اسْقِ يَا زُبَيْرُ ثُمَّ احْبِسْ الْمَاءَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى الْجَدْرِ فَقَالَ الزُّبَيْرُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَحْسِبُ هَذِهِ الْآيَةَ نَزَلَتْ فِي ذَلِكَ فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ

dari 'Abdullah bin Az Zubair radliallahu 'anhuma bahwasanya dia menceritakan bahwa ada seorang dari kalangan Anshar bersengketa dengan Az Zubair di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang aliran air di daerah Al Harrah yang mereka gunakan untuk menyirami pepohonan kurma. Berkata, orang Anshar tersebut: "Bukalah air agar bisa mengalir?" Az Zubair menolaknya lalu keduanya bertengkar di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata, kepada Az Zubair: "Wahai Zubair, berilah air dan kirimlah buat tetanggamu". Maka orang Anshar itu marah seraya berkata; "Tentu saja kamu bela dia karena dia putra bibimu". Maka wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerah kemudian berkata: "Wahai Zubair, berilah air kemudian bendunglah hingga air itu kembali ke dasar ladang". Maka Az Zubair berkata: "Demi Allah, sungguh aku menganggap bahwa ayat ini turun tentang kasus ini, yaitu firman Allah: ("Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan…).[12] (H.R. Al-Bukhari) [13]

سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ كَانَ أَبُو طَلْحَةَ أَكْثَرَ الْأَنْصَارِ بِالْمَدِينَةِ مَالًا وَكَانَ أَحَبَّ أَمْوَالِهِ إِلَيْهِ بَيْرُحَاءَ وَكَانَتْ مُسْتَقْبِلَةَ الْمَسْجِدِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُهَا وَيَشْرَبُ مِنْ مَاءٍ فِيهَا طَيِّبٍ فَلَمَّا نَزَلَتْ { لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ } قَامَ أَبُو طَلْحَةَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ فِي كِتَابِهِ { لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ } وَإِنَّ أَحَبَّ أَمْوَالِي إِلَيَّ بَيْرُحَاءَ وَإِنَّهَا صَدَقَةٌ لِلَّهِ أَرْجُو بِرَّهَا وَذُخْرَهَا عِنْدَ اللَّهِ فَضَعْهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ حَيْثُ شِئْتَ فَقَالَ بَخٍ ذَلِكَ مَالٌ رَائِحٌ ذَلِكَ مَالٌ رَائِحٌ قَدْ سَمِعْتُ مَا قُلْتَ فِيهَا وَأَرَى أَنْ تَجْعَلَهَا فِي الْأَقْرَبِينَ قَالَ أَفْعَلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَسَمَهَا أَبُو طَلْحَةَ فِي أَقَارِبِهِ وَبَنِي عَمِّهِ

...dia mendengar Anas bin Malik radliallahu 'anhu berkata; Abu Tholhah adalah orang yang paling banyak hartanya dari kalangan Anshar di kota Madinah. Dan harta yang paling dicintainya adalah Bairuha' (ladang berikut sumur yang ada di kebun itu) yang menghadap ke masjid dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa mamemasuki kebun itu dan meminum airnya yang baik tersebut. Ketika turun firman Allah Ta'ala (QS Ali 'Imran: 93 [dengan basmallah] yang artinya): "Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai", Abu Tholhah mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata; "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah Ta'ala telah berfirman: "Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai", dan sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah Bairuha' itu dan aku menshadaqahkannya di jalan Allah dengan berharap kebaikan dan simpanan pahala di sisiNya, maka ambillah wahai Rasulullah kapanpun baginda mau". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Wah, inilah harta yang menguntungkan, inilah harta yang menguntungkan. Sungguh aku sudah mendengar apa yang kamu ucapkan dan aku berpendapat sebaiknya kamu shadaqahkan buat kerabatmu". Maka Abu Tholhah berkata: "Aku akan laksanakan wahai Rasululloloh. Maka Abu Tholhah membagi untuk kerabatnya dan anak-anak pamannya". (H.R. Al-Bukhari) [14]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ اقْتَنَى كَلْبًا لَيْسَ بِكَلْبِ صَيْدٍ وَلَا مَاشِيَةٍ وَلَا أَرْضٍ فَإِنَّهُ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِهِ قِيرَاطَانِ كُلَّ يَوْمٍ

...dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Barang siapa yang memelihara anjing yang bukan anjing pemburu dan anjing penjaga hewan ternak dan kebun maka akan berkurang dari pahalanya setiap hari sebanyak dua qirath." (H.R. An-Nasai) [15]

قُلْتُ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أُسْلِمُ فِي نَخْلٍ قَبْلَ أَنْ يُطْلِعَ قَالَ لَا قُلْتُ لِمَ قَالَ إِنَّ رَجُلًا أَسْلَمَ فِي حَدِيقَةِ نَخْلٍ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ أَنْ يُطْلِعَ النَّخْلُ فَلَمْ يُطْلِعْ النَّخْلُ شَيْئًا ذَلِكَ الْعَامَ فَقَالَ الْمُشْتَرِي هُوَ لِي حَتَّى يُطْلِعَ وَقَالَ الْبَائِعُ إِنَّمَا بِعْتُكَ النَّخْلَ هَذِهِ السَّنَةَ فَاخْتَصَمَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لِلْبَائِعِ أَخَذَ مِنْ نَخْلِكَ شَيْئًا قَالَ لَا قَالَ فَبِمَ تَسْتَحِلُّ مَالَهُ ارْدُدْ عَلَيْهِ مَا أَخَذْتَ مِنْهُ وَلَا تُسْلِمُوا فِي نَخْلٍ حَتَّى يَبْدُوَ صَلَاحُهُ

Aku berkata kepada Abdullah Ibnu Umar, "Aku melelangkan pohon kurma dengan sistem salam sebelum muncul buahnya! " Ibnu Umar menjawab, "Tidak boleh." Aku bertanya kepadanya, "Kenapa?" ia menjawab, "Pernah seorang laki-laki melelang kebun kurmanya pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebelum muncul buah kurmanya. Namun pada tahun itu buahnya tidak muncul sama sekali. Kemudian si pembeli berkata, "Dia tetap menjadi milikku hingga pohon itu berbuah. Tetapi si penjual berkata, "Aku hanya menjual pohon kurma ini setahun saja." Hingga keduanya cekcok dan mengadukannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau lantas bertanya kepada si penjual: "Apakah dia mengambil sesuatu dari pohon kurmamu? ia menjawab, "Tidak." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Lalu dengan alasan apa kamu menghalalkan hartanya? Kembalikanlah barang yang telah kamu ambil darinya. Dan janganlah kalian melelang pohon kurma sehingga nampak kematangan buahnya." (H.R. Ibnu Majah) [16]

Ucapan Selamat-Sejahtera dalam Alquran

Allah Ta'ala memberikan ucapan "Selamat Sejahtera" bagi para penghuni Surga,

سَلٰمٌ ۟ قَوۡلًا مِّنۡ رَّبٍّ رَّحِیۡمٍ ﴿۵۹﴾

"Selamat sejahtera” sebagai ucapan salam dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (QS Yaasin 36:59)

Kesejahteraan hakiki adalah ketika seseorang dikenal sebagai ahli Surga dan para utusan Allah memberikan sambutan, "Selamat dan Sejahtera". Hal ini tergambar dari ayat berikut,

وَبَیۡنَہُمَا حِجَابٌ ۚ وَعَلَی الۡاَعۡرَافِ رِجَالٌ یَّعۡرِفُوۡنَ کُلًّۢا بِسِیۡمٰہُمۡ ۚ وَنَادَوۡا اَصۡحٰبَ الۡجَنَّۃِ اَنۡ سَلٰمٌ عَلَیۡکُمۡ ۟ لَمۡ یَدۡخُلُوۡہَا وَہُمۡ یَطۡمَعُوۡنَ ﴿۴۷﴾

