Khotbah-Idul-Fitri-2021: Perbedaan revisi
(Mengganti teks aran QS Al-Fatihah) |
(Menambahkan ayat Alquran 2:201) |
||
Baris 12: | Baris 12: | ||
'''Berkah Sejati Ramadhan dan Idul Fitri:''' Berkah sejati Ramadhan hanya akan diakui ketika perubahan yang benar terjadi. Selain itu, kebahagiaan Idul Fitri hanya akan dialami seseorang ketika perubahan ini menjadi bagian permanen (tetap) dari kehidupannya. Hadhrat Masih Mau’ud ''‘alaihish shalaatu was salaam'' telah membimbing kita bagaimana menjadi orang beriman sejati. | '''Berkah Sejati Ramadhan dan Idul Fitri:''' Berkah sejati Ramadhan hanya akan diakui ketika perubahan yang benar terjadi. Selain itu, kebahagiaan Idul Fitri hanya akan dialami seseorang ketika perubahan ini menjadi bagian permanen (tetap) dari kehidupannya. Hadhrat Masih Mau’ud ''‘alaihish shalaatu was salaam'' telah membimbing kita bagaimana menjadi orang beriman sejati. | ||
− | Hudhur ''ayyadahuLlahu ta’ala'' memberikan kutipan dari sabda Hadhrat Masih Mau’ud ''‘alaihish shalaatu was salaam'' yang menjelaskan bagaimana kita benar-benar dapat melanjutkan berkah Ramadhan dan merayakan Idul Fitri dengan cara yang benar; apa hak yang harus ditunaikan kepada Tuhan dan apa hak yang dimiliki sesama manusia yang juga harus dipenuhi. Mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh berarti mencintai-Nya lebih dari pada orang tua, istri, keluarga dan semua hal lainnya. Tuhan Yang Maha Kuasa menyatakan dalam Al-Qur'an, “Maka setelah kamu menunaikan cara-cara ibadah ''hajimu'', berzikirlah kepada Allah sebagaimana kamu mengingat bapak-bapakmu atau berzikirlah lebih banyak lagi.” (Al-Qur'an, Surah al-Baqarah, 2: 201) Jika kita dapat menetapkan tingkat kecintaan ini, kita dapat mengatakan telah merayakan Idul Fitri dalam arti yang sebenarnya. Kita harus meninjau diri kita sendiri dan melihat apakah kita siap untuk berusaha mencapai ini. | + | Hudhur ''ayyadahuLlahu ta’ala'' memberikan kutipan dari sabda Hadhrat Masih Mau’ud ''‘alaihish shalaatu was salaam'' yang menjelaskan bagaimana kita benar-benar dapat melanjutkan berkah Ramadhan dan merayakan Idul Fitri dengan cara yang benar; apa hak yang harus ditunaikan kepada Tuhan dan apa hak yang dimiliki sesama manusia yang juga harus dipenuhi. Mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh berarti mencintai-Nya lebih dari pada orang tua, istri, keluarga dan semua hal lainnya. Tuhan Yang Maha Kuasa menyatakan dalam Al-Qur'an, |
+ | |||
+ | {{Arab Quran|teks-quran=فَاِذَا قَضَیۡتُمۡ مَّنَاسِکَکُمۡ فَاذۡکُرُوا اللّٰہَ کَذِکۡرِکُمۡ اٰبَآءَکُمۡ اَوۡ اَشَدَّ ذِکۡرًا ؕ ...}} | ||
+ | |||
+ | “Maka setelah kamu menunaikan cara-cara ibadah ''hajimu'', berzikirlah kepada Allah sebagaimana kamu mengingat bapak-bapakmu atau berzikirlah lebih banyak lagi.” (Al-Qur'an, Surah al-Baqarah, 2: 201) Jika kita dapat menetapkan tingkat kecintaan ini, kita dapat mengatakan telah merayakan Idul Fitri dalam arti yang sebenarnya. Kita harus meninjau diri kita sendiri dan melihat apakah kita siap untuk berusaha mencapai ini. | ||
Kecintaan sejati kepada Tuhan tidak dapat dicapai hanya melalui kata-kata, melainkan harus ada upaya yang benar dan terpadu untuk tujuan ini. Karena itu, seiring dengan penegasan verbal (ucapan lisan), harus ada tindakan (amal perbuatan) yang menyertai pernyataan tersebut. Ini adalah Islam yang benar, dan inilah tujuan Hadhrat Masih Mau’ud ''‘alaihish shalaatu was salaam'' datang. | Kecintaan sejati kepada Tuhan tidak dapat dicapai hanya melalui kata-kata, melainkan harus ada upaya yang benar dan terpadu untuk tujuan ini. Karena itu, seiring dengan penegasan verbal (ucapan lisan), harus ada tindakan (amal perbuatan) yang menyertai pernyataan tersebut. Ini adalah Islam yang benar, dan inilah tujuan Hadhrat Masih Mau’ud ''‘alaihish shalaatu was salaam'' datang. |
Revisi terkini pada 1 Mei 2022 20.46
Ringkasan Khotbah Idul Fithri Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis (ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz) pada 14 Mei 2021 (Hijrah 1400 Hijriyah Syamsiyah/Syawal 1442 Hijriyah Qamariyah) di Masjid Mubarak, Tilford, UK (United Kingdom of Britain/Britania Raya).
Pembahasan Id Hakiki, Ketakwaan esensi sejati Doa-doa.
Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah
Dengan karunia Allah semata, setelah melewati bulan Ramadhan, Dia telah memungkinkan kita untuk menyaksikan hari Idul Fitri. Tapi apakah ini satu-satunya tujuan kita melewati bulan Ramadhan; bahwa kita berpuasa selama sebulan dan kemudian pada akhirnya merayakannya? Faktanya, kita hanya bisa memetik nikmat sejati dari karunia Allah ini, ketika kita benar-benar memahami tujuan Ramadhan dan Idul Fitri. Jika kita benar-benar telah mengubah diri kita sendiri dan mengembangkan kebiasaan baik, maka kebiasaan itu akan terlihat jelas setelah jangka waktu tiga puluh hari. Dari satu Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, kita harus terus bertindak berdasarkan kebiasaan-kebiasaan bajik yang dibawa selama bulan Ramadhan. Hanya dengan begitu kita akan menyaksikan berkah sejati Ramadhan.
Berkah Menerima Imam Zaman: Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala berkata bahwa kita beruntung telah menerima Imam Zaman, yang membimbing kita untuk menapaki jalan yang telah ditetapkan untuk kita oleh Tuhan dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan mengikuti bimbingan inilah kita akan mampu melakukan keadilan yang benar terhadap ibadah kita dan memenuhi perintah-perintah Tuhan. Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam dengan jelas menyatakan bahwa ada dua tujuan utama kedatangannya; untuk membantu orang mengenali Tuhan dan memenuhi hak-hak mereka yang harus ditunaikan kepada-Nya, dan untuk membantu orang-orang mengenali hak-hak yang mereka miliki kepada sesama manusia. Inilah inti Islam dan tujuan hidup kita. Tujuan Ramadhan adalah berjuang untuk memenuhi tujuan-tujuan ini.
Berkah Sejati Ramadhan dan Idul Fitri: Berkah sejati Ramadhan hanya akan diakui ketika perubahan yang benar terjadi. Selain itu, kebahagiaan Idul Fitri hanya akan dialami seseorang ketika perubahan ini menjadi bagian permanen (tetap) dari kehidupannya. Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam telah membimbing kita bagaimana menjadi orang beriman sejati.
Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala memberikan kutipan dari sabda Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam yang menjelaskan bagaimana kita benar-benar dapat melanjutkan berkah Ramadhan dan merayakan Idul Fitri dengan cara yang benar; apa hak yang harus ditunaikan kepada Tuhan dan apa hak yang dimiliki sesama manusia yang juga harus dipenuhi. Mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh berarti mencintai-Nya lebih dari pada orang tua, istri, keluarga dan semua hal lainnya. Tuhan Yang Maha Kuasa menyatakan dalam Al-Qur'an,
“Maka setelah kamu menunaikan cara-cara ibadah hajimu, berzikirlah kepada Allah sebagaimana kamu mengingat bapak-bapakmu atau berzikirlah lebih banyak lagi.” (Al-Qur'an, Surah al-Baqarah, 2: 201) Jika kita dapat menetapkan tingkat kecintaan ini, kita dapat mengatakan telah merayakan Idul Fitri dalam arti yang sebenarnya. Kita harus meninjau diri kita sendiri dan melihat apakah kita siap untuk berusaha mencapai ini.
Kecintaan sejati kepada Tuhan tidak dapat dicapai hanya melalui kata-kata, melainkan harus ada upaya yang benar dan terpadu untuk tujuan ini. Karena itu, seiring dengan penegasan verbal (ucapan lisan), harus ada tindakan (amal perbuatan) yang menyertai pernyataan tersebut. Ini adalah Islam yang benar, dan inilah tujuan Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam datang.
Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala berkata bahwa para Waqif Zindegi harus secara khusus mempertimbangkan bahwa segala sesuatu yang mereka lakukan dan setiap tindakan mereka harus semata-mata demi Allah Ta’ala.
