Khotbah-huzur-20211224: Perbedaan revisi

Dari Isa Mujahid Islam
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
(←Membuat halaman berisi 'Keteladanan Para Sahabat Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam (Manusia-Manusia Istimewa seri 138, Khulafa’ur Rasyidin Seri 04, Hadhrat Abu Bakr ibn Abu Quha...')
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 31 Desember 2021 03.27

Keteladanan Para Sahabat Nabi Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam (Manusia-Manusia Istimewa seri 138, Khulafa’ur Rasyidin Seri 04, Hadhrat Abu Bakr ibn Abu Quhafah radhiyAllahu ta’ala ‘anhuma, Seri 04)

Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz menguraikan sifat-sifat terpuji Khalifah (Pemimpin Penerus) bermartabat luhur dan Rasyid (lurus) dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hudhur (atba) akan terus menyebutkan lebih lanjut berbagai kejadian dalam masa Hadhrat Abu Bakr radhiyAllahu ta’ala ‘anhu di khotbah-khotbah mendatang.

Ringkasan Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu-minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 24 Desember 2021 (24 Fatah 1400 Hijriyah Syamsiyah/20 Jumadil Awwal 1443 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Mubarak, Islamabad, Tilford, UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya).

Hudhur ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz bersabda bahwa Hadhrat Abu Bakr (ra) termasuk di antara mereka yang menemani Nabi Muhammad (saw) ke Bai'at-e-Aqabah Thaniah (Ikrar kesetiaan kedua di Aqabah). Selama waktu ini, Hadhrat Abu Bakr (ra) ditunjuk bersama dengan Hadhrat Ali (ra) untuk berjaga-jaga.

Mendampingi Nabi Muhammad (saw) Selama Hijrah (dari Makkah ke Madinah): Hadhrat Abu Bakr (ra) juga menemani Nabi Muhammad (saw) selama hijrah beliau ke Madinah. Orang-orang Makkah telah menganiaya kaum Muslim dengan kejam sehingga kaum Muslim harus berhijrah.

Berdasarkan rukya (mimpi) yang Nabi (saw) saksikan, awalnya beliau (saw) mengira bahwa hijrah itu akan menuju Yamama. Namun, kemudian menjadi jelas bahwa hijrah itu dimaksudkan untuk menuju Yatsrib, yang kemudian dikenal dengan nama Madinah. Dengan demikian, ketika penduduk Madinah mulai menerima Islam, umat Islam Makkah disarankan untuk berhijrah ke Madinah. Akhirnya, mayoritas Muslim di Makkah berhijrah ke Madinah, kecuali mereka yang dijelaskan dalam AlQur'an sebagai berikut,

“Kecuali mereka yang lemah di antara para pria, wanita, dan anak-anak, yang tidak mampu membuat rencana atau menemukan jalan apa pun.” (Surah an-Nisa, 4:99)

Nabi Muhammad (saw) sedang menunggu perintah Allah sebelum hijrah dirinya. Hadhrat Abu Bakr (ra) meminta izin untuk berhijrah, dan Nabi (saw) menjawab supaya beliau harus menunggu, karena Nabi (saw) juga akan segera menerima perintah untuk berhijrah.

Rencana Orang Makkah untuk Membunuh Nabi Muhammad (saw): Pada saat yang sama, para kepala suku Makkah marah pada kenyataan bahwa umat Islam melarikan diri. Jadi, para kepala suku berkumpul untuk membuat rencana melawan Nabi Suci (saw), karena mereka tidak ingin dia pergi juga. Mereka mendiskusikan berbagai rencana dan plot (persekongkolan jahat). Akhirnya, diputuskan bahwa setiap suku Quraisy harus menugaskan seorang pria dan memberikannya pedang dan mereka semua harus membunuh Nabi Muhammad (saw) pada saat yang sama.

Allah memberi tahu Nabi Muhammad (saw) tentang rencana ini, ketika Dia menyatakan:


"Dan (ingatlah), ketikaorang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Surah al-Anfal, 8:31)

Setelah menerima izin ilahi, Nabi (saw) memulai persiapan untuk berhijrah. Nabi Muhammad (saw) pertama-tama pergi ke rumah Hadhrat Abu Bakr (ra), dan memberitahunya bahwa dia telah menerima izin untuk berhijrah, dan bahwa Hadhrat Abu Bakr (ra) akan menemaninya. Hadhrat Abu Bakr (ra) berkata bahwa beliau telah menyiapkan dua unta untuk tujuan ini, salah satunya akan beliau berikan kepada Nabi Muhammad (saw). Nabi Muhammad (saw) berkata bahwa beliau hanya akan mengambil unta setelah membayarnya, dan dengan demikian membelinya dari Hadhrat Abu Bakr (ra) seharga 400 dirham. Diputuskan bahwa pemberhentian pertama adalah Gua Tsaur di mana mereka akan tinggal selama tiga hari. Mereka juga memutuskan untuk mempekerjakan seseorang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang berbagai jalur di gurun Arabia. Untuk tujuan ini, mereka mempekerjakan Abdullah bin Uraiqit, yang akan menemui mereka di Gua Tsur dalam tiga hari.

Hadhrat Ali (ra) Diberitahu tentang Rencana Nabi Muhammad (saw) setelah membuat rencana ini dan kembali ke rumah, Nabi (saw) memberitahu Hadhrat Ali (ra) tentang rencananya untuk berhijrah. Beliau mempercayakan Hadhrat Ali (ra) dengan tugas menghabiskan malam itu di tempat tidur beliau, menggunakan selimut yang sama yang beliau gunakan. Nabi (saw) meyakinkannya bahwa musuh tidak akan menyakitinya. Nabi (saw) juga menginstruksikan Hadhrat Ali (ra) agar mengembalikan semua amanah (barang titipan) yang telah diberikan kepada beliau (saw), setelah itu dia harus bergabung dengannya di Madinah.

Sementara itu, para penyerang berada di dekat rumah Nabi (saw), menunggu malam tiba untuk melancarkan serangan mereka. Nabi Muhammad (saw) bisa mendengar Abu Jahal mengejeknya, dan sebagai tanggapan, Nabi Muhammad (saw) membacakan:

” Ya Sin. Demi Al-Qur'an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari para Rasul, di jalan yang lurus. Ini adalah wahyu Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, agar kamu memberi peringatan kepada suatu kaum yang bapak-bapaknya tidak pernah diberi peringatan, sehingga mereka lalai. Sungguh, perkataan itu terbukti benar terhadap kebanyakan dari mereka, karena mereka tidak percaya. Kami telah memasangkan belenggu pada leher mereka sampai ke dagu, sehingga kepala mereka dipaksa ke atas. Dan Kami jadikan penghalang di hadapan mereka dan penghalang di belakang mereka, dan Kami tutupi mereka, sehingga mereka tidak dapat melihat.” (36:2-10)

Menjelang malam, meskipun para penyerang berada tepat di luar dan sedang mengintip ke dalam rumah Nabi (saw), beliau dapat meninggalkan rumahnya tanpa terdeteksi [tersadari para pengepung], sementara itu, orang-orang kafir mengira pria di tempat tidur itu adalah Nabi Muhammad (saw), padahal itu Hadhrat Ali (ra). Saat fajar menyingsing, para penyerang menyadari target mereka telah menyelinap melalui kepungan mereka. Sebenarnya Hadhrat Ali (ra) yang terbaring di tempat tidur.

Ada berbagai riwayat tentang waktu malam di mana Nabi (saw) meninggalkan rumahnya. Beberapa riwayat mengatakan bahwa itu terjadi di bagian awal malam, beberapa mengatakan itu tengah malam, sementara yang lain mengatakan itu di bagian akhir malam. Menurut Hadhrat Mirza Bashir Ahmad Sahib (ra), Nabi (sa) meninggalkan rumahnya di awal malam, karena orang-orang kafir yang berdiri di luar rumahnya tidak mengharapkannya untuk keluar. Itulah sebabnya Nabi Suci (saw) bisa pergi tanpa terdeteksi. Menurut Hadhrat Masih Mau'ud (as), Nabi Muhammad (saw) meninggalkan rumahnya di pagi hari. Bagaimanapun [adanya perbedaan pendapat ini], hal pokoknya ialah Nabi Muhammad (saw) bisa pergi tanpa terdeteksi.

Nabi Muhammad (saw) Mengucapkan Selamat Tinggal atas Makkah: Setelah meninggalkan rumahnya, Nabi (saw) langsung pergi ke rumah Hadhrat Abu Bakr (ra). Di sana, putri Hadhrat Abu Bakr (ra) dengan cepat menyiapkan makanan dan perbekalan untuk perjalanan mereka. Kemudian mereka berdua berangkat dari sana.

Sepanjang perjalanan hijrah ini, Nabi Muhammad (saw) terus membaca yang berikut:

"Yaa Tuhanku, jadikanlah jalan masukku jalan masuk yang baik, kemudian keluarkan aku dengan jalan keluar yang baik. Dan berilah aku dariMu kekuatan penolong.” (17:81)

Ketika Nabi Muhammad (saw) melewati Ka'bah, beliau melihat ke arah Makkah dan menyapanya, berkata, “Demi Allah, dari antara tanah Allah, wahai Makkah, kamu adalah orang yang paling kucintai, dan kamu yang paling dicintai Tuhan. Seandainya penghunimu tidak memaksaku pergi, tidak akan pernah aku pergi.”

Ketika mereka melakukan perjalanan ke Gua Tsur, terkadang Hadhrat Abu Bakr (ra) akan berjalan di depan Nabi (saw), terkadang di belakangnya, terkadang ke kanan dan terkadang ke kirinya. Nabi (saw) bertanya kepadanya tentang hal ini, Hadhrat Abu Bakr (ra) menjawab bahwa kadang-kadang beliau akan berpikir seseorang mungkin datang dari depan, dari belakang atau dari samping, dan karena itu beliau akan mencoba untuk menutupi semua sisinya. untuk melindungi Rasulullah (saw).

Mencapai Gua Tsaur (Gua Banteng): Ketika mereka sampai di gua, Hadhrat Abu Bakr (ra) masuk ke dalam terlebih dahulu dan membersihkan area tersebut. Kemudian Nabi (saw) masuk dan berbaring, meletakkan kepalanya di kaki Hadhrat Abu Bakr (ra). Ada sebuah lubang di dalam gua, yang ditutupi oleh Hadhrat Abu Bakr (ra) dengan kakinya. Sepanjang malam, sesuatu binatang terus menggigitnya, tetapi karena takut mengganggu Nabi (saw), beliau tidak bergerak. Ketika Nabi Muhammad (saw) terbangun, beliau melihat bahwa warna wajah Hadhrat Abu Bakr (ra) telah berubah, dan bertanya ada apa. Ketika Hadhrat Abu Bakr (ra) memberitahunya, Nabi (saw) mengoleskan air liurnya ke luka, yang kemudian sembuh.

Ketika orang-orang Makkah menyadari bahwa Nabi Muhammad (saw) telah pergi, mereka mulai mencari beliau. Mereka menanyai Hadhrat Ali (ra) dan memukulinya. Kemudian mereka pergi ke rumah Hadhrat Abu Bakr (ra) dan bertanya kepada putrinya Hadhrat Asmaa' (ra) tentang keberadaan ayahnya. Dia menjawab bahwa dia tidak tahu, hal mana membuat Abu Jahal memukulnya.

Orang-orang Makkah menyewa pelacak, yang mampu melacak jejak Nabi Muhammad (saw) ke Gua Tsaur. Orang Makkah berdiri di luar gua, dan Hadhrat Abu Bakr (ra) menyatakan bisa melihat kaki mereka. Seandainya mereka melihat ke dalam gua, mereka akan menemukannya. Namun mereka tidak sendirian, sebagaimana Tuhan bersama mereka, Yang membuat pohon tumbuh, mengirim laba-laba untuk membuat jaring di mulut gua, dan seekor merpati membuat sarang dan bertelur.

Hudhur (aba) mengatakan bahwa beliau akan terus menyoroti kehidupan Hadhrat Abu Bakr (ra) dalam khotbah-khotbah mendatang.