Dan di antara keduanya ada tabir. Dan, di atas tempat-tempat Tinggi di surga ada orang-orang lelaki yang akan mengenal semuanya dengan tanda-tanda di wajah mereka. Dan mereka akan berseru kepada penghuni surga, “Selamat sejahtera bagimu.” Mereka itu belum lagi masuk ke dalamnya, namun mereka sangat berhasrat memasukinya. (QS Al A'raf: 7:47)

Selain itu para penghuni Surga juga senantiasa saling menyapa dengan kata, "Selamat Sejahtera". Ini tergambar dari ayat berikut,

دَعۡوٰٮہُمۡ فِیۡہَا سُبۡحٰنَکَ اللّٰہُمَّ وَتَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ ۚ وَاٰخِرُ دَعۡوٰٮہُمۡ اَنِ الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿٪۱۱﴾

Seruan mereka di dalamnya, “Mahasuci Engkau, ya Allah!” Dan ucapan penghormatan mereka satu sama lain di dalamnya, “Selamat sejahtera.” Dan akhir seruan mereka, “Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.” (QS Yunus 10:11)

وَاُدۡخِلَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا بِاِذۡنِ رَبِّہِمۡ ؕ تَحِیَّتُہُمۡ فِیۡہَا سَلٰمٌ ﴿۲۴﴾

Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan dimasukkan ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka akan kekal di dalamnya dengan izin Tuhan mereka. Salam mereka di dalamnya satu sama lain ialah, “Selamat sejahtera bagimu.” (QS Ibrahim 14:24)

Penjelasan: Di surga itu orang-orang akan bertasbih kepada Tuhan atas kemauannya sendiri dan secara naluri, sebab di sana hakikat benda-benda itu akan nampak kepada manusia dan mereka akan menyadari, bahwa setiap pekerjaan Tuhan dialasi oleh kebijaksanaan yang mendalam. Kesadaran itu akan menyebabkan mereka secara naluri dan dengan serta merta berseru, “Mahasuci Engkau, ya Allah!” Ayat ini menegaskan juga, bahwa kesudahan orang-orang mukmin itu senantiasa senang-bahagia. Mereka itu melahirkan kegembiraannya dengan menyanjung kemuliaan Tuhan.

Malaikat juga mengucapkan selamat Sejahtera bagi para penghuni Surga,

جَنّٰتُ عَدۡنٍ یَّدۡخُلُوۡنَہَا وَمَنۡ صَلَحَ مِنۡ اٰبَآئِہِمۡ وَاَزۡوَاجِہِمۡ وَذُرِّیّٰتِہِمۡ وَالۡمَلٰٓئِکَۃُ یَدۡخُلُوۡنَ عَلَیۡہِمۡ مِّنۡ کُلِّ بَابٍ ﴿ۚ۲۴﴾
سَلٰمٌ عَلَیۡکُمۡ بِمَا صَبَرۡتُمۡ فَنِعۡمَ عُقۡبَی الدَّارِ ﴿ؕ۲۵﴾

Kebun-kebun yang abadi. Mereka akan masuk ke dalamnya dan barangsiapa yang saleh dari antara bapak-bapak mereka, istri-istri mereka dan keturunan mereka. Dan malaikat-malaikat akan masuk ke tempat-tempat mereka dari setiap pintu, sambil berkata,

Selamat sejahtera atasmu, sebab kamu telah bersabar; maka lihatlah betapa baiknya ganjaran tempat kesudahan itu!” (QS Ar-Ra'd 13:24-25)

الَّذِیۡنَ تَتَوَفّٰٮہُمُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ طَیِّبِیۡنَ ۙ یَقُوۡلُوۡنَ سَلٰمٌ عَلَیۡکُمُ ۙ ادۡخُلُوا الۡجَنَّۃَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿۳۳﴾

Orang-orang yang para malaikat mewafatkan mereka, sedangkan mereka ada dalam keadaan suci, mereka berkata, “Selamat sejahtera atas kamu! Masukilah surga karena apa yang telah kamu kerjakan.” (QS An-Nahl 16:33)

وَسِیۡقَ الَّذِیۡنَ اتَّقَوۡا رَبَّہُمۡ اِلَی الۡجَنَّۃِ زُمَرًا ؕ حَتّٰۤی اِذَا جَآءُوۡہَا وَفُتِحَتۡ اَبۡوَابُہَا وَقَالَ لَہُمۡ خَزَنَتُہَا سَلٰمٌ عَلَیۡکُمۡ طِبۡتُمۡ فَادۡخُلُوۡہَا خٰلِدِیۡنَ ﴿۷۴﴾

Dan orang-orang bertakwa akan digiring kepada Tuhan mereka ke dalam surga dalam rombongan-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya pintu-pitunya akan dibukakan, dan penjaga-penjaganya akan berkata kepada mereka, ”Selamat sejahtera atasmu, berbahagialah kamu, maka masuklah ke dalamnya untuk selama-lamanya.” (QS Az-Zumar 39:74)

Ucapan Hamba Allah sejati adalah senantiasa menyampaikan kalimat, "Salam dan Sejahtera". Ini tergambar dari ayat berikut,

وَعِبَادُ الرَّحۡمٰنِ الَّذِیۡنَ یَمۡشُوۡنَ عَلَی الۡاَرۡضِ ہَوۡنًا وَّاِذَا خَاطَبَہُمُ الۡجٰہِلُوۡنَ قَالُوۡا سَلٰمًا ﴿۶۴﴾

Dan hamba-hamba sejati Tuhan Yang Rahman ialah mereka yang berjalan di muka bumi dengan merendahkan diri; dan apabila orang-orang jahil menegur mereka, mereka mengucapkan, “Sejahtera.” (QS Al-Furqan 25:64)

Hal yang sama diungkapkan oleh ayat ini,

وَاِذَا سَمِعُوا اللَّغۡوَ اَعۡرَضُوۡا عَنۡہُ وَقَالُوۡا لَنَاۤ اَعۡمَالُنَا وَلَکُمۡ اَعۡمَالُکُمۡ ۫ سَلٰمٌ عَلَیۡکُمۡ ۫ لَا نَبۡتَغِی الۡجٰہِلِیۡنَ ﴿۵۶﴾

Dan apabila mereka mendengar percakapan yang sia-sia, mereka berpaling darinya dan berkata, “Bagi kami amal kami dan bagi kamu amalmu. Selamat sejahtera atas kamu. Kami tidak menghendaki pertalian dengan orang-orang jahil.” (QS Al-Qashash 28:56)

وَقِیۡلِہٖ یٰرَبِّ اِنَّ ہٰۤؤُلَآءِ قَوۡمٌ لَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۘ۸۹﴾
فَاصۡفَحۡ عَنۡہُمۡ وَقُلۡ سَلٰمٌ ؕ فَسَوۡفَ یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٪۹۰﴾

Dan ingatlah pada waktu rasul berkata, “Wahai Tuhan-ku, sesungguhnya mereka ini kaum yang sama sekali tidak akan beriman.”

Dan jawaban Kami adalah,“Maka berpalinglah kamu dari mereka, dan ucapkanlah, “Salam sejahtera;” Maka mereka segera akan mengetahui." (QS Az-Zukhruf 43:89-90)

Ucapan selamat sejahtera juga diberikan kepada para Utusan Allah Ta'ala,

"Selamat sejahtera atas Nuh bagi seluruh alam." (QS Ash-Shaaffaat 37:80)

"Salam sejahtera atas Ibrahim!" (QS Ash-Shaaffaat 37:110)

"Salam sejahtera atas Musa dan Harun." (QS Ash-Shaaffaat 37:121)

"Salam sejahtera atas Ilyas dan kaumnya!" (QS Ash-Shaaffaat 37:131)

"Dan salam sejahtera kepada para rasul." (QS Ash-Shaaffaat 37:182)

Pertanian

Beberapa Kendala Pertanian

  1. Tanah pertanian yang menyempit [17] karena pertambahan penduduk,[18] khususnya di Pulau Jawa. Sedangkan di luar Jawa lahan luas namun penduduknya sedikit.[17]
  2. Alih fungsi dan fragmentasi lahan pertanian.[19]
  3. Rusaknya infrastruktur/jaringan irigasi.[19]
  4. Kualitas tanah banyak yang mulai rusak. Hal Ini karena penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan. Banyak petani yang tidak menghiraukan bagaimana nasib tanah ke depan.[17]
  5. Modal yang terbatas.[17]
  6. Petani di Indonesia cenderung tertinggal dalam penyerapan teknologi yang berkembang.[17]
  7. Petani Indonesia belum terbiasa mengatur aspek bisnis dalam kegiatan pertaniannya.[17]
  8. Penyusutan hasil panen bisa mencapai 10% karena pengolahan pascapanen tidak efisien.[17]
  9. Perubahan iklim.[18]
  10. Penurunan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian.[18]
  11. Makin berkurang dan mahalnya upah tenaga kerja pertanian.[19]
  12. Belum terpenuhinya kebutuhan pupuk dan benih sesuai rekomendasi spesifik lokasi.[19]

Referensi

  1. 1,0 1,1 Kamus Almaany - Kata za-ro-'a diakses 2-Feb-2022
  2. Dikutip dari laporan rutin Sekretaris Ziroat Jemaat Lokal kepada Pengurus Besar JAI.
  3. 3,0 3,1 Rule and Regulation 2008 Edisi Revisi
  4. Catatan kaki No. 244 (dalam QS Al-Baqarah ayat 206) dari Alquran dengan Terjemah dan Tafsir singkat terbitan Jemaat Ahmadiyah Indonesia.
  5. Pencarian kata ja-na-tun dalam OpenQuran.com
  6. Kamus Besar Bahasa Indonesia - Kata sejahtera
  7. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Adab, Bab Mengafirkan dengan tanpa klarifikasi atau jahil (tautan)
  8. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Muzara'ah (pertanian), Bab Para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam saling menolong sesama mereka dalam bercocok tanam (tautan)
  9. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Syarat-syarat, Bab Syarat-syarat dalam mua'malah (tautan)
  10. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Syarat-syarat, Bab Syarat-syarat dalam muzara'ah (tautan)
  11. Hadits Shahih Muslim, Kitab Pengairan, Bab keutamaan bercocok tanam (tautan)
  12. QS An-Nisa ayat 66 (dengan basmallah)
  13. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Musaqah (mengairi tanaman), Bab Menutup sungai-sungai (tautan)
  14. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Wakalah (perwakilan), Bab Jika seseorang berkata kepada wakilnya 'Letakkanlah barang tersebut di tempat yang Allah inginkan',... (tautan)
  15. Hadits Sunan An-Nasa'i, Kitab Buruan dan Sembelihan, Bab Rukhsah memelihara anjing untuk menjaga tanaman (perkebunan) (tautan)
  16. Hadits Sunan Ibnu Majah, Kitab Perdagangan, Bab Jual beli salam pada kurma yang belum berbuah (tautan)
  17. 17,0 17,1 17,2 17,3 17,4 17,5 17,6 Pernyataan Ketua Umum DPP Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko yang telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Moeldoko Sebut 5 Masalah Pertanian, Lahan Sempit hingga Harga Rendah" , Penulis: Cahya Puteri Abdi Rabbi. Editor: Pingit Aria
  18. 18,0 18,1 18,2 Pernyataan Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan Agung Hendriadi pada Forum Diskusi Pangan Nasional 2018 "Future Open The Rice" di Botani Square Bogor, Sabtu (1/12) yang diselenggarakan oleh Pendidikan Vokasi Institut Pertanian Bogor. (tautan)
  19. 19,0 19,1 19,2 19,3 Pernyataan Surachman, Kepala Pusat Pelatihan Pertanian di Kementerian Pertanian (tautan).