Shalawat: Perbedaan revisi
(←Membuat halaman berisi '=== Pengertian Shalawat === Shalawat berasal dari bahasa arab, yaitu yaitu dari kata (صَلَوَاتٌ) yang merupakan isim-jamak (kata benda jamak) yang berarti ke...') |
(Tidak ada perbedaan)
|
Revisi per 24 Agustus 2022 13.52
Pengertian Shalawat
Shalawat berasal dari bahasa arab, yaitu yaitu dari kata (صَلَوَاتٌ) yang merupakan isim-jamak (kata benda jamak) yang berarti kehormatan dan shalat-shalat [[1]]
Membaca selawat untuk nabi, memiliki maksud mendoakan atau memohonkan berkah kepada Allah (swt) untuk nabi dengan ucapan, pernyataan serta pengharapan, semoga beliau (saw) keadannya sejahtera (beruntung, tak kurang suatu apapun, keadaannya tetap baik dan sehat).
Doa Shalawat setiap kali nama Nabi Muhammad (saw) atau Rasulullah (saw) disebutkan yaitu,
صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Shallalloohu 'alayhi wa sallam (yang lazim disingkat dengan 'saw') [[2]].
Menurut kaidah Bahasa Indonesia, kata bakunya adalah Selawat. Sedangkan bentuk tidak bakunya yaitu: salawat, salwat, solawat, sholawat. Secara etimologi, Selawat berarti permohonan kepada Tuhan, doa dan doa kepada Allah untuk Nabi Muhammad saw. beserta keluarga dan sahabatnya. Membaca selawat artinya berdoa memohon berkat Tuhan. [[3]]
Hadhrat Masih Mau'ud (as) menjelaskan tentang falsafah dari Shalawat,
Apa shalawat itu? Shalawat itu adalah menggerakkan Arasy; (dari) Yang Mulia Rasulullah (saw) yang darinya aliran-aliran nur keluar, barangsiapa yang ingin meraih karunia Allah dan berkat-Nya, maka dia harus banyak-banyak membaca shalawat, sehingga terjadi gerakan di dalam berkat dan karunia itu. [[4]] [[5]]
Ayat-ayat Alquran tentang Shalawat
Allah Ta'ala secara langsung telah memerintahkan kita bershalawat kepada Rasulullah (saw),
اِنَّ اللّٰہَ وَمَلٰٓئِکَتَہٗ یُصَلُّوۡنَ عَلَی النَّبِیِّ ؕ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا صَلُّوۡا عَلَیۡہِ وَسَلِّمُوۡا تَسۡلِیۡمًا ﴿۵۷﴾
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 57 dengan basmallah)
Berkenaan dengan ayat tersebut, Hadhrat Masih Mau’ud (as) menulis:
“Tengoklah kebenaran dan kesetiaan Tuan dan junjungan kita Hadhrat Muhammad Rasulullah (saw). Beliau menghadapi segala macam rencana buruk. Kendati menanggung berbagai macam kesulitan dan penderitaan, beliau tidak mempedulikannya. Inilah kebenaran dan kesetiaan yang karenanya Allah Ta’ala menganugerahkan karunia-Nya. Karena itu Allah Ta’ala berfirman:
Yakni, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya mengirimkan shalawat kepada Nabi itu. Hai orang-orang yang beriman, kirimkanlah shalawat dan doa keselamatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab :57)
Dari ayat ini menjadi jelaslah bahwa amal-amal Rasul Karim (saw) adalah demikian, yakni Allah Ta’ala tidak menyebutkan kata khusus untuk membatasi pujian dan sifat-sifat beliau. Kata bisa saja ditemukan, tetapi Dia sendiri tidak menggunakannya.
Pujian terhadap amal-amal shaleh beliau itu tidak dibatasi. Ayat serupa ini tidak digunakan untuk mengagungkan nabi yang lain. Dalam ruh beliau (saw) terdapat kebenaran dan kesucian. Amal- amal beliau sedemikian rupa disukai dalam pandangan Allah Ta’ala, sehingga untuk selamanya Dia memerintahkan orang-orang guna mengirimkan shalawat sebagai bentuk syukur.” [[6]] [[7]]
Hadist-hadist tentang Shalawat
Beberapa riwayat tentang shalawat, diantaranya:
Macam-Macam Bacaan Shalawat (1)
لَقِيَنِي كَعْبُ بْنُ عُجْرَةَ فَقَالَ أَلَا أُهْدِي لَكَ هَدِيَّةً إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَيْنَا فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا كَيْفَ نُسَلِّمُ عَلَيْكَ فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ قَالَ فَقُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
dia berkata; Ka'b bin 'Ujrah pernah menemuiku, lalu dia berkata; "Maukah kamu aku beri petunjuk? Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alahi wasallam pernah keluar menemui kami, lalu kami bertanya; "Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui salam kepadamu, lalu bagaimanakah caranya bershalawat kepadamu? Beliau menjawab: "Ucapkanlah; ALLAHUMMA SHOLLI ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA SHOLLAITA ‘ALAA AALII IBRAAHIIMA INNAKA HAMIIDUM MAJIID. ALLAAHUMMA BAARIK ‘ALAA MUHAMMAD WA’ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BAAROKTA ‘ALAA ‘AALI IBRAHIIMA INNAKA HAMIIDUM MAJIID (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada keluarga Ibrahiim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah berkat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi berkat kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia)." (H.R. Bukhari) [[8]]
Macam-Macam Bacaan Shalawat (2)
قَالَ لَقِيَنِي كَعْبُ بْنُ عُجْرَةَ فَقَالَ أَلَا أُهْدِي لَكَ هَدِيَّةً سَمِعْتُهَا مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ بَلَى فَأَهْدِهَا لِي فَقَالَ سَأَلْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ الصَّلَاةُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ عَلَّمَنَا كَيْفَ نُسَلِّمُ عَلَيْكُمْ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Ka'ab bin 'Ujrah menemui aku lalu berkata; "Maukah kamu aku hadiahkan suatu hadiah yang aku mendengarnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam". Aku jawab; "Ya, hadiahkanlah aku". Lalu dia berkata; "Kami pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam; "Wahai Rasulullah, bagaimana caranya kami bershalawat kepada tuan-tuan kalangan Ahlul Bait sementara Allah telah mengajarkan kami bagaimana cara menyampaikan salam kepada kalian?". Maka Beliau bersabda: "Ucapkanlah; Allahumma shalli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali Muhammad kamaa shollaita 'alaa Ibrahiim wa 'alaa aali Ibrahim innaka hamiidun majid. Allahumma baarik 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali Muhammadin kamaa baarakta 'alaa Ibrahiim wa 'alaa aali Ibrahim innaka hamiidun majiid" (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah berkat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi berkat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia) ". (H.R. Bukhari) [[9]]
Macam-Macam Bacaan Shalawat (3)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا السَّلَامُ عَلَيْكَ فَكَيْفَ نُصَلِّي قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ
dari Abu Sa'id Al Khudri dia berkata; kami bertanya; "Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui salam kepadamu, lalu bagaimanakah kami bershalawat?" beliau menjawab: "Ucapkanlah; ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA MUHAMMAD ‘ABDIKA WARASUULIKA KAMAA SHALLAITA ‘ALAA IBRAAHIM WA BAARIK ‘ALAA MUHAMMAD WA’ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BAARAKTA ‘ALAA IBRAHIIM WA ‘ALAA AALI IBRAHIIMA (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad hamba dan utusan-Mu sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim, dan berilah berkat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi berkat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim)." (H.R. Bukhari) [[10]]
Macam-Macam Bacaan Shalawat (4)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا التَّسْلِيمُ فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
dari Abu Sa'id Al Khudzri dia berkata; Aku berkata; 'Ya Rasulullah, mengucapkan salam udah kami ketahui, lalu bagaimana mengucapkan shalawat kepadamu? Beliau menjawab: "Ucapkanlah: ALLAAHUMMA SHOLLI ‘ALAA MUHAMMAD, ‘ABDIKA WA ROSUULIKA KAMAA SHOLAITA ALAA AALI IBROOHIM WA BAARIK AALA MUHAMMAD WA ‘ALAA ‘AALI MUHAMMAD KAMAA BAAROKTA ‘ALAA IBROOHIM (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad hamba Engkau dan utusan-Mu sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada keluarga Ibrahiim, dan berilah berkat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi berkat kepada Ibrahim). (H.R. Bukhari) [[11]]
Macam-Macam Bacaan Shalawat (5)
أَخْبَرَنِي أَبُو حُمَيْدٍ السَّاعِدِيُّ أَنَّهُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
telah mengabarkan kepadaku Abu Humaid As Sa'idi bahwa mereka berkata; "Wahai Rasulullah, bagaimana kita bershalawat kepadamu?" beliau bersabda: "Ucapkanlah; ALLAHUMMA SHOLLI ‘ALAA MUHAMMADIN WA AZWAAJIHI WA DZURRIYYATIHII KAMAA SHOLLAITA ‘ALAA AALI IBROOHIMA WA BAARIK ‘ALAA MUHAMMADIN WA AZWAAJIHI WA DZURRIYYATIHII KAMAA BAAROKTA ‘ALAA AALI IBROOHIMA INNAKA HAMIIDUN MAJIID (Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad, istri-istrinya dan anak keturunannya sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada keluarga Ibrahim dan berilah berkat kepada Muhammad, istri-istrinya dan anak keturunannya sebagaimana Engkau telah memberi berkat kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia)." (H.R. Bukhari) [[12]]
Macam-Macam Bacaan Shalawat (6)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَكْتَالَ بِالْمِكْيَالِ الْأَوْفَى إِذَا صَلَّى عَلَيْنَا أَهْلَ الْبَيْتِ فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينَ وَذُرِّيَّتِهِ وَأَهْلِ بَيْتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Barangsiapa ingin ditimbang dengan timbangan yang sempurna, maka apabila bershalawat kepada kami yaitu ahlul bait, hendaklah dia mengucapkan Allahumma sholli ‘ala muhammadin wa azwajihi ummahatul mu’minin wa dzurriyyatihi wa ahla baitihi kama shollaita ‘ala ali Ibroohima innaka hamidum-majid (Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad, para istrinya yaitu ibu bagi orang-orang yang beriman, keturunannya dan ahlu baitnya sebagaimana Engkau limpahkan kesejahteraan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung)." (H.R. Abu Dawud) [[13]]
Bershalawatlah Setelah Azan
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِي الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
dari Abdullah bin Amru bin al-Ash bahwa dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Apabila kalian mendengar mu'adzdzin (mengumandangkan adzan) maka ucapkanlah seperti yang dia ucapkan, kemudian bershalawatlah atasku, karena orang yang bershalawat atasku dengan satu shalawat, niscaya Allah akan bershalawat atasnya dengannya sepuluh kali, kemudian mintalah kepada Allah wasilah untukku, karena ia adalah suatu tempat di surga, tidaklah layak tempat tersebut kecuali untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah, dan saya berharap agar saya menjadi hamba tersebut. Dan barangsiapa memintakan wasilah untukku, maka syafa'at halal untuknya." (H.R. Muslim) [[14]]
Bershalawat Dimanapun Berada
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا وَلَا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا وَصَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُمْ
dari Abu Hurairah, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan dan jangan kalian jadikan kuburanku sebagai 'id, bershalawatlah kepadaku, sesungguhnya shalawat kalian akan sampai kepadaku di manapun kalian berada." (H.R. Abu Dawud) [[15]]
Penjelasan:
- "kuburan" maksudnya sebuah rumah tidak pernah dilaksanakan shalat di dalamnya dan juga tidak ditilawatkan ayat-ayat Al Quran seolah-olah seperti kuburan.
- hari id adalah hari raya, yakni tempat yang selalu dikunjungi berulang-ulang atau didatangi pada setiap waktu dan saat.
Bershalawatlah Ketika Masuk Maupun Keluar Masjid
فَاطِمَةَ الْكُبْرَى قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ صَلَّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَسَلَّمَ وَقَالَ " رَبِّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ " . وَإِذَا خَرَجَ صَلَّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَسَلَّمَ وَقَالَ " رَبِّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ فَضْلِكَ "
Fatimah Al Kubra ia berkata; "Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke dalam masjid ke dalam masjd beliau membaca shalawat dan salam untuk Muhammad, lalu mengucapkan: "RABBIGHFIRLI DZUNUUBI WAFTAHLI ABWAABA RAHMATIK (Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan bukanlah pintu-pintu rahmat-Mu untukku), dan jika keluar beliau juga membaca shalawat dan salam untuk Muhammad, lalu mengucapkan: "RABBIGHFIRLI DZUNUUBI WAFTAHLI ABWAABA FADHLIK" (Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan bukanlah pintu-pintu karunia-Mu untukku)." (H.R. Tirmidzi) [[16]]
Orang yang Tidak Bershalawat kepada Rasulullah (saw)
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَخِيلُ الَّذِي مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
dari Ali bin Abu Thalib ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang yang bakhil adalah orang yang apabila aku disebutkan di hadapannya maka ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku." (H.R. Tirmidzi) [[17]]
Di dalam riwayat lain disebutkan,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ
dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah seseorang, aku disebut-sebut di depannya dan ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku. dan celakalah seseorang, Bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan, dan celakalah seseorang yang kedua orang tuanya berusia lanjut namun kedua orangtuanya tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga (karena ia tidak berbakti)." (H.R. Tirmidzi) [[18]]
Sabda-Sabda Hadhrat Masih Mauud (as) tentang Sholawat
Janji Baiat Sebagai Ahmadi
Dalam janji baiat poin ketiga, Hadhrat Masih Mau'ud (as) menuliskan,
"Akan senantiasa mendirikan shalat lima waktu semata-mata karena mengikuti perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, dan dengan sekuat tenaga akan senantiasa mendirikan shalat Tahajud, dan mengirim selawat kepada Junjungannya Yang Mulia Rasulullah (saw) dan memohon ampun dari kesalahan dan mohon perlindungan dari dosa; akan ingat setiap saat kepada nikmat-nikmat Allah, lalu mensyukurinya dengan hati tulus, serta memuji dan menjunjung-Nya dengan hati yang penuh kecintaan." [[19]]
Mendapatkan Pengabulan Doa
Beliau (as) bersabda,
"Untuk peningkatan kecintaan dan menyegarkan kembali kecintaan kepada Rasulullah (saw) membaca selawat dalam setiap shalat merupakan sebuah keharusan supaya untuk pengabulan doa itu didapatkan sebuah sarana keteguhan/kemantapan.
Selawat yang merupakan suatu perantara yang sangat luar biasa untuk meraih keistiqamahan/keteguhan. Bacalah itu sebanyak-banyaknya. Namun, tidak dengan maksud hanya sekedar tradisi atau adat kebiasaan belaka, bahkan dengan memperhatikan keindahan dan ihsan-ihsan/kebaikan Rasululah saw. dan untuk kemajuan tingkatan-tingkatan dan ketinggian derajat-derajat beliau dan untuk kemenangan-kemenangan beliau.
Apakah kemenangan-kemenangan beliau itu? Kemenangan itu ialah Islam meraih kemenangan di seluruh dunia. Sebagai dampaknya kalian akan mendapatkan buah manis dan lezatnya pengabulan doa. Perantara pengabulan doa itu ada tiga macam: Pertama, ialah: in kuntum tuhibbuunallooha fattabi'uunii jika kalian mencintai Allah ikutilah saya (Rasulullah [saw]). Kedua, Hai orang-orang yang beriman kirimlah Selawat kepadanya sebanyak-banyaknya, dan ketiga, anugerah (karunia) Ilahi" [[20]] [[21]]
Shalat dan Shalawat Saling Berkaitan
Beliau (as) bersabda,
Apakah Shalat itu? Shalat adalah doa yang dipohonkan dengan segala kerendahan hati, dan dengan penuh kesadaran mengenai keterpujian-Nya, kesucian-Nya, dan kekudusanNya, dan dengan istighfar (mohon ampunan), dan mengirimkan shalawat kepada Rasulullah (saw) [[22]]
Beliau (as) juga bersabda,
Demikian pula apa yang dapat dilakukan oleh upaya dan usaha manusiawi dalam melaksanakan shalat tidak lebih dari sekedar sedapat mungkin melaksanakan shalat dalam kondisi suci bersih dan meniadakan mara bahaya serta berupaya agar shalatnya tidak jatuh [secara ruhani] dan segenap rukun-rukunnya, pujian pada Tuhan, tobat dan istighfar serta Shalawat dilakukan dengan disertai gejolak hati. Akan tetapi semua ini berada di luar wewenang manusia supaya dalam shalatnya timbul rasa cinta dan kekhusyuan pribadi yang luar bisa disertai keasyikan yang dipenuhi dengan kefanaan dan bersih dari segala kekotoran hati, seakan-akan ia melihat Allah Ta’ala. Jelas kiranya bahwa sebelum kondisi ini tercipta dalam shalat [seseorang], maka ia belum terbebas dari kerugian. Untuk itulah Allah Ta’ala berfirman bahwa orang yang muttaqi adalah orang yang menegakkan shalat dan hal yang ditegakkan itu adalah sesuatu yang rentan jatuh [[23]].
Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,
“Tidak ada do’a yang lebih utama dibandingkan shalat. Karena di dalamnya terdapat tahmid, istighfar dan shalawat. Kumpulan segala do’a dan wirid itulah yang disebut dengan shalat. Dengan itu segala macam kesedihan dan kesulitan akan hilang sirna. Kerjakanlah shalat dengan seindah-indahnya dan dengan memahami maknanya. Setelah do’a-do’a sunah, berdo’a jugalah dalam bahasa kalian sendiri. Dengan begitu kalian akan memperoleh ketentraman qalbu dan apabila Allah Ta'ala menghendaki maka segala kesulitan-kesulitan kalian akan hilang sirna. Shalat adalah sarana untuk mengingat Allah Ta'ala. Sebagaimana Dia berfirman:
وَاَقِمِ الصَّلٰوۃَ لِذِکۡرِیۡ
“Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (Q.S. Thaha, 20:15) [[24]] [[25]]
Ilham tentang Shalawat
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda dalam Barahin-e-Ahmadiyya tentang salah satu ilham beliau,
"Shalli ‘alaa Muhammadin wa aali Muhammadin sayyidi wuldi Adama wa khaatamin nabiyyiin"
Artinya: “Bershalawatlah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, tuan segenap anak keturunan Adam dan Khatam para nabi.” [[26]]
Tujuan Shalawat
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda untuk menarik perhatian kita pada apa yang harus menjadi niat dan tujuan mengirim durud (shalawat terhadap Nabi Muhammad saw),
“Yang harus menjadi tujuan kita bershalawat atas Nabi Muhammad (saw) ialah supaya Allah menganugerahkan beliau berkat yang sempurna pada beliau, membuat beliau sebagai sumber berkat bagi seluruh dunia dan Dia menjadikan tampak bersinar kesalehan dan keagungan beliau di kedua alam (dunia ini dan di akhirat). Doa ini harus dimohonkan dengan penuh keyakinan, seperti seseorang memohon doa untuk kebutuhan pribadinya saat tertimpa musibah.” [[27]].
Berkat-berkat Shalawat
Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,
"Apabila di dalam cinta menjadi sebuah wujud, maka karunia yang dia dapatkan dan berkat-berkat yang dia raih akibat doa-doa yang kalian panjatkan itulah pula yang kalian dapatkan".
Beliau bersabda,
"Oleh sebab rahmat-rahmat serta berkat-berkat Allah yang tidak terhingga dan karunia-karunia-Nya tidak terhingga yang Dia telah turunkan kepada Rasulullah (saw) dan terus tengah Dia turunkan, itu akan terus menerus akan Dia turunkan selama dunia masih ada. Maka kalian pun akibat membaca selawat, akibat ikatan pribadi itu yang terdapat dalam diri kita dengan pribadi Rasulullah (saw) itu harus tambah lebih erat hendaknya. Dari karunia yang turun kepada beliau (saw) dari Allah maka orang-orang itupun akan terus dapatkan karena dengan hati yang tulus terus mengirim selawat kepada beliau."
Tetapi syaratnya ialah harus terdapat semangat/rasa gejolak, terdapat rasa cinta yang lahir dalam diri Saudara-saudara pada saat membaca selawat itu. Karena banyaknya Hadhrat Masih Mau'ud (as) membaca selawat maka berkat-berkat yang tak terhingga yang turun kepada beliau [[28]].