Menjadi Seperti Ibrahim ‘alaihis salaam: Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala lebih lanjut mengutip Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam yang mengatakan bahwa kisah Ibrahim ‘alaihis salaam diceritakan untuk menunjukkan tingkat pengorbanan yang besar yang harus dicapai seseorang. Islam berusaha menjadikan banyak Ibrahim dan menanamkan semangat yang sama pada setiap orang. Kita seharusnya tidak hanya mencari untuk mengikuti aulia`ullah (sahabat Allah) lainnya, melainkan kita sendiri harus berusaha menjadi sahabat Allah. Tidak diragukan lagi bahwa untuk mencapai standar-standar ini mengharuskan seseorang untuk berjalan di jalan yang sulit, tetapi setelah melewati jalan itu, ternyata adalah sangat mudah dan bahagia. Namun, semua kebiasaan dan kualitas buruk harus dibuang.
Tanpa ketulusan, seseorang tidak bisa mencapai keridhaan sejati Tuhan. Tidak ada yang bisa menipu Tuhan, oleh karena itu kita harus benar-benar ikhlas.
Karena itu, kita harus meninjau klaim (pernyataan) kita tentang mencintai Tuhan. Jika kita mencintai Dia dalam arti yang sebenarnya seperti yang dijelaskan, maka kita akan mengalami kebahagiaan sejati Idul Fitri.
Mengalami Doa Sejati: Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengutip Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam yang berkata bahwa seseorang harus selalu terus mencari pengampunan dari Tuhan Yang Maha Esa. Ketika seseorang benar-benar berpaling kepada Tuhan dalam penyesalan, maka Tuhan berpaling kepadanya dengan belas kasihan dan pengampunan lalu menghapus dosa dan kesalahannya. Untuk melakukan ini, seseorang harus berdoa dengan sangat hati-hati. Seseorang harus membangun ketakutan sejati akan Tuhan di dalam hati mereka. Sebelum melakukan sesuatu, seseorang harus berhenti untuk berpikir apakah tindakan ini akan menyenangkan, atau tidak menyenangkan Tuhan.
Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam berkata bahwa tujuan sholat tidak hanya melalui tindakan jasmani dan postur tubuh. Sebaliknya, tujuan shalat adalah untuk memuliakan Tuhan dan untuk mencari pengampunan-Nya. Ketika dua hal ini digabungkan dengan perhatian dan ketulusan yang benar, maka seseorang mengalami apa yang dinamakan shalat yang benar. Ketika seseorang membungkuk, hati mereka harus tunduk bersama mereka, dan ketika seseorang bersujud, maka itu harus dengan takut akan Tuhan yang sejati.
Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengatakan bahwa dengan mencapai standar itulah kita dapat mengalami Idul Fitri yang sejati. Kita harus meninjau diri kita sendiri, apakah kita sedang berjuang untuk mencapai level dan standar ini, sehingga kita dapat benar-benar merasakan esensi Idul Fitri.
Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala lebih lanjut mengutip Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam yang mengatakan bahwa ibadah yang benar adalah untuk sepenuhnya mengabdikan diri kepada Allah. Satu-satunya tujuan seseorang harus mencapai keridhaan Allah. Semua perbuatan baik yang dilakukan tidak boleh dilakukan dengan paksa dan terpaksa, melainkan ibadah dan doa harus dilakukan dengan kebahagiaan dan niat yang tulus. Tanda seorang mukmin sejati adalah mereka tidak pernah meninggalkan ibadah dan melakukan perbuatan baik, karena mereka tidak melakukannya hanya demi pahala; sebaliknya mereka menganggap keberadaan mereka diciptakan dengan tujuan untuk mengenali dan mencari keridhaan Tuhan. Ketika seseorang berjuang dengan cara ini, maka mereka dapat menyaksikan karunia Tuhan.
Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam berkata bahwa bahkan mengalami kesulitan akan menjadi sarana kebahagiaan dan kepuasan baginya, karena hal itu akan menuntunnya lebih dekat kepada Tuhan, daripada menuntunnya menjauh dari jalan Tuhan. Ini adalah jalan menuju surga, dan tidak ada yang bisa mencapainya tanpa menapaki jalan ini.
Menapaki Jalan Menuju Surga: Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengatakan bahwa ini adalah intisari dan ini adalah jalan untuk mencapai semangat Idul Fitri yang sejati. Jadi kita harus mempertimbangkan apakah kita sedang menempuh jalan yang menuntun kita untuk mencapai Surga ataukah tidak.
Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala bersabda bahwa kita harus menetapkan standar yang tinggi dalam ibadah kita, dalam mencapai keridhaan Tuhan, dan dalam memenuhi hak-hak yang dimiliki sesama manusia. Hanya dengan begitu kita akan mengalami Idul Fitri sejati.
Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengutip Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam yang bersabda bahwa seorang mukmin sejati tidak pernah mengambil (menetapkan) seseorang sebagai musuh pribadi, atau mencoba untuk menyakiti siapapun. Melakukan hal itu [menentang seseorang] demi menjunjung tinggi kehormatan Tuhan dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah masalah lain, tetapi meskipun demikian, seseorang harus berdoa untuk musuh-musuh seperti itu, dan tetap mengingat standar moral yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Pentingnya Membaca Al-Qur'an: Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengatakan bahwa membaca, mempelajari dan merenungkan Al-Qur'an juga merupakan tanda mukmin sejati. Perlu membaca dan bertindak berdasarkan Al-Qur'an, bersama dengan ibadah, untuk meningkatkan keyakinan dan kepastian. Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam bersabda bahwa kita harus membaca Al-Qur'an dan shalat dengan cermat. Kita harus membaca Al-Qur'an dan membaca terjemahannya sehingga kita dapat memahami perintah-perintahnya. Kita seharusnya tidak membaca Al-Qur'an hanya sebagai buku biasa, tetapi harus melakukannya dengan mengingat bahwa itu adalah Firman Tuhan. Demikian pula inti dari shalat adalah doa. Oleh karena itu, kita harus berdoa dengan sangat hati-hati dan penuh perhatian, daripada hanya sekedar bergerak-gerak dalam ibadah shalat, tanpa menyadari apa yang kita lakukan atau katakan.
Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala bersabda bahwa shalat kita dengan hati-hati, dan membaca Al-Qur'an dengan pemahaman yang benar akan membawa kita untuk mengalami Idul Fitri yang sejati. Kita harus selalu berusaha untuk shalat dengan hati-hati, dan harus selalu berusaha untuk membaca, merenungkan dan berbuat berdasarkan Al-Qur'an.
Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengutip Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam bahwa kemenangan kita terletak pada Al-Qur'an.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bersabda bahwa orang yang tidak menghafal satu bagian [satu Surah atau ssaja dari Al-Qur'an adalah seperti rumah kosong. Lebih jauh, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan agar kita tidak membaca Al-Qur'an dengan cepat-cepat dan terburu-buru, melainkan kita harus membacanya dengan hati-hati sambil merenungkan maknanya.
Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengatakan bahwa banyak yang akan membaca Al-Qur'an dan menghapal beberapa bagian darinya selama Ramadhan. Kita harus berusaha untuk melanjutkan ini dan terus menegaskan lagi bagian-bagian yang telah kita hafal. Selain itu, kita juga harus berusaha untuk terus merenungkan maknanya. Kemudian, kita dapat mengatakan bahwa kita sedang mengalami kebahagiaan sejati dan esensi Idul Fitri yang sejati ketika kita melanjutkan semangat yang ditetapkan di bulan Ramadhan ini.
Memenuhi Hak Umat Manusia: Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengatakan bahwa semua tindakan shalat dan ibadah ini hanya akan menguntungkan kita dalam mencapai kedekatan dengan Tuhan ketika kita juga memenuhi kewajiban kita kepada sesama manusia.
Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam bersabda bahwa sama seperti seseorang mengklaim Tuhan itu Satu dan tanpa sekutu, seseorang juga harus memelihara makhluk ciptaan-Nya dan mengkhidmati mereka. Namun masih banyak yang tidak dapat memenuhi hak yang dimiliki satu sama lain dan melakukan ketidakadilan terhadap satu sama lain. Bagaimanapun, Tuhan memerintahkan bahwa umat manusia harus menjadi satu, dan bersikap baik dan adil terhadap satu sama lain; hanya dengan demikian kita dapat benar-benar menjalin hubungan secara benar dengan Tuhan Yang Esa. Saat kita memenuhi hak yang dimiliki satu sama lain, barulah kita bisa memenuhi hak kita kepada Tuhan. Saat kita melakukan ini, maka kita akan merasakan esensi Idul Fitri yang sebenarnya.
Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengatakan bahwa saat perhatian kita tertuju pada hal-hal spiritualitas [ruhani] dan ibadah, perhatian kita juga harus tetap pada pemenuhan hak-hak yang menjadi hak umat manusia.
Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam bersabda bahwa ada dua jenis hak yang dimiliki manusia; kepada mereka yang telah menjadi saudara seiman, dan kemudian kepada umat manusia pada umumnya. Faktanya, Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam bersabda bahwa menurut Sunnah (amalan tetap) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, seseorang bahkan harus mendoakan orang yang memusuhinya. Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam bersabