Khotbah-huzur-20220429: Perbedaan revisi
(←Membuat halaman berisi 'Ringkasan Khutbah Jum’at Kutipan dari Khutbah Jum'at yang disampaikan oleh Hadhrat Khalīfatul-Masīh V aba pada 29 April 2022 di Masjid Mubarak Islāmabad, Tilford,...') |
(Tidak ada perbedaan)
|
Revisi per 6 Mei 2022 02.18
Ringkasan Khutbah Jum’at Kutipan dari Khutbah Jum'at yang disampaikan oleh Hadhrat Khalīfatul-Masīh V aba pada 29 April 2022 di Masjid Mubarak Islāmabad, Tilford, Inggris.
Setelah membaca tasyahud, ta'awudz dan surah al-Fatihah, Yang Mulia Hadhrat Khalifatul Masih Al-Khamis, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba. bersabda bahwa bulan Ramadhan telah tiba dan orang-orang beriman berusaha semaksimal mungkin untuk menuai berkah dari bulan ini. Dalam dua atau tiga hari mendatang, bulan ini akan segera berakhir.
Akhir dari Ramadhan Bukan Berarti Akhir Dari Tanggung Jawab
Hudhur aba. bersabda bahwa seorang mukmin sejati hendaknya senantiasa ingat bahwa kita tidak menjadi otomatis terbebas dari tanggung jawab-tanggung jawab kita dengan berakhirnya bulan Ramadhan ini. Bahkan, justru kedatangan Ramadhan ini adalah untuk menarik perhatian kita agar kita dapat memenuhi tugas dan kewajibankewajiban kita dan sejauh mana kewajiban tersebut harus dipenuhi. Meskipun puasa di bulan Ramadhan ini mungkin akan segera berakhir, akan tetapi justru ini adalah awal dari pemenuhan tanggung jawab kita dengan standar yang baru.
Hudhur aba. bersabda bahwa jika kita masih saja lalai terhadap bagaimana caranya agar kita tetap memenuhi tugas dan tanggung jawab kita setelah bulan Ramadhan ini usai, maka sesungguhnya kita tidak menjalani Ramadhan dengan cara seperti yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw. satu kali pernah bersabda bahwa antara shalat/ibadah yang dikerjakan diantara satu jumat ke jumat berikutnya dan satu Ramadhan ke Ramadhan berikutnya akan menjadi sarana penghapus dosa-dosa yang dilakukan di antara hari-hari tersebut, selama orang itu tidak melakukan dosa-dosa besar. Hendaknya diingat bahwa dengan tidak bertobat dari dosa dan kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya juga termasuk ke dalam dosa besar. Oleh karena itu, bertobat merupakan satu hal yang sangat penting. Jika kita tidak melewatkan sisa tahun ini dengan cara seperti itu, maka kita tidak akan meraih manfaat yang sesungguhnya dari bulan Ramadhan ini.
Mendirikan Shalat Tidak Terbatas di Bulan Tertentu saja
Hudhur aba. bersabda bahwa kita beruntung karena Hadhrat Masih Mau'ud as. telah menjelaskan hal tersebut kepada kita, dan mengajari kita bagaimana caranya untuk memenuhi hak-hak Allah Ta’ala dan juga ciptaan-Nya. Pada dasarnya, beliau as. telah memberi kita pedoman tentang bagaimana menjalani hidup kita. Dan jika kita mengikuti pedoman ini, maka kita akan melangkah di jalan ketakwaan dan kebaikan yang semakin meningkat, yaitu jalan yang akan menuntun kita dari satu Ramadhan ke Ramadhan berikutnya. Hudhur aba. bersabda bahwa selama bulan Ramadhan ini, perhatian kita terhadap shalat wajib 5 waktu hendaknya harus semakin meningkat. Akan tetapi, mendirikan shalat wajib tidak hanya terbatas di bulan Ramadhan saja.
Hudhur aba. mengutip tulisan Hadhrat Masih Mau'ud as. yang menjelaskan bahwa meninggalkan shalat sama saja dengan kekafiran dan menyekutukan Allah Ta’ala. Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa pada Hari Pembalasan nanti, pertanyaan pertama yang akan ditanyakan kepada umat Muslim adalah tentang shalat mereka. Oleh karena itu, inilah pentingnya mendirikan shalat, yaitu ibadah yang tidak hanya terbatas pada bulan Ramadhan saja.
Meraih Kelezatan di Dalam Shalat
Hudhur aba. bersabda bahwa Hadhrat Masih Mau'ud as. telah menjelaskan mengenai bagaimana caranya agar kita dapat benar-benar mendapatkan manfaat dari shalat-shalat kita, yaitu shalat yang sedemikian rupa dapat meningkatkan kecintaan kita kepada Allah Ta’ala. Kita harus terus-menerus berusaha semaksimal mungkin untuk meraih keberkatan dan juga kenikmatan di dalam shalat-shalat yang kita lakukan. Janganlah seperti ini, yaitu ketika kesulitan-kesulitan duniawi menimpa kita, barulah kita menghamparkan sajadah kita atau pergi ke masjid dan berdoa dengan penuh kekhusyuan hanya untuk jangka waktu tertentu. Shalat seperti itu tidak akan dapat memberikan manfaat apa pun. Hanya mendirikan shalat semacam itu di bulan Ramadhan juga tidaklah bermanfaat sama sekali.
Hudhur aba. mengutip sabda Hadhrat Masih Mau'ud as. yang menjelaskan bahwa sebagian orang menganggap shalat itu seperti layaknya pajak yang harus dibayarkan kepada seorang raja. Mereka menganggap bahwa shalat itu adalah sesuatu yang dipaksakan kepada mereka untuk dilakukan. Namun, kenyataannya adalah bahwa shalat itu dilakukan semata-mata adalah untuk kepentingan mereka sendiri. Shalat sebenarnya adalah sesuatu yang berkaitan dengan cinta. Ketika seseorang meningkatkan kecintaannya kepada Allah Ta’ala dan juga kepada ibadah-ibadah yang dilakukan untuk-Nya, maka ia akan benar-benar dapat meraih manfaat dan menemukan kenikmatan di dalam shalat. Namun, alasan mengapa umat Muslim tidak dapat menegakkan shalat yang semacam itu adalah karena shalat kini telah menjadi semacam ritual belaka yang kehilangan ruh yang sesungguhnya. Mendirikan shalat hanya sekedar layaknya ritual belaka seperti itu tidak akan dapat membawa kenikmatan apa pun di dalam shalat-shalat tersebut. Padahal sesungguhnya, Allah Ta’ala telah menganugerahkan kepada manusia kemampuan untuk menemukan dan merasakan kenikmatan di dalam segala hal, termasuk di dalam shalat. Oleh karena itu, shalat bukanlah pajak, melainkan adalah ibadah yang di dalamnya seseorang dapat mendapatkan dan merasakan kenikmatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan hal-hal lainnya. Orang yang malang adalah mereka yang tidak dapat merasakan kelezatan di dalam shalat dan ibadah-ibadah mereka. Bagaimana mungkin mereka dapat merasakan kelezatan tersebut jika mereka saja tidak memiliki ilmu makrifat yang hakiki mengenai Allah Ta’ala dan keruhaniaannya pun telah rusak akibat ditelan oleh keduniawian.
Mengapa Tidak Fokus Dalam Shalat
Hadhrat Masih Mau'ud as. menyampaikan bahwa alasan mengapa orang-orang melakukan shalat dengan kurang konsentrasi adalah karena mereka tidak menyadari karunia dan kelezatan yang terkandung di dalam shalat. Sebaliknya, begitu mendengar adzan, ada beberapa yang dengan enggan pergi ke Masjid dan menunaikan shalat hanya untuk riya semata. Hal ini dikarenakan mereka belum pernah mendapatkan atau merasakan kenikmatan yang terkandung di dalam shalat. Orang-orang yang lebih merasakan kenikmatan dan kelezatan dengan tetap tertidur ketika tiba waktunya untuk shalat adalah karena mereka tidak menyadari kelezatan dan kenikmatan yang dapat dirasakan di dalam shalat. Oleh karena itu, kita juga harus berdoa agar dapat merasakan kenikmatan dan kelezatan di dalam shalat.
Hudhur aba. menyampaikan contoh yang diberikan oleh Hadhrat Masih Mau'ud as. tentang seorang pemabuk. Hadhrat Masih Mau'ud as. bersabda bahwa seorang pemabuk mencari kesenangan serta kepuasan dengan cara mabuk, sehingga ia akan terus minum minuman keras sampai ia mencapai tujuannya (yaitu mabuk). Layaknya pemabuk itu, ada semacam kondisi “mabuk” dalam konteks ruhani dan juga kelezatan yang terkandung di dalam shalat. Akan tetapi ia harus terus berdoa untuk mendapatkan dan merasakan kelezatan tersebut.
Hudhur aba. bersabda bahwa ada orang-orang yang meskipun telah mendirikan shalat, akan tetapi masih saja melakukan kejahatan dan keburukan. Hadhrat Masih Mau'ud as. bersabda bahwa orang-orang seperti itu, melakukan shalat hanya karena kebiasaan dan ritual belaka. Shalat yang benar seharusnya dapat menghilangkan keburukan dan kejahatan. Oleh karena itu, janganlah berdoa hanya untuk kebutuhankebutuhan duniawi semata, tetapi kita juga harus berdoa agar dapat memperoleh kemajuan ruhani. Sama halnya seperti seseorang yang terus-menerus berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya, demikian juga seseorang harus terus berdoa agar segala kelemahan-kelemahannya dapat dihilangkan sehingga ia dapat memperoleh kemajuan ruhani.
Pentingnya Berdoa Sewaktu Shalat
Hudhur aba. bersabda bahwa esensi sejati dari ibadah adalah shalat. Hadhrat Masih Mau'ud as. bersabda bahwa kita harus mendirikan shalat sebagaimana shalat yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad saw., diantaranya yaitu dengan berdoa menggunakan bahasa kita sendiri, setelah membaca bacaan-bacaan shalat dan doa yang telah ditentukan. Di masa ini, banyak orang yang telah merusak shalat mereka, di mana mereka menunaikan shalat dengan penuh ketergesa-gesaan dan kemudian duduk setelahnya dalam jangka waktu yang cukup lama sembari mengangkat tangan mereka untuk berdoa. Padahal, intisari dan ruh dari shalat yang sebenarnya adalah doa, bukannya dengan berdoa setelah menyelesaikan shalatnya itu. Manfaat apa yang bisa didapat oleh seseorang yang berdiri di hadapan seorang raja tetapi ia tidak mengatakan apa-apa. Dan segera setelah dia pergi meninggalkan sang raja itu, barulah dia mulai menyampaikan permohonan-permohonan untuk segala kebutuhannya. Oleh karena itu, doa-doa kita dan segala bentuk permohonan yang ingin kita panjatkan hendaknya kita lakukan sewaktu kita mendirikan shalat.
Janganlah Shalat Dengan Tergesa-gesa
Hudhur aba. bersabda bahwa cara shalat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. kepada kita adalah sebagai berikut. Suatu ketika, Nabi Muhammad saw. mengajarkan seseorang bagaimana caranya mendirikan shalat dengan benar. Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa ia harus mengagungkan Allah Ta’ala ketika memulai shalat (takbiratul Ihram), kemudian membaca surah al-Fatihah, dilanjutkan dengan ayat atau surah lainnya dari Al-Qur'an. Setelah itu, ia harus membungkuk (ruku) dengan sempurna selama jangka waktu tertentu yang wajar, tidak tergesa-gesa. Kemudian, berdiri dan sujud dengan penuh ketenangan. Setelah itu, duduk kembali dengan sempurna, tidak tergesa-gesa, dan kemudian sujud lagi dengan cara yang benar dan perlahan-lahan. Jadi, Nabi Muhammad saw. mengajarkan kepada kita bahwasanya shalat harus dikerjakan dengan penuh kehati-hatian dan penuh konsentrasi serta tidak tergesa-gesa.
Menggabungkan Ramadhan Satu Dengan Ramadhan Lainnya Dengan Al-Qur’an
Hudhur aba. bersabda bahwa cara lainnya untuk menggabungkan satu Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya adalah dengan fokus kepada tilawat Al-Qur'an. Hadhrat Masih Mau'ud as. berkata bahwa kata "Al-Qur'an" mengandung suatu nubuatan agung yaitu bahwa hanya Kitab ini sajalah yang layak untuk dibaca. Selain itu, akan datang suatu masa di mana akan menjadi jauh lebih penting lagi untuk semakin berpegang teguh dan membaca Kitab ini. Akan datang suatu masa di mana semua Kitab-kitab lainnya akan ditinggalkan, dan satu-satunya Kitab yang harus dibaca dan direnungkan untuk menghilangkan segala bentuk keburukan dan kejahatan di dunia ini adalah AlQur'an semata. Oleh karena itu, Hadhrat Masih Mau'ud as. bersabda bahwa Jemaat ini harus senantiasa berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan mempelajarinya, karena di sinilah letak kemenangan kita dan tidak ada kegelapan yang dapat berdiri melawan kemilau cahayanya.
Menjaga Keimanan Di Segala Kondisi
Hudhur aba. bersabda bahwa untuk dapat melanjutkan kebaikan yang telah dilakukan sebelumnya, Hadhrat Masih Mau'ud as. menasehati kita untuk senantiasa berupaya menjaga keimanan kita dalam segala macam keadaan. Ada orang-orang yang bai’at menerima Islam tetapi begitu larut dan tenggelam dalam pekerjaan-pekerjaan dan bisnis duniawi. Menjaga keimanan tidaklah berarti bahwa kita tidak boleh melakukan pekerjaan-pekerjaan duniawi. Para sahabat juga menjalankan bisnis dan mereka sangat sukses. Namun, mereka melakukannya sambil menjaga dan mempertahankan keimanan mereka. Oleh karena itu, kita tidak boleh terlalu larut dan tenggelam dalam pekerjaanpekerjaan duniawi kita. Ada juga golongan orang-orang yang selalu memikirkan kemajuan agama mereka, di mana hal itu merupakan suatu pekerjaan yang sangat baik, seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur'an:
“Hai orang-orang yang beriman! Maukah Aku tunjukkan kepadamu perdagangan yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?” (QS. Ash-Shaf 61:11)
Oleh karena itu, jenis perdagangan yang terbaik adalah yang berkaitan dengan agama, yang harus didahulukan dibandingkan dengan segala hal lainnya. Tentu saja seseorang dapat juga berdoa untuk kesuksesan duniawi mereka, akan tetapi dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak mengorbankan agama dan keimanan mereka serta tidak membiarkan setan mengalahkan mereka
Hudhur aba. menyampaikan bahwa untuk menjaga ruh dan semangat Ramadhan di sepanjang tahun, Hadhrat Masih Mau'ud as. bersabda bahwasanya kita hendaknya harus terus bersikap baik dan sabar kepada orang lain. Ada orang yang melihat kelemahan orang lain dan sebagai akibatnya, ia mulai memandang rendah dan menghina mereka. Padahal seharusnya mereka hendaknya berdoa untuk orang-orang semacam itu, bersikap baik kepada mereka dan mencoba membantu mereka, bukannya justru menghina mereka. Sebaliknya, kita harus berupaya untuk menutupi kesalahan mereka dan mencoba membantu mereka. Sebuah jemaat yang sejati baru akan tegak berdiri apabila orang-orang berlaku baik satu sama lain dan saling menutupi kesalahan satu sama lain. Cinta yang terdapat di dalam Jemaat ini seyogyanya harus jauh lebih besar dibandingkan dengan cinta di antara saudara kandung. Hubungan persaudaraan yang begitu kuat di antara para sahabat, yang telah ditegakkan oleh Nabi Muhammad saw. tidak akan dapat diperoleh, meskipun dibayar dengan segunung emas sekalipun. Seperti itulah bentuk persaudaraan dan persahabatan yang yang ingin dibangun di dalam Jemaat ini oleh Hadhrat Masih Mau'ud as.
Hudhur aba. mengutip sabda Hadhrat Masih Mau'ud as. yang menyampaikan bahwa di dalam Jemaat kita, kita tidak membutuhkan orang-orang yang cukup kuat untuk memindahkan gunung-gunung, karena itu bukanlah kekuatan yang sebenarnya. Kekuatan sejati adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk meningkatkan dan menciptakan revolusi akhlak dalam diri mereka. Seseorang harus memiliki kekuatan untuk mengendalikan kemarahan dan ego mereka. Hadhrat Masih Mau'ud as. bersabda bahwa beliau as. tidak menginginkan seorang pun dari umatnya memandang rendah satu sama lain dan menganggap diri mereka lebih mulia dibandingkan dengan yang lainnya. Hudhur aba. bersabda bahwa para pengurus, khususnya, harus sangat berhati-hati agar mereka berbicara dengan semua orang dengan cara yang sangat baik dan lemah lembut. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang boleh dipandang lebih rendah daripada orang lain. Allah Ta’ala berfirman:
“..... Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa......” (QS. Al-Hujurat 49:14)
Tetap Bersatu dan Mewujudkan Rasa Cinta Kita Kepada Allah Ta’ala
Hudhur aba. bersabda bahwa oleh karena itu, salah satu cara untuk menjaga semangat Ramadhan ini adalah dengan selalu bersikap baik satu sama lain dan menghilangkan segala bentuk permusuhan satu sama lain. Hadhrat Masih Mau'ud as. mengajarkan kepada kita agar senantiasa bersatu dan inilah salah satu alasan mengapa kita berdiri bersama-sama dalam shaf ketika mendirikan shalat. Hudhur aba. menambahkan bahwa dikarenakan kondisi dunia saat ini (covid-19) dan protokol kesehatan yang berlaku sehingga menyebabkan kita mendirikan shalat dengan shaf yang berjarak satu sama lain. Namun, ketika dunia kembali normal, maka demikian juga cara kita berdiri untuk mendirikan shalat pun akan kembali normal, yaitu sebagaimana cara shalat berjamaah yang normal adalah berdiri dengan menempelkan bahu satu sama lain.
Hudhur aba. mengutip Hadhrat Masih Mau'ud as. di mana beliau as. beliau as. bersabda bahwa untuk menegakkan tauhid Ilahi di muka bumi ini, kita harus memahami hal tersebut. Dan untuk memahaminya, kita harus menunjukkan dan mewujudkan rasa cinta kita kepada-Nya. Dengan hanya berkata bahwa sesuatu itu manis, tidaklah otomatis membuatnya manis, melainkan ia harus diolah dan dibuat sedemikian rupa sehingga rasanya memang benar-benar manis. Oleh karena itu, kata-kata harus disertai dengan tindakan. Jadi, bukan hanya perkataan kita saja, tetapi juga segala perilaku dan tindakan kita juga harus menunjukkan rasa cinta kita kepada Allah Ta’ala. Sama halnya seperti Nabi Ibrahim as., kita harus siap sedia untuk mempersembahkan pengorbanan dalam bentuk apa pun dan tetap istiqamah, tidak peduli seberapa pun besarnya bencana dan kesulitan yang menimpa kita, serta tetap taat dan setia kepada Allah Ta’ala.
Hudhur aba. bersabda bahwa kita harus berusaha setiap hari untuk menjadi lebih dekat dengan Allah Ta’ala, dengan cara shalat, membaca Al-Qur'an, memenuhi hakhak satu sama lain, dan berjuang untuk menegakkan tauhid Ilahi. Tujuan yang sesungguhnya adalah untuk menegakkan tauhid Ilahi, yang merupakan tujuan utama dari kedatangan Hadhrat Masih Mau'ud as. Jika kita tidak memahami hal tersebut, maka bai’at kita tidak akan bermanfaat sama sekali bagi diri kita. Seseorang tidak akan dapat berhasil dalam hidupnya sebelum ia berhasil meraih kecintaan dan keridhaan Allah Ta’ala. Dan, seseorang tidak akan dapat meraih kecintaan dan keridhaan Allah Ta’ala sebelum ia mengikuti ajaran dan sunnah yang telah ditetapkan oleh Nabi Muhammad saw.
Hudhur aba. bersabda bahwa kita harus mengadakan reformasi/perubahan yang sejati di dalam diri kita. Kita harus mempertahankan pelajaran-pelajaran yang telah kita pelajari selama bulan Ramadhan ini dan kemudian berusaha untuk melanjutkannya di sepanjang tahun yang tersisa. Jika kita terus mengikuti petunjuk yang telah diberikan oleh Hadhrat Masih Mau'ud as., maka kita akan menjadi orang-orang yang memenuhi tujuan baiat kita kepada beliau as.
Seruan Untuk Berdoa
Hudhur aba. kembali mendesak seluruh anggota Jemaat untuk senantiasa terus berdoa bagi kondisi dunia saat ini. Semoga negara-negara yang menyulut api permusuhan satu sama lain ini dapat mempertimbangkan kembali keputusan mereka dan dapat menghentikan peperangan yang tengah berlangsung ini, dikarenakan dunia saat ini tengah menuju kehancurannya. Mereka hanya akan dapat melakukan hal tersebut apabila mereka mengenali Pencipta mereka.
Hudhur aba. mendesak semua orang untuk berdoa bagi para tahanan Ahmadi di seluruh dunia, di Pakistan, Afghanistan, Aljazair dan di berbagai negara lainnya. Semoga Allah Ta’ala memperbaiki kondisi mereka.
Shalat Jenazah
Hudhur aba. bersabda bahwa beliau aba. akan memimpin shalat jenazah bagi anggota Jemaat yang wafat berikut ini:
Abdul Baqi Arshad yang pernah menjabat sebagai ketua Al-Shirkatul Islamiyyah Inggris. Beliau wafat pada tanggal 27 April. Almarhum adalah cicit dari Hadhrat Mian Chiragh Din ra., seorang sahabat Hadhrat Masih Mau'ud as. Almarhum tinggal selama beberapa waktu di Arab Saudi. Selama tinggal di sana, almarhum dapat mengkhidmati anggota Jemaat yang melakukan perjalanan umrah dan haji. Almarhum juga dipenjara di Arab Saudi karena keyakinannya terhadap Ahmadiyah. Almarhum ditawari kebebasan jika ia keluar dari keyakinannya itu. Akan tetapi, almarhum menolak untuk melakukannya. Almarhum berkhidmat di Inggris dalam berbagai jabatan, termasuk sebagai Sekretaris Jaidad dan Wakil Presiden Nasional (Amir). Almarhum meninggalkan dua orang putra dan dua orang putri. Almarhum adalah sosok yang tidak egois dan tidak pernah mempedulikan diri sendiri. Almarhum merupakan seorang pemimpin yang bekerja dengan penuh kerendahan hati. Hudhur aba. bersabda bahwa almarhum bekerja dengan sangat baik sampai hari-hari terakhir almarhum. Almarhum adalah orang yang sangat patuh dan setia kepada Khilafat dan siap sedia mematuhi setiap petunjuk dan instruksi yang diterima dari Khalifah. Hudhur aba. berdoa semoga Allah Ta’ala menganugerahkan rahmat dan karunia serta maghfirahNya kepada almarhum serta menjaga keturunan almarhum agar tetap setia kepada Jemaat.
Catatan
Diringkas oleh: The Review of Religions
Diterjemahkan oleh: IHR