Berkaitan dengan itu beliau (as) menulis pengalaman beliau dalam membaca Shalawat. Pengalaman tersebut dituangkan dalam buku Haqiqatul Wahy sebagai berikut,
Suatu ketika aku mendapat kasyaf sebagai dampak membaca Shalawat. Saat itu aku sedang sangat larut dalam membaca Shalawat bagi Rasulullah (saw), karena aku meyakini bahwa jalan menuju Allah Ta’ala merupakan sebuah jalan yang sangat pelik yang tidak mungkin dapat dicapai tanpa Waṣīlah Rasulullah (saw). Sebagaimana firman Allah Ta’ala “dan carilah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.” (QS. Al-Mā’idah: 36). Beberapa saat kemudian, aku mendapat kasyaf dimana aku melihat dua orang pembawa air datang ke rumahku. Seorang dari antara mereka masuk melalui jalan dalam, yang lainnya melalui jalan luar. Di atas pundak mereka terdapat tempat air yang terbuat dari kulit yang bercahaya. Mereka mengatakan, —“Ini adalah berkat dari shalawat engkau kepada Muhammad (saw).” [[29]]
Selain itu, beliau juga mempunyai pengalaman yang mirip,
“Suatu malam, hamba yang lemah ini membaca shalawat bagi Yang Mulia Rasulullah (saw) sedemikian rupa sehingga hati dan jiwaku dipenuhi wewangiannya. Malam itu aku melihat dalam ru’ya beberapa malaikat membawa kantung-kantung air yang penuh dengan Nur ke dalam rumahku dan salah seorang dari mereka berkata kepadaku: ‘Semua ini adalah shalawat yang engkau mintakan bagi Muhammad (saw)” [[30]] [[31]]
Gelar Al-Masih dan Al-Mahdi adalah Berkat dari Shalawat
(Terdapat riwayat) dari Maulvi Abdul Karim Sialkoti, beliau mengatakan bahwa satu kali saya sendiri mendengar dari Hadhrat Imam Mahdi (as) beliau bersabda bahwa pengaruh dari shalawat dan karena sering-sering membacanya, Allah telah menganugerahkan derajat/kedudukan ini (sebagai Masih Mau'ud dan Imam Mahdi) kepadaku dan beliau bersabda bahwa aku melihat karunia-karunia atau berkat-berkat Allah dalam bentuk cahaya yang mengagumkan pergi menuju kepada Yang Mulia Rasulullah (saw) dan setelah sampai disana lalu terserap ke dalam dada Yang Mulia Rasulullah (saw) dan setelah keluar dari sana, ia lalu menjadi aliran-aliran yang mengalir yang tiada terhitung jumlahnya dan itu kemudian sampai kepada setiap orang yang berhak sesuai dengan bagiannya. Sesungguhnya, tidak ada berkat yang bisa sampai kepada yang lain tanpa melalui Yang Mulia Rasulullah (saw); Kemudian bersabda bahwa apa shalawat itu? Shalawat itu adalah menggerakkan Arasy, Yang Mulia Rasulullah (saw) yang darinya aliran-aliran nur keluar, barangsiapa yang ingin meraih karunia Allah dan berkat-Nya, maka dia harus banyak-banyak membaca shalawat, sehingga terjadi gerakan di dalam berkat dan karunia itu. [[32]] [[33]]
Bentuk Rasa Syukur kepada Rasulullah (saw)
Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bersabda:
“Dari ayat tersebut dapat diketahui dengan jelas bahwa amal-amal Nabi (saw) telah mencapai derajat yang agung sehingga Allah Ta’ala tidak menggunakan kata-kata istimewa atau memberikan penilaian dengan kata-kata tertentu dalam memuji amal-amal atau sifat-sifat Hadhrat Rasulullah (saw). Kata-kata untuk itu pasti ada namun tidak Dia gunakan.
Dalam kata lain, amal-amal saleh beliau demikian luhurnya, lebih tinggi dari pujian-pujian, penyifatan-penyifatan dan batasan-batasan mengenai beliau. Ayat pujian seperti itu tidak pernah digunakan bagi Nabi yang lain. Kebenaran dan kejujuran dalam jiwa beliau demikian sangat tinggi nilainya dan amal-amal beliau (saw) begitu sangat disukai oleh Allah Ta’ala sehingga Allah Ta’ala Yang Mahakuasa memerintahkan secara kekal kepada manusia untuk menyampaikan shalawat dan salam sebagai tanda syukur (penghargaan dan terima kasih atas nikmat ini) [[34]] [[35]].
Hadhrat Masih Mau'ud a.s. bersabda,
"Kendatipun Rasulullah (saw) tidak berkepentingan pada doa-doa siapapun, tetapi di dalamnya terdapat suatu rahasia yang sangat dalam. Seorang yang karena ada ikatan cinta pribadi dia memohon berkat dan rahmat untuk seseorang, maka akibat adanya jalinan cinta pribadi dia menjadi suatu bagian wujud dari orang itu. Jadi, berkah-berkah yang ada pada orang yang dia doakan, itulah berkah-berkah yang turun kepadanya juga. Dan karena karunia-karunia Tuhan Yang Esa tidak terhingga, maka oleh karena itu orang-orang yang membaca selawat, yang menginginkan/memohon berkat untuk Rasulullah (saw) akan mendapatkan bagian dari berkat-berkat yang tidak terhingga sesuai dengan gejolak hatinya masing-masing. Tetapi berkah-berkah ini sangat jarang lahir tanpa adanya gejolak/semangat keruhanian dan cinta sejati." [[36]] [[37]]
Mendapatkan Kesembuhan
Menjelaskan tanda-tanda dari Allah Ta'ala, Hadhrat Masih Mau'ud (as) menceritakan pengalaman beliau (as) ketika sakit keras. Beliau menulis,
Suatu ketika aku menderita sakit perut yang sangat dan selama 16 hari terus menerus buang air besar disertai keluarnya darah pada saluran buang air besar dan terasa sangat sakit yang tidak dapat digambarkan kondisinya. Pada saat itu Almarhum Syeikh Rahim Bakhsy Sahib ayahanda Abu Said Muhammad Husein Sahib datang dari Batala untuk menjengukku. Beliau melihat kondisiku yang sangat kritis. Aku pun mendengar bahwa beliau mengatakan pada beberapa orang, “Saat ini penyakit ini tengah menyebar seperti wabah. Saya baru saja menyalatkan jenazah yang meninggal karena penyakit ini di Batala.”
Kebetulan juga ada seorang yang bernama Muhammad Bakhsy penduduk Qadian yang bekerja sebagai tukang potong rambut yang terjangkit penyakit yang sama dan meninggal setelah 18 hari. Ketika penyakit itu menjangkitku sampai hari yang ke-16, nampaknya tidak tanda-tanda aku memiliki harapan untuk berumur panjang. Aku pun melihat bagaimana sanak kerabatku memandangiku dari balik dinding sambil menangis. Sebagaimana telah menjadi Sunnah, [kepadaku] dibacakan surah Yā Sīn sebanyak 3 kali.
Ketika penyakit itu sudah sampai pada kondisi seperti itulah, Allah Ta’ala menurunkan wahyu-Nya kepadaku, “Tinggalkanlah pengobatan lain. Usapkanlah lumpur (pasir) sungai yang masih berair ke badan disertai dengan bacaan tasbih dan shalawat.” Lalu aku segera menyuruh orang untuk mengambil pasir sungai yang dimaksud. Aku mengusapkan pasir tersebut ke badan sambil membaca Subḥānallāh, wa biḥamdihi Subḥānallāhil-‘Aẓīm disertai shalawat. Manakala pasir itu mengenai tubuh, seakan-akan badanku langsung terhindar dari api dan sampai keesokan paginya penyakit tersebut hilang tak berbekas. Pada pagi harinya aku mendapat wahyu:
وَاِنۡ کُنۡتُمۡ فِیۡ رَیۡبٍ مِّمَّا نَزَّلۡنَا عَلٰی عَبۡدِنَا فَاۡتُوۡا بِشِفَاءٍ مِّنۡ مِّثۡلِہٖ
“Jika engkau ragu tentang apa yang Kami turunkan atas hamba Kami, maka datangkanlah kesembuhan yang seperti itu.”
Cara Bershalawat
Hadhrat Masih Mau'ud (as) menyampaikan,
“Doa ini hendaknya dipanjatkan dengan penuh kesungguhan seperti seseorang berdoa dengan penuh kesungguhan ketika sedang dalam musibah.”
(Hadhrat Khalifatul Masih V [atba] menyampaikan) -- yakni hendaknya doa shalawat ini dipanjatkan dengan sepenuhnya dari kedalaman hati, seperti kamu berdoa untuk diri kamu sendiri -- beliau bersabda,
“Bahkan hendaknya dengan lebih merendahkan diri dan permohonan yang sangat, dan jangan memikirkan diri sendiri sedikitpun.”
(Hadhrat Khalifatul Masih V [atba] menyampaikan,) Bahkan doa-doa itu hendaknya dengan cara lebih merendahkan diri daripada doa yang manusia panjatkan untuk dirinya sendiri, dan hendaknya dia tidak memikirkan dirinya sendiri sedikitpun..
Selanjutnya beliau (as) bersabda,
“Hendaknya dia tidak memikirkan dirinya sendiri, bahwa dengan itu (yakni dengan membaca shalawat) ‘saya akan mendapat pahala atau akan mendapatkan kedudukan anu’, melainkan hendaknya semata-mata dengan maksud supaya berkat-berkat Ilahi yang sempurna turun kepada Hadhrat Rasul yang makbul (saw) dan jalaliyah (kegagahan) beliau bersinar di dunia dan akhirat, dan hendaknya meneguhkan tekad untuk tujuan ini. Hendaknya memberikan perhatian secara dawam siang-malam, sehingga tidak ada maksud yang lebih besar dari itu di dalam hatinya.” [[38]] [[39]]
Kemudian dalam salah satu surat yang beliau tulis untuk Mir Abbas Ali Syah Sahib, yang di waktu kemudian berpaling [berbalik menentang], beliau a.s. bersabda:
“Anda hendaknya memberikan perhatian penuh pada shalawat, dan seperti seseorang benar-benar mengharapkan berkat untuk orang yang dicintainya, dengan kesenangan dan keikhlasan seperti itu pula hendaknya mengharapkan berkat untuk Nabi Karim (saw) dan hendaknya mengharapkannya dengan penuh kerendahan diri.
Hendaknya dalam kerendahan diri dan doa itu tidak dibuat-buat, melainkan memohonkan berkat-berkat yang terdapat dalam shalawat itu untuk Hadhrat Nabi Karim (saw) dengan persahabatan dan kecintaan sejati kepada Rasulullah (saw) serta dengan penuh kesungguhan jiwa..... dan tanda kecintaan sejati adalah manusia tidak pernah lelah, bosan, dan tidak memasukkan maksud-maksud pribadi, dan dia membacanya hanya dengan maksud supaya berkat-berkat Allah yang Maha Pemurah zahir kepada Rasulullah (saw)” [[40]] [[41]]
Bershalawat Agar Karunia Turun
Dalam sebuah majelis beliau bersabda:
Aku telah menyaksikan bahwa dengan membaca shalawat bagi Nabi Suci (saw) maka rahmat Ilahi berbentuk Nur akan menyinari menuju Yang Mulia Rasulullah (saw) yang kemudian diserap oleh dada beliau, dan dari sana lalu muncul pancaran arus sinar ke arah manusia-manusia yang patut menerimanya sesuai kemampuannya masing-masing. Sesungguhnya tidak ada rahmat yang bisa mencapai siapa pun tanpa melalui perantaraan Yang Mulia Rasulullah (saw) Memohonkan shalawat atas beliau akan menggerakkan Arasy Ilahi dari mana Nur itu bersumber. Barangsiapa mengharapkan rahmat dari Allah Yang Maha Agung, sewajarnya selalu menyampaikan shalawat bagi beliau dengan rajin agar rahmat tersebut tergerak baginya.” [[42]] [[43]]
Berapa Kali Hendaknya Bershalawat
Kemudian dalam satu surat beliau (as) mengenai jumlah, yakni berapa kali hendaknya membacanya atau, ada jumlah atau tidak, beliau kadang-kadang juga memberitahukan jumlah, tapi mengenai itu memberitahukan,
“Shalawat yang lebih baik adalah yang keluar dari mulut beberkat Rasulullah (saw), dan itu adalah ‘Allahumma shalli 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali Muhammadin kamaa shallaita 'alaa Ibrahiima wa 'alaa aali Ibraahiima innaka hamiidum majiid. Allahumma baarik 'alaa Muhammadin wa 'alaa aali Muhammadin kamaa baarakta 'alaa Ibrahiima wa 'alaa aali Ibraahiima innaka hamiidum majiid.’
Beliau bersabda,
“Inilah shalawat yang paling beberkat dari semua shalawat. Inilah wirid (hamba) yang lemah ini dan tidak perlu terikat pada jumlah tertentu. Hendaknya membacanya dengan keikhlasan, kecintaan, perhatian, dan kerendahan hati dan hendaknya terus membacanya sampai timbul kelembutan, kehusyukan, dan pengaruh, dan didapati kelegaan serta kesenangan dalam hati.” [[44]] [[45]]
Hikmah Melakukan Shalawat
Kemudian dalam menjelaskan apa hikmah perintah menyampaikan shalawat kepada Rasulullah (saw), beliau (as) bersabda:
"Meskipun Rasulullah (saw) tidak memerlukan doa siapapun, tetapi di dalamnya ada rahasia yang halus (rahasia yang sangat dalam) orang yang mengharapkan rahmat dan berkat untuk seseorang karena kecintaan sejati, karena hubungan kecintaan sejati itu dia menjadi bagian wujud orang tersebut..”
(Hadhrat Khalifatul Masih V [atba] menyampaikan,) yakni ketika memiliki kecintaan sejati dengan seseorang, dan karena kecintaan sejati mengharapkan rahmat dan berkat, maka dia menjadi bagian darinya.
Selanjutnya beliau (as) bersabda,
“Dan karena karunia-karunia Wujud Yang Esa kepada Rasulullah (saw) tidak terbatas, maka orang-orang yang membaca shalawat, yang mengharapkan berkat untuk Rasulullah (saw) karena kecintaan sejati, mendapatkan bagian dari berkat-berkat yang tidak terbatas itu sesuai dengan kadar ghairatnya. Tetapi tanpa ghairat rohaniah dan kecintaan sejati maka karunia-karunia ini sangat sedikit nampak.” [[46]] [[47]]
Keutamaan Shalawat
Beberapa keutamaan shalawat diantaranya adalah
Allah Ta'ala Akan Bershalawat kepada Orang Yang Bershalawat kepada Rasulullah (saw)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali." (H.R. Muslim) [[48]]
Dalam riwayat lain diceritakan,
حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik dia berkata; Rasulullah Shalallah 'Alaihi Wa Sallam bersabda: "Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan mengucapkan shalawat kepadanya sepuluh kali, dihapuskan darinya sepuluh kesalahan, dan ia diangkat sepuluh derajat untuknya." (H.R. An-Nasai) [[49]]
Malaikat Jibril Akan Bershalawat kepada Orang Yang Bershalawat kepada Rasulullah (saw)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاءَ ذَاتَ يَوْمٍ وَالْبِشْرُ يُرَى فِي وَجْهِهِ فَقَالَ إِنَّهُ جَاءَنِي جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَمَا يُرْضِيكَ يَا مُحَمَّدُ أَنْ لَا يُصَلِّيَ عَلَيْكَ أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِكَ إِلَّا صَلَّيْتُ عَلَيْهِ عَشْرًا وَلَا يُسَلِّمَ عَلَيْكَ أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِكَ إِلَّا سَلَّمْتُ عَلَيْهِ عَشْرًا
dari 'Abdullah bin Abu Thalhah dari Bapaknya bahwa pada suatu hari Rasulullah Shalallah 'Alaihi Wa Sallam datang dengan wajah berseri-seri. Kemudian beliau bersabda: "Telah datang kepadaku malaikat Jibril, ia berkata kepadaku, "Wahai Muhammad, tidakkah kamu ridha seseorang bershalawat kepadamu kecuali Aku juga bershalawat kepadanya sepuluh kali. Juga tidak ada lagi seorangpun yang mengucapkan salam kepadamu kecuali Aku juga mengucapkan salam kepadanya sepuluh kali." (H.R. An-Nasai) [[50]]
Para Malaikat Akan Bershalawat kepada Orang Yang Bershalawat kepada Rasulullah (saw)
سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصَلِّي عَلَيَّ إِلَّا صَلَّتْ عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ مَا صَلَّى عَلَيَّ فَلْيُقِلَّ الْعَبْدُ مِنْ ذَلِكَ أَوْ لِيُكْثِرْ
aku mendengar Abdullah bin Amir bin Rabi'ah dari Bapaknya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidaklah seorang Muslim bershalawat kepadaku kecuali para malaikat akan mendo'akan kepadanya sebagaimana ia bershalawat kepadaku, maka ucapkanlah shalawat baik sedikit atau banyak." (H.R. Ibnu Majah) [[51]]
Orang yang Paling Dekat dengan Rasulullah (saw)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً
dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Orang yang paling dekat denganku pada hari Qiyamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku." (H.R. Tirmidzi) [[52]]
Malaikat Bersholawat Bagi yang Ada di Tempat Shalat dan Belum Berhadats
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ الَّذِي صَلَّى فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ تَقُولُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ
dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Para Malaikat selalu memberi shalawat (mendo'akan) kepada salah seorang dari kalian selama ia masih di tempat ia shalat dan belum berhadats. Malaikat berkata, 'Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia'." (H.R. Bukhari) [[53]]
Keutamaan Bershalawat di Hari Jumat
عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ قَالَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ قَالَ يَقُولُونَ بَلِيتَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِمْ
dari Aus bin Aus, ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Hari Jum'at adalah diantara hari-hari kalian yang terbaik, maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, karena sesungguhnya shalawat kalian disampaikan kepadaku." Para sahabat bertanya; wahai Rasulullah, bagaimana shalawat Kami disampaikan kepadamu, sementara anda telah meninggal? Beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta'ala telah mengharamkan jasad para nabi shallallahu 'alaihim wa sallam atas tanah." (H.R Abu Dawud) [[54]]
Menjelaskan hadits tersebut, Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) bersabda,
Jadi membaca shalawat dan memanjatkan doa-doa pada hari itu apabila dipersembahkan di hadapan Allah Ta’ala maka Allah Ta’ala pasti akan mengaitkan dengan kekasih-Nya itu. Apabila shalawat yang dikirim kepada Hadhrat Rasulullah (saw) dengan penuh khidmat, ikhlas, penuh keasyikan (kecintaan) kepada Hadhrat Rasulullah (saw) dan mengirimkannya dalam keadaan fana fir Rasul pada akhirnya shalawat itu dipersembahkan kepada Allah Ta’ala setelah melalui syafa’at dari Hadhrat Rasulullah (saw)
Ketika Hadhrat Masih Mau’ud a.s. mendakwahkan diri sebagai Masih dan Mahdi dan memperoleh kedudukan sebagai Imam Zaman karena beliau memiliki kecintaan keasyikan (fana fi Rasul) yang sejati dan shalawat kepada Hadhrat Rasulullah (saw) Kemudian sebagai hasilnya nur cemerlang bagaikan menara-menara yang menjulang tinggi ke angkasa mulai turun kepada beliau dari langit.
Beliau (as) bersabda:
“Jika kalian sungguh-sungguh menyatakan telah bai’at kepadaku, kalian mendakwakan diri dengan sungguh-sungguh mencintai Hadhrat Rasulullah (saw) maka kirimkanlah selalu shalawat dengan ikhlas kepada Hadhrat Rasulullah (saw) disesuaikan dengan kemampuan masing-masing maka kalian juga akan memperoleh bagian dari nur yang bersumber dari nur Allah Ta’ala, kemudian berkat dari nur itu membuat kehidupan duniawi dan akhirat kalian menjadi sangat baik, aman dan tenteram.”
Hadhrat Rasulullah (saw) bersabda:
“Hari paling baik yang di dalamnya matahari terbit adalah Jumat. Pada hari itu Adam telah dilahirkan, pada hari itu juga Adam dibawa ke surga dan pada hari itu juga beliau dikeluarkan dari surga.” (Muslim, Kitabul Jumu’ah, Bab Fadhl yaumil Jumu’ah, Hadits 1860.)
Dengan memperhatikan kemuliaan dan kesucian hari Jumat ini, memanjatkan doa-doa, shalawat dan melakukan amal-amal saleh yang akan menjadi sarana bagi manusia untuk masuk ke dalam surga. Juga akan membuat manusia memperoleh bagian dari nur Allah Ta’ala. Namun sekalipun betapa beberkahnya hari Jumat ini ia akan menjadi sarana bagi manusia untuk menerima hukuman juga jika ia telah terpedaya oleh tipu muslihat syaitan, sekalipun hari ini sedemikian berberkahnya namun juga telah terpaksa membuat Adam a.s. keluar dari surga.
Ini juga merupakan riwayat (asal usul) yang telah dibuat bagi Bani Adam semua. Jika perhatian tetap ditujukan kepada amal-amal kebaikan, perhatian tetap ditujukan ke arah doa-doa dan shalawat maka langkah manusia akan bergerak menuju surga. Dunia ini juga akan menjadi surga dan akhirat juga bisa menjadi surga. Allah Ta’ala telah mengabarkan tentang surga itu. Jika manusia terlibat dalam berbagai keburukan maka Allah Ta’ala akan mengabarkan kepadanya untuk keluar dari surga itu, sehingga dunia ini juga akan menjadi jahannam baginya.
Jadi, pentingnya hari ini (Jumat) jika hendak dihargai dengan niat yang baik, maka syaratnya harus dengan perbuatan amal saleh dan beribu-ribu durud (shalawat) kita kirimkan kepadanya yang telah menunjukkan jalan menuju surga terhadap Bani Adam, yaitu jalan-jalan menuju surga duniawi dan juga surga ukhrawi.
Sebagaimana telah saya jelaskan dengan mengutip hadits-hadits bahwa doa-doa yang dipanjatkan ke hadirat Allah Ta’ala dan shalawat yang dikirimkan kepada Hadhrat Rasulullah (saw) dengan hati penuh ikhlas bisa membuat manusia mewarisi surga baik surga di dunia ini maupun juga surga kelak di akhirat nanti.
Allah Ta’ala telah berfirman tentang orang yang akan diberi dua bagian dari rahmat-Nya itu, maksudnya yaitu orang yang teguh di atas takwanya dan beriman sungguh-sungguh kepada Rasul-Nya, untuk meraih keridhaan Allah Ta’ala ia selalu mengirim shalawat kepada Hadhrat Rasulullah (saw) dan ia berusaha keras menjalani kehidupan sesuai uswah hasanah (suri teladan terbaik) dari Hadhrat Rasulullah saw, orang itulah yang akan mendapat dua bagian dari rahmat-Nya yang akan menjadi pewaris surga di dunia ini dan juga surga di akhirat kelak [[55]].
Menjelaskan hadits tentang hari Jumat sebagai hari yang terbaik untuk menyampaikan shalawat, Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) bersabda,
Jadi, perhatikanlah, disini pun bertalian dengan pentingnya hari Jum'ah diberitahukan dengan rujukan shalawat dan shalawat itu disugukan di hadapan beliau. Allah telah menganugerahkan hak syafaat kepada beliau. Kemudian shalawat hari Jum'ah inilah yang jika kita kirim/sampaikan kepada beliau maka itu akan sampai pada beliau lalu akan terus terkumpul di catatan amal baik kita. Tetapi, hendaknya mengirim shalawat setiap saat, khususnya, pada hari Jum'ah [[56]].
Dalam riwayat lain diceritakan,
عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرِمْتَ يَعْنِي بَلِيتَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ
dari Aus bin Aus ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Yang paling utama dari hari-hari kalian adalah hari jum'at, pada hari itu Adam diciptakan, sangkakala ditiup, dan manusia sadar dari pingsannya. Maka perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari itu, sebab shalawat kalian diperlihatkan kepadaku. " Seorang laki-laki berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana caranya shalawat kami diperlihatkan kepadamu, padahal dirimu telah meninggal?" beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi." (H.R. Ibnu Majah) [[57]]
Orang yang Tidak Membaca Shalawat di Dalam Shalat
فَضَالَةَ بْنَ عُبَيْدٍ يَقُولُ سَمِعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يَدْعُو فِي صَلَاتِهِ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجِلَ هَذَا ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللَّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ لْيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ
Fadhalah bin 'Ubaid berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mendengar seseorang berdoa dalam shalatnya dan tidak mengucapkan shalawat kepada Nabi shallallahu kepada kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang ini telah tergesa-gesa." Kemudian beliau memanggilnya dan berkata kepadanya atau kepada orang lain: "Apabila salah seorang diantara kalian melakukan shalat maka hendaknya ia memulai dengan memuji Allah kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kemudian berdoa setelah itu dengan doa yang ia kehendaki." (H.R. Tirmidzi) [[58]]
Keutamaan di Shaf Awal
عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصَّفِّ الْأَوَّلِ
...dari Ibrahim bin 'Abdurrahman bin 'Auf dari Bapaknya ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah dan para Malaikat-Nya mengucapkan shalawat kepada orang-orang yang berada dalam shaf awal. (H.R. Ibnu Majah) [[59]]
Dalam riwayat lain disebutkan tentang keutamaan Shaf awal di bagian kanan,
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى مَيَامِنِ الصُّفُوفِ
dari Aisyah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya mengucapkan shalawat untuk orang orang yang berada di shaf kanan." (H.R. Abu Dawud) [[60]]
Orang yang Lupa Bershalawat kepada Rasulullah (saw)
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَسِيَ الصَّلَاةَ عَلَيَّ خَطِئَ طَرِيقَ الْجَنَّةِ
dari Ibnu Abbas ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa lupa bershalawat kepadaku, maka ia akan keliru menempuh jalan ke surga." (H.R. Ibnu Majah) [[61]]
Sarana Pengabulan Doa
Hadhrat Umar bin Khottob (ra) pernah bersabda,
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
...dari Umar bin Al Khaththab dia berkata, sesungguhnya do'a akan terhenti di antara bumi dan langit, ia tidak akan naik sehingga kamu bershalawat kepada Nabimu Shalallahu 'alaihi wa salam. (H.R. Tirmidzi) [[62]]
Dalam menjelaskan sabda Hadhrat Umar bin Khottob (ra), Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) bersabda,
Jadi, sebagaimana sebelumnya juga telah saya katakan, hadits ini tambah lebih memperjelas lagi bahwa jika Saudara-saudara menginginkan pengabulan doa maka dengan suatu gejolak hati dan cinta yang mana lebih besar cinta bagi seorang mukmin manapun tidak bisa [dilakukan] terhadap siapa saja, dan seyogianya jangan terjadi, persembahkanlah di hadapan Tuhan dengan perantaraan mengirim selawat kepada Rasulullah saw., maka semua doa-doa Saudara-saudara akan layak mendapatkan pengabulan dan tidak akan tercecer di jalan [[63]].
Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) bersabda,
Untuk pengabulan do’a-do’a kita dan untuk menarik kasih sayang Allah, untuk terhindar dari hal-hal dunia yang sia-sia, untuk tetap melindungi diri kalian dari fitnah-fitnah yang muncul seperti itu, untuk tetap menjadikan tetap menyalanya api kecintaan kepada Yang Mulia Rasulullah (saw) di dalam kalbu kita, untuk memperindah kehidupan dunia dan akhirat kita, hendaknya harus menyampaikan shalawat yang tidak terhitung banyaknya kepada Yang Mulia Rasulullah (saw), hendaknya mengirim shalawat sebanyak-banyaknya. Di dalam zaman yang penuh fitnah ini, untuk tetap membenamkan diri dalam kecintaan kepada Rasulullah (saw), untuk tetap menegakkan generasi kita di dalam Ahmadiyah dan Islam, setiap Ahmadi harus mengikuti secara ketat perintah Allah Taala ini bahwa: “Wahai orang-orang yang beriman! Kalian pun kirimlah shalawat dan salam padanya — sebab Allah dan para malaikat-Nya mengirim shalawat pada nabi." (33:57).
Suatu ketika -- bahkan ada banyak rujukannya tentang ini -- Yang Mulia Rasulullah (saw) pernah bersabda bahwa shalawat yang dikirim Allah dan para malaikat kepadaku cukup untukku sedangkan perintah kepada kalian supaya mengirim shalawat adalah untuk melindungi kalian -- oleh karena itu, supaya doa-doa kita terkabul, kita perlu shalawat itu. [[64]]
Kunci Keberhasilan
Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,
“Keberhasilanku ini adalah dari Tuhanku. Jadi aku memuji Tuhanku dan mengirimkan shalawat kepada (nabi-Nya dari) Arab. Dari-Nyalah segala berkat turun dan dari-Nyalah semua jaringan dan saripati [kerohanian] berasal. Dia telah menyediakan untukku akar dan cabang, dan Dialah yang telah menumbuhkan biji dan ladangku dan Dia adalah sebaik-baik penumbuh.” [[65]] [[66]]
Dihindarkan dari Syetan
Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) bersabda,
Dia (syaitan) terus saja senantiasa sibuk dalam upayanya supaya hamba Tuhan yang Rahmaan (Maha Pemurah) sedikit mungkin berada di dunia ini; tetapi, hari ini kini merupakan pekerjaan orang-orang Ahmadi bahwa dengan memahami arti pentingnya Jum'ah, jadikanlah senantiasa kehadiran pada hari Jum'ah merupakan hal pokok dan merupakan hal yang pasti, dan akibat dzikir kepada Allah dan dengan menyampaikan shalawat kepada Rasulullah saw. berupayalah menjadi hamba-hamba Allah Yang Rahmaan (Maha Pemurah), dan manakala Saudarasaudara terus berupaya menjadi hamba Tuhan yang Rahmaan maka tidak hanya kita terfikir akan kehadiran di hari Jum'ah, bahkan akan terfikir juga oleh kita untuk hadir pada setiap shalat-shalat [berjamaah], dan terfikir juga bagi kita untuk menghadiri shalat-shalat. Akan terfikir juga oleh kita untuk meramaikan mesjid,akan terfikir oleh kita untuk menjauhkan kekurangan-kekurangan dan kealfaan-kealfaan kita. Semoga Allah menganugerahi taufik kepada kita semuanya [[67]].
Kaffarah atau Penebus Dosa
Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) bersabda,
Tertera dalam sebuah hadits yang bersumber dari Hadhrat Anas r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Perbanyaklah mengirim selawat kepada saya; sebab, mengirim selawat kepada saya merupakan sebuah kaffarah (penebus) untuk kalian. Siapa yang mengirim selawat satu kali kepada saya (saw) maka Allah akan mengirim sepuluh rahmat kepadanya". (Jalla’ul -afham dengan referensi Kitabu-sshalat ‘alannabi li ibni Abi ‘ashim).
Manusia tersusun/terbentuk dari kelemahan-kelemahan dan melakukan kesalahan-kesalahan. Jika tidak ada karunia Allah maka tidak diketahui apa perlakuan yang akan didapatkan. Maka metode untuk menurunkan karunia-karunia-Nya kepada hamba-hambanya Dia telah memberitahukan kepada kita dengan perantaran Rasulullah saw. bahwa kirimlah selawat kepada Rasululah saw., yakni dengan mengingat kecantikan dan kebaikan-kebaikan beliau kirimlah selawat kepada beliau dan teruslah lakukan itu, maka Saudara-saudara menjadi pewaris karunia-karunia Allah lebih sepuluh kali lipat.
dari Hadhrat Abu Bakar Shiddiq ra bahwa "Mengirim selawat kepada Rasulullah (saw) akan menghapuskan dosa-dosa jauh lebih besar dari sebagaimana air dingin dapat menghapuskan haus orang yang kehausan dan mengirimkan selawat/salam lebih besar fadhilatnya/pahalanya dari orang yang memerdekakan budak, dan kecintaan kepada beliau lebih afdhal/baik daripada mengurbankan jiwa dan berjihad/berperang di jalan Allah". (Tafsir Durrulmantsur Tarikh hathib wa targib Ishpahan) [[68]].
Terhindar dari Bahaya-bahaya di Hari Kiamat
Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) bersabda,
Bersumber dari Hadhrat Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, ”Orang yang paling terlindung dan mendapat keselamatan dari bahaya-bahaya dan dari saat-saat mengerikan pada hari qiamat dari antara kalian adalah mereka yang paling banyak mengirim selawat kepada saya".
"[Untuk saya] cukup ucapan salam sejahtera (selawat) dari Allah dan dari para malaikat-Nya. Ini artinya Allah telah menganugerahkan suatu peluang bagi orang-orang mukmin untuk meraih ganjaran. (Tafsir Durrulmansur referensi targib Ishpahani mustanad yalmi)
Jadi, dari hadits ini hal ini tambah menjadi lebih jelas bahwa Allah mencari peluang untuk memakaikan jubah rahmat- rahmat dan karunia-karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya bahwa "Kirimlah oleh kalian selawat dan salam kepada Nabi-Ku yang tercinta, maka Aku akan terus menciptakan sarana keselamatan untuk kalian". Jadi inipun merupakan sebuah kebaikan/ihsan Rasulullah saw. bahwa beliau telah mengajarkan kepada kita cara untuk meraih keselamatan akhirat [[69]].
Mendapatkan Kedekatan dengan Allah Ta'ala
Hadhrat Khalifatul Masih V atba bersabda,
Basahilah mulut kita dengan bershalawat kepada Hadhrat (saw), agar kita juga mendapatkan qurb (kedekatan) Ilahi. Agar kita juga mendapatkan karunia dari keberkatan-keberkatan yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepada nabi tercinta-Nya. Seperti yang disabdakan oleh Hadhrat Masih Mau’ud a.s. berkenaan dengan Hadhrat (saw), bahwa pujian untuk amal-amal shaleh beliau (saw) itu tiada batasnya. Karena itulah beliau (saw) mendapatkan kedudukan ini, yakni Allah Ta’ala dan para malaikat-Nya mengirimkan shalawat kepada beliau (saw). Karena itulah diperintahkan juga kepada orang mukmin untuk mengirimkan shalawat.
Disamping mengirimkan shalawat, harus juga mengedepankan ihsan-ihsan yang telah diperbuat Rasulullah (saw) kepada kita. Kita telah mengetahui agama yang mempertemukan kita dengan Allah Ta’ala. Kerjakanlah akhlak-akhlak yang Allah Ta’ala sukai. Ketika beliau (saw) memberikan contoh-contoh untuk menegakkan ghairat dan tauhid Ilahi, maka beliau juga menjadi abd-e-kaamil (hamba yang sempurna) lalu melaksanakan hak-hak peribadahan [[70]].
Nasehat Khalifah
Hadhrat Khalifatul Masih V atba bersabda:
Sesuai perintah Allah Ta’ala , mengirimkan shalawat kepada Rasulullah (saw) adalah perkara wajib bagi setiap Mukmin, Muslim, yang tanpanya standar kecintaan itu tidak sempurna dan tidak akan bisa sempurna, yang seharusnya dimiliki seorang Mukmin kepada Rasulullah (saw), tidak pula ada doa yang mencapai derajat pengabulan atau dapat mencapainya, yang di dalamnya tidak disertakan shalawat. Tetapi kita juga harus ingat bahwa tujuan pokok shalawat kita hendaknya adalah kecintaan kita kepada Rasulullah (saw) dan kecintaan itu hendaknya meliputi semua perkara lainnya.”
“Diriwayatkan oleh Abu Thalhah al-Anshari (ra), Pada hari ini nampak kepada kami wajah Hadhrat Hadhrat saw sedang dalam keadaan gembira sekali. Beliau (saw) bersabda: “Ya betul! Allah Ta’ala telah mengirim seorang malaikat dan berkata kepada saya, bahwa: Seseorang di antara umat engkau yang membaca shalawat satu kali dengan sangat baik maka sebagai ganjarannya Allah Ta’ala menuliskan sepuluh macam kebaikan baginya.” -- (Di sini Hadhrat Rasulullah saw bersabda, ‘dengan mengirim shalawat satu kali dengan sangat baik…’) -- “Maka sepuluh macam keburukan atau dosanya juga akan diampuni. Dituliskan sepuluh kebaikan dan akan dimaafkan sepuluh macam - dosanya dan ia akan ditingkatkan derajatnya sepuluh kali lebih tinggi, dan Allah Ta’ala akan menurunkan rahmat-Nya sesuai dengan yang dia mohonkan pada-Nya.” (Jalaaul Afham, karya Hafidz Ibnu Qoyyim al-jauziyah rahmatullahi alaihi, dari hadits Abu Thalhah Zaid bin Sahal al-Anshari, Musnad penduduk Madinah, Musnad Ahmad bin Hanbal.)
Jadi kegembiraan Hadhrat Rasulullah (saw) disebabkan zahirnya rahmat dari Allah Ta’ala terhadap umat beliau (saw). Jadi tugas kita adalah harus maju untuk meraih rahmat itu. Kirimkanlah shalawat dengan penuh keikhlasan kepada Hadhrat Rasulullah (saw). Mohonlah pengampunan dosa masing-masing dan juga berusahalah memohon taufiq dan pertolongan dari Allah Ta’ala untuk melakukan amal-amal kebaikan di masa mendatang. Dengan rahmat Allah Ta’ala kita akan mampu memperbaiki keadaan duniawi dan akhirat kita masing-masing.
diceritakan oleh Hadhrat Abu Bakr ash-Shiddiq ra, bahwa Hadhrat Rasulullah saw bersabda: “Orang yang mengirim shalawat kepadaku maka aku akan memberi syafaat kepadanya pada hari Qiamat.” (Jalaaul Afham, Fadhl ash-shalaah 'alaa Muhammadin khairil anaam, ibn Syahiin)
Demikianlah maqam yang diterima oleh orang-orang yang selalu mengirim shalawat kepada Hadhrat Rasulullah saw Martabat ditinggikan, dosa-dosa dimaafkan dan Hadhrat Rasulullah saw bersabda: “Aku akan memberi syafaat kepadanya.”
Tetapi, apakah orang yang akan diberi syafaat oleh Hadhrat Rasulullah saw itu karena selalu mengirim shalawat kepada beliau (saw), dalam hatinya menyimpan rasa benci atau dendam kepada orang Muslim lainnya? Apakah orang yang mempunyai perangai seperti itu akan bisa mendapat syafaat dari Hadhrat Rasulullah saw? Kemudian apakah ketika kita mengirim shalawat dapat mempunyai kebencian atau dendam kesumat menentang terhadap aal beliau saw (keluarga beliau saw)? Dapat mempunyai kebencian atau dendam menentang para sahabat beliau saw?
Jika orang-orang Muslim memahami perkara ini, tentu perkelahian, huru-hara dan kedengkian antar sesama Muslim akan terkikis habis, sehingga untuk meraih syafaat dari Hadhrat Rasulullah saw dan untuk meraih derajat rohaniah yang tinggi harus memenuhi hak-hak shalawat kepada beliau (saw) [kewajiban-kewajiban sebagai pendukung tujuan shalawat], dan untuk memenuhi hak-hak shalawat kepada beliau (saw) menuntut kepada kita supaya menghapuskan kebencian, permusuhan ataupun dendam diantara sesama kita. Ini semua disebabkan karena kita merupakan umat yang satu.
Apakah syafaat Hadhrat Rasulullah saw untuk orang-orang yang mulut mereka membaca shalawat sedangkan hati mereka penuh dengan perpecahan dan pertentangan [karena saling membenci]? Padahal, Hadhrat Rasulullah saw datang untuk menjalin kasih sayang satu sama lain, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman mengenai para pengikut beliau: ruhamaa-u bainahum -- mereka saling mengasihi satu sama lain. Akan tetapi apakah keadaan orang-orang Muslim zaman sekarang sesuai dengan ayat tersebut mempunyai rasa kasih-sayang satu sama lain?
Dikarenakan keadaan mereka sudah seperti itu maka hendaknya kita berdoa [kepada Allah Ta’ala] dan hendaknya kita membaca shalawat untuk Hadhrat Rasulullah saw sebanyak-banyaknya supaya mereka memahami sepenuhnya amanah [pesan ajaran] Hadhrat Rasulullah saw yang sejati. Dengan menamakan diri sebagai umat Nabi Muhammad saw mereka harus memahami dengan betul hakikat membaca shalawat itu. Pada masa ini dunia Islam dalam situasi yang sangat berbahaya, umat Muslim harus menunjukkan bukti contoh persatuan dan kesatuan yang erat supaya pandangan para musuh dengan mata kotor terhadap Islam tidak akan mencederai mereka.
Ketika kita dalam membaca shalawat mengucapkan ‘Aali Rasul’ (keluarga Rasulullah) maka dalam kalbu kita mengingat mereka yang secara rohaniah dan jasmaniah mempunyai kaitan dengan Hadhrat Muhammad saw itu. Mereka yang mempunyai hubungan darah dengan Hadhrat Rasulullah saw [yaitu keturunan jasmaniah Nabi saw], yang juga memenuhi kewajiban-kewajiban rohaniah mereka kepada beliau (saw), sedemikian rupa memenuhi kewajiban-kewajiban mereka sehingga mereka memiliki standar-standar kerohanian yang mencapai batas puncak ketinggian.
Maka, di dalam hati orang-orang Muslim sejati tidak mungkin timbul pikiran tentang mereka berupa mengeluarkan kata-kata yang tidak sesuai dengan hak-hak mereka itu. Bahkan, lebih dari itu, dalam pikiran mereka di waktu membaca shalawat juga, mereka seolah-olah tengah berdiri berhadapan dengan mereka itu (aali Rasul). Demikian juga para sahabat Hadhrat Rasulullah saw, mereka yang tidak menghiraukan jiwa mereka sendiri melayang di kala sedang bertahan menyelamatkan jasmani beberkat Hadhrat Rasulullah saw, mereka menghadangkan dada mereka di hadapan musuh laksana perisai demi menjaga keselamatan beliau saw dari serangan panah-panah musuh yang menghujani beliau saw.
Sekarang menjadi tugas kita dimana di masa ini di bumi ini telah berdiri dinding-dinding kebencian yang tinggi antara satu dengan yang lain. Dari antara mereka yang menamakan diri Muslim menanamkan benih kebencian satu dengan yang lain. Oleh karena itulah, banyak-banyaklah membaca shalawat, banyak-banyaklah berdoa, dan disertai perasaan simpati hendaklah kita memanjatkan doa bagi umat Muhammadiyah (umat Islam) juga semoga Allah Ta’ala menjadikan mereka para pembaca shalawat sejati dengan memahami maknanya dalam corak hakiki dari shalawat itu. Supaya orang-orang Muslim menyaksikan sendiri dengan nyata pemandangan ayat (mereka saling mengasihi satu sama lain). Mendoakan mereka juga merupakan kewajiban kita semua.
Hadhrat Masih Mau’ud as telah memberikan penjelasan kepada kita mengenai berkat-berkat membaca shalawat dan mengenal pentingnya menjalin ikatan dengan para ahli bait (keluarga) Hadhrat Rasulullah saw. Perihal tersebut akan saya jelaskan disini dalam kata-kata beliau as sendiri. Di satu tempat beliau as bersabda: “Pada suatu ketika turun ilham kepada saya yang artinya ialah bahwa para penduduk mala-ul a’la (para malaikat Allah Ta’ala) tengah berdebat, yakni keinginan dan semangat Ilahi untuk menghidupkan kembali agama sedang bergelora.” Semangat Allah Ta’ala berkehendak untuk menghidupkan kedua kalinya agama sedang dalam gelora.
Beliau bersabda, “Tetapi, para malaikat Allah belum tahu siapa orang yang akan menghidupkan kembali Islam itu. Makanya mereka berselisih.” – Tetapi belum bisa diketahui dengan pasti siapa orangnya yang akan ‘Muhyi’ (orang yang menghidupkan agama) untuk kedua kalinya. -- ”Di tengah-tengah situasi demikian saya melihat di dalam kasyaf bahwa orang-orang sedang sibuk mencari siapa yang akan ‘Muhyi’ menghidupkan agama itu. Kemudian datanglah seseorang di depan saya dan sambil menunjuk saya ia berkata: Haadza rajulun yuhibbu RasulAllah – ‘inilah orangnya yang menyintai Hadhrat Rasulullah saw!’ -- Maksud dari pernyataan ini adalah syarat terbesar dan terutama bagi kedudukan orang itu adalah mahabbat Rasul (kecintaan terhadap Rasulullah saw).”
Itu artinya, syarat utama bagi orang yang akan menghidupkan adalah kecintaan. Orang yang menjadi muhyi [orang yang menghidupkan kembali, penyegar, pembaharu agama itu] adalah orang yang paling banyak kecintaannya kepada Hadhrat Rasulullah saw. “Orang yang seperti itulah yang sangat berhak untuk menyandang tugas itu.” Syarat seperti ini ada diri orang itu. Para malaikat tersebut berkata demikian sambil menunjuk Hadhrat Masih Mau’ud as.
Pertama, dari semua kasyaf dan ilham yang disebutkan tadi dapat dipahami dengan jelas mengenai kedudukan Hadhrat Masih Mau’ud as sebagai Masih Mau’ud dan Imam Mahdi itu, bahwa martabat itu diperoleh berkat shalawat yang beliau kirimkan dengan kecintaan yang tak terperikan kepada Hadhrat Rasulullah saw. Hal kedua, beliau as sendiri bersabda bahwa beliau as mendapatkan ilham ini (sholli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad) mengandung satu rahasia bahwa jika ingin meraih berkat-berkat dari nur-nur Hadhrat Rasulullah saw maka menyintai para ahli bait juga adalah suatu keharusan, dan untuk menjadi muqarrab Allah Ta’ala (orang yang oleh Allah Ta’ala dijadikan dekat dengan-Nya) juga sangat perlu memperoleh warisan peninggalan rohaniah orang-orang suci dan orang-orang yang disucikan Allah Ta’ala [[71]].
Bentuk Rasa Syukur
Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) bersabda,
Oleh karena itu, tugas setiap orang mu’min untuk mempelajari apa-apa yang diajarkan oleh Hadhrat Rasulullah (saw) dan berusaha mengamalkannya, dan ia harus membaca shalawat dan mengirim salam kepada beliau (saw) juga, sebagai tanda syukur terhadap kebaikan dan ihsan beliau yang sangat agung itu. Beliau telah membimbing kita menuju jalan kepada Tuhan dan menunjukkan suri teladan yang sangat baik dan indah kepada kita dalam semua aspek kehidupan sesuai dengan kehendak Allah Ta’ala.
Beliau telah mengajarkan kepada kita cara menunaikan ibadah yang bermutu kepada Tuhan dan menanamkan kesadaran di dalam hati orang-orang mu’min untuk mengkhidmati semua makhluk Allah Ta’ala, sehingga dengan itu orang mu’min dapat meraih keridhaan Allah Ta’ala. Semua perkara itu dapat meningkatkan semangat manusia untuk membaca shalawat dan salam kepada Hadhrat Rasululah (saw) dan kita berusaha menyampaikan ajaran dan suri teladan beliau (saw) yang indah ini kepada dunia [[72]].
Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) bersabda,
...merupakan kewajiban orang beriman agar ketika mengirimkan shalawat kepada junjungan dan majikan kita, juga berusaha keras untuk menegakkan uswah-uswah (contoh-contoh)nya. Barulah akan menjadi pemunculan kebenaran dan kesetiaan yang ditampakkan oleh seorang mukmin kepada junjungannya, Hadhrat Muhammad (saw). Hubungan kebenaran dan kesetiaan dengan Allah Ta’ala ini adalah karena beliau. Shalawat yang dikirimkan kepada Hadhrat (saw) baru akan disebut shalawat jika [dikirimkan] sebagai bentuk rasa syukur [[73]].
Bentuk Rasa Cinta kepada Rasulullah (saw)
Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) bersabda,
Ekspresi sejati kecintaan seorang Ahmadi kepada Rasulullah (saw) dan penegakkan kemuliaan dan kebesarannya adalah dengan bershalawat sebanyak-banyaknya, Subhanallaahi wa bihamdihii Subhanallaahil ‘adziim Allahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa aali Muhammad – “Mahasuci Allah dan dengan pujian-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Agung, ya Allah sampaikanlah shalawat atas Muhammad (saw) dan keluarga Muhammad (saw)"
Setiap Ahmadi di dunia harus mengisi udara hari ini dan selama bulan Ramadhan dengan shalawat. Inilah jawaban kita terhadap serangan musuh, selain itu, ini juga menanamkan ketakwaan dalam diri kita dan ketakwaaanlah yang memberi kita kabar suka akhir yang baik. Musuh-musuh Islam akan porak-poranda dan hancur sementara keberhasilan dan akhir yang baik menjadi untuk orang yang benar-benar bertakwa. Insya Allah! [[74]]
Penjelasan tentang Aali Muhammad (Keluarga Muhammad)
Hadhrat Khalifatul Masih V atba bersabda:
Aali (keluarga) beliau saw adalah mereka yang mempunyai hubungan darah yang juga menjalin hubungan rohaniah, sebagaimana telah saya katakan sebelumnya, dan menegakkan [penghormatan atas] kedudukan beliau saw yang tinggi, selain mereka, mereka adalah juga termasuk keluarga beliau s.aw., yaitu para pengikut setia beliau saw yang bertalian secara rohaniah.
Beliau as bersabda:
“Sedemikian rupa kandungan dalam hal mengirim shalawat ini terhadap Aali Rasul (keluarga Rasul). Ini juga sesuatu rahasia yang terkandung di dalamnya bahwa untuk meraih cahaya-cahaya Ilahi, kecintaan kepada ahli bait Rasul juga mempunyai kedudukan yang sangat agung, dan orang-orang yang termasuk dalam kelompok muqarrabiin Ahadiyat (orang-orang yang sangat dekat dengan Allah Yang Esa) memperoleh warisan peninggalan dari thayyibiin dan thahiriin (orang-orang baik, saleh dan suci), dan mereka menjadi ahli waris semua ilmu pengetahuan dan ma’rifat mereka [yaitu dari para thayyibiin dan thahiriin ini].
Sampai di sini saya ingat kepada sebuah kasyaf yang sangat jelas yaitu pada suatu ketika setelah shalat Maghrib dalam keadaan sadar penuh (bukan tidur) dan sedikit hilangnya fungsi indra mirip dalam kondisi sedikit terlalu bersuka-cita, nampak kepada saya sebuah pemandangan alam yang sangat ajaib. Mulanya terdengar suara langkah cepat beberapa orang yang sedang datang ditandai dengan terdengarnya derap suara sepatu mereka yang semakin jelas.” Kondisi kasyaf ini seumpama keadaan beberapa manusia yang berdatangan dan terdengar derap sepatu mereka.
“Kemudian dalam satu waktu itu juga lima orang yang sangat agung, terhormat dan indah (tampan dan cantik) datang di depan saya, yaitu Janab Peyambar Khuda (Yang Mulia utusan Tuhan, yaitu Nabi Muhammad saw), Hadhrat Ali, Hadhrat Hasan dan Hadhrat Husein serta Hadhrat Fathimah az-Zahra radhiyallahu ‘anhum ajma’iin.
Kemudian salah seorang dari antara mereka, yaitu Hadhrat Fathimah Zahra radhiyallahu ‘anha dengan penuh kecintaan dan kelembutan seperti seorang ibu terhadap anaknya meletakkan kepala hamba yang lemah ini di atas paha beliau (ra). Setelah itu beliau memberi sebuah kitab kepada saya sambil berkata, ‘Tafsir Al-Quran ini disusun oleh Ali (radhiyallahu ta’ala ‘anhu) dan kini Ali memberikan tafsir itu kepada engkau.’Alhamdulillah ‘alaa dzaalik!” [[75]] [[76]]
Menjawab Penghinaan terhadap Nabi saw dengan Lebih Banyak Bershalawat
Hadhrat Khalifatul Masih V atba bersabda:
Di dalam ayat-ayat yang telah saya tilawatkan pada permulaan khotbah ini (Surah Al-Ahzab, 33:57-58 dengan basmallah), Allah Ta’ala mengingatkan orang-orang Mu’min terhadap kewajiban mereka, yaitu mengirim shalawat dan salam kepada Rasul (saw) ini. Perkataan buruk dan penghinaan mereka sama sekali tidak menimbulkan dampak dalam bentuk apapun terhadap kemuliaan dan kehormatan Nabi Suci (saw). Beliau adalah Nabi Agung yang Allah Ta’ala sendiri dan para Malaikat-Nya menyampaikan salam dan shalawat kepadanya. Oleh karena itu, adalah kewajiban setiap orang Mu’min untuk selalu sibuk menyampaikan shalawat dan salam kepada beliau (saw). Dan apabila musuh-musuh Islam melancarkan penghinaan terhadap beliau (saw) maka orang-orang Mu’min harus menyampaikan shalawat dan salam kepada beliau (saw) lebih banyak dari sebelumnya.
Allahumma shalli ‘ala Muhammadin wa’ala aali Muhammadin kama shallaita ‘ala Ibraahiima wa’ala aali Ibraahiima innaka Hamidum Majid. Allahumma baarik ‘ala Muhammadin wa ’alaa aali Muhammad kama baarakta ‘ala Ibraahiima wa ’alaa aali Ibraahiima innaka Hamidum Majid.
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau merahmati Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Engkau Maha Terpuji, Maha Mulia. Ya Allah, limpahkanlah keberkatan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau melimpahkan keberkatan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Engkau Maha Terpuji, Maha Mulia.”
Ringkasnya, perbuatan ekstrim bukan jawaban untuk itu. Jawaban untuk itu telah saya jelaskan sebelumnya, yaitu perbaikan diri sendiri, memperbanyak membaca shalawat kepada Sang Nabi (saw) itu yang adalah sarana untuk menyelamatkan kemanusiaan; supaya melakukan ikhtiar-ikhtiar bersifat duniawi dengan menghimpun negara-negara Muslim menjadi satu; supaya para Muslim yang tinggal di negara-negara Barat memperoleh kekuatan melalui suara mereka di dalam pemilu. Sesungguhnya para anggota Jemaat dimanapun berada harus berusaha untuk melaksanakan itu semua dan berusaha mengajak teman-teman ghair Ahmadiyah untuk melaksanakan cara-cara tersebut diatas. Sampaikanlah aspek-aspek peri kehidupan Hadhrat Rasulullah (saw) dalam corak yang indah kepada masyarakat dunia [[77]].
Cara Bershalawat
Hadhrat Khalifatul Masih V atba bersabda,
Jadi, selama membaca selawat tidak dengan rasa perih/khusyuk dan gejolak cinta -- sambil mengingat kebaikan-kebaikan beliau -- dan di dalam hatinya tidak lahir gejolak, yang dengan itu terlunasi hak mengirim selawat kepada beliau, maka sampai pada waktu itu selawat itu hanya semacam ucapan lisan belaka dan bukan merupakan suara yang keluar dari lubuk hati Saudara-saudara.
Jadi membaca selawat pun mempunyai beberapa cara, ada metode-metodenya. Jika dengan berpegang pada cara-cara itu kita membaca selawat maka benar-benar ini akan sampai ke 'arasy Ilahi dan kemudian akan kembali dengan membawa rahmat-rahmat dan berkat-berkat yang tak terhingga [[78]].
Shalawat di Bulan Muharram
Hadhrat Khalifatul Masih V atba bersabda,
Berbicara mengenai pengabulan doa-doa dan saat masuknya bulan Muharram ini, saya ingin mengatakan bahwa pada hari-hari ini dan pada bulan ini harus banyak-banyak menaruh perhatian untuk membaca durud syarif (shalawat) sebanyak-banyaknya, karena itulah resep untuk pengabulan doa yang telah diberitahukan oleh Hadhrat Rasulullah (saw) sendiri, dan Asyiq Shadiq (Pecinta hakiki) Hadhrat Rasulullah (saw) (yaitu Hadhrat Masih Mau’ud, Imam Mahdi as) telah memberi keteladanan kepada kita secara amal perbuatan dan menjelaskan berkat-berkat dari shalawat dan salam kepada Nabi (saw), dan beliau as pun telah menganjurkan kepada kita untuk memberikan perhatian secara khas dalam membaca shalawat. Akan tetapi harus selalu diingat mutu pelaksanaan shalawat itu harus berupaya ditingkatkan agar faedah dari membaca shalawat itu bisa benar-benar dirasakan. Pada waktu sedang mengirim shalawat kepada Hadhrat Rasulullah (saw) kitapun harus juga memahami ketinggian maqam (kedudukan) kerohanian Hadhrat Rasulullah (saw).
Karena itulah, saya ingin menganjurkan kepada setiap Ahmadi agar banyak bershalawat juga di bulan Muharram ini. Banyak berdoa jugalah untuk umat Muslimin supaya terjaga dari berbagai perselisihan, fitnah dan berbagai kerusakan, dan tunjukkanlah (perlihatkanlah) kecintaan yang hakiki dan tak ada bandingannya terhadap keluarga besar Hadhrat Rasulullah (saw) dan kepada para sahabat beliau (saw) serta kepada semua orang yang dicintai oleh Mahbub dan Aqa kita (Kekasih dan Majikan kita, Sayyidina Hadhrat Nabi Muhammad (saw)). Semua keturunan jasmaniah beliau (saw) yang juga memiliki hubungan rohaniah sangat erat dengan Hadhrat Rasulullah (saw), mereka semuanya benar-benar mempunyai hak sepenuhnya dan sangat berhak untuk kita cintai [[79]].
Catatan Kaki
- ↑ kata sholawaat dalam kamus Almaany
- ↑ Wikipedia - Selawat
- ↑ kamus besar bahasa indonesia - selawat
- ↑ Surat Kabar Al-Hakam, jilid 7, no.8 halaman 7
- ↑ Khotbah Jum’at Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) Tanggal 10 Februari 2006 Di Mesjid Baitul Futuh, London, UK
- ↑ Malfuzhat jilid awal, hal. 23-24, cetakan Rabwah
- ↑ Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 21 Sulh 1390 HS/Januari 2011 Di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
- ↑ Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Doa, Bab Bershalawat untuk nabi Shollallahu 'alaihi wa Salam
- ↑ Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Hadits-hadits yang meriwayatkan tentang para Nabi, Bab Firman Allah "Dan Allah telah mengangkat nabi Ibrahim sebagai kekasih-Nya"
- ↑ Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Doa, Bab Bershalawat untuk nabi ShollAllahu 'alaihi wa Salam
- ↑ Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Tafsir Al Quran, Bab Innallooha wa malaaikatahu yusholluuna 'alan-nabii yaa ayyuhal-ladziina aamanuu sholluu 'alaihii wa sallimuu tasliimaa
- ↑ Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Doa, Bab Bolehkah bershalawat untuk selain Nabi Shallallahu'alaihiwasallam?
- ↑ Hadits Sunan Abu Dawud, Kitab Shalat, Bab Membaca shalawat atas Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam setelah syahadat
- ↑ Hadits Shahih Muslim, Kitab Shalat, Sunahnya mengucapkan sebagaimana yang diucapkan oleh muadzin bagi yang mendengarnya
- ↑ Hadits Sunan Abu Dawud, Kitab Manasik, Bab Ziarah kubur
- ↑ Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab Shalat, Bab Doa masuk masjid
- ↑ Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab Do'a, Bab Sabda Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam; Sekalipun si laki-laki tidak suka
- ↑ Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab Doa, Bab Sabda Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam ; Sekalipun si laki-laki tidak suka
- ↑ Arsip Isa - Janji Baiat
- ↑ Silsilah Kalimaat Thayyibah Hadhrat Imamuz-Zaman no. I Ceramah Hadhrat Aqdas hal. 22; Majalah Review no.I hal. 14-15
- ↑ Khotbah Jumat Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) Tanggal 5-9-2003 di mesjid Fadhal, London
- ↑ Buku Bahtera Nuh, Hazrat Mirza ghulam Ahmad (as), 2018, Neratja Press, hlm. 121-122
- ↑ Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (as), 2018. Haqiqatul Wahy. Neratja Press hlm. 160
- ↑ Malfuzhat, jilid 5 hal 432-433
- ↑ Buku Shalat. 2019. Neratja Press, hlm. 100-101
- ↑ Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz 16 Desember 2016 di Masjid Baitul Futuh, London, UK
- ↑ Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masrur Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz 16 Desember 2016 di Masjid Baitul Futuh, London, UK
- ↑ Khotbah Jumat Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) Tanggal 5-9-2003 di mesjid Fadhal, London
- ↑ Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (as), 2018. Haqiqatul Wahy. Neratja Press hlm. 152 (di catatan kaki)
- ↑ Inti Ajaran Islam bagian Pertama. 2014. Neratja Press hlm. 218
- ↑ Barahin Ahmadiyah, Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 598, London, 1984
- ↑ Surat Kabar Al-Hakam, jilid 7, no.8 halaman 7
- ↑ Khotbah Jum’at Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) Tanggal 10 Februari 2006 Di Mesjid Baitul Futuh, London, UK
- ↑ Khotbah Jum’at Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Khalifatul Masih V ayyadahullahu ta’ala binashrihil ‘aziiz Hadhrat Mirza Masroor Ahmad tanggal 27 Zhuhur 1389 HS/Agustus 2010 di Masjid Baitul Futuh, London-UK
- ↑ Malfuuzhaat, jilid awwal, halaman 24, edisi 2003, terbitan Rabwah
- ↑ Khotbah Jumat Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) Tanggal 5-9-2003 di mesjid Fadhal, London
- ↑ Maktubaat Ahmadiyat jilid awal hal 24-25
- ↑ Maktubat-e-Ahmad, jilid awal, hal. 523
- ↑ Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 18 Sulh 1392 HS/Januari 2013 Di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK
- ↑ Maktubat-e-Ahmad, jilid awal, hal. 534-535
- ↑ Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 18 Sulh 1392 HS/Januari 2013 Di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK
- ↑ Al-Hakam jilid 7 no. 8 tanggal 28 Februari 1903, hal 7
- ↑ Inti Ajaran Islam bagian Pertama. 2014. Neratja Press hlm. 218
- ↑ Maktubat-e-Ahmad, jilid awal, hal. 526
- ↑ Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 18 Sulh 1392 HS/Januari 2013 Di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK
- ↑ Maktubat-e-Ahmad, jilid awal, hal 535-536
- ↑ Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 18 Sulh 1392 HS/Januari 2013 Di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK
- ↑ Hadits Shahih Muslim, Kitab Shalat, Bab Shalawat atas Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam setelah tasyahud
- ↑ Hadits Sunan An-Nasa'i, Kitab Sahwi (Lupa), Keutamaan mengucapkan shalawat Nabi Shallallahu'alaihiwasallam
- ↑ Hadits Sunan An-Nasa'i, Kitab Sahwi (Lupa), Keutamaan mengucapkan shalawat Nabi Shallallahu'alaihiwasallam
- ↑ Hadits Sunan Ibnu Majah, Kitab Mendirikan shalat dan sunah yang ada di dalamnya, Bab Membaca shalawat untuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam
- ↑ Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab Shalat, Bab Keutamaan salawat nabi Shollallahu 'alaihi wa Salam
- ↑ Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Shalat, Bab Berhadats di dalam masjid
- ↑ Hadits Sunan Abu Dawud, Kitab Shalat, Bab Penjelasan tentang istighfar
- ↑ Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 01 Sulh 1389 HS/Januari 2010 di Masjid Baitul Futuh, Morden-London, UK
- ↑ Khotbah Jumat Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) tanggal 12-11-2004,di mesjid Baitul-Futuh, London
- ↑ Hadits Sunan Ibnu Majah, Kitab Jenazah, Bab Meninggalnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan proses pemakamannya
- ↑ Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab Do'a, Bab Doa-doa ringkas berisi
- ↑ Hadits Sunan Ibnu Majah, Kitab Mendirikan shalat dan sunah yang ada di dalamnya, Bab Keutamaan barisan depan
- ↑ Hadits Sunan Abu Dawud, Kitab Shalat, Bab Siapa yang dianjurkan untuk shalat di belakang imam dan larangan untuk berlambat-lambat (di shaf akhir)
- ↑ Hadits Sunan Ibnu Majah, Kitab Mendirikan shalat dan sunah yang ada di dalamnya, Bab Membaca shalawat untuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam
- ↑ Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab Shalat, Keutamaan salawat nabi ShollAllahu 'alaihi wa Salam
- ↑ Khotbah Jumat Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) Tanggal 5-9-2003 di mesjid Fadhal, London
- ↑ Khotbah Jum’at Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) Tanggal 10 Februari 2006 Di Mesjid Baitul Futuh, London, UK
- ↑ Minanur-Rahman, Ruhani Khazain jilid 9 hal. 186-187
- ↑ Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 18 Sulh 1392 HS/Januari 2013 Di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK
- ↑ Khotbah Jumat Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) tanggal 12-11-2004,di mesjid Baitul-Futuh, London
- ↑ Khotbah Jumat Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) Tanggal 5-9-2003 di mesjid Fadhal, London
- ↑ Khotbah Jumat Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) Tanggal 5-9-2003 di mesjid Fadhal, London
- ↑ Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 21 Sulh 1390 HS/Januari 2011 Di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
- ↑ Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 18 Sulh 1392 HS/Januari 2013 Di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK
- ↑ Khotbah Jum’at Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Khalifatul Masih V ayyadahullahu ta’ala binashrihil ‘aziiz Hadhrat Mirza Masroor Ahmad tanggal 27 Zhuhur 1389 HS/Agustus 2010 di Masjid Baitul Futuh, London-UK
- ↑ Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 21 Sulh 1390 HS/Januari 2011 Di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
- ↑ Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 4 Juli 2014 di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
- ↑ Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 18 Sulh 1392 HS/Januari 2013 Di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK
- ↑ Barahin Ahmadiyah, Ruhani Khazain, jilid 1, h. 598-599. Haasyiah dar haasyiah 3.
- ↑ Khotbah Jum’at Sayyidina Amirul Mu’minin Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahulloohu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 21 Tabuk 1391 HS/September 2012 Di Masjid Baitul Futuh, London
- ↑ Khotbah Jumat Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) Tanggal 5-9-2003 di mesjid Fadhal, London
- ↑ Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz Tanggal 2 Sulh 1388 HS/Januari 2009 Di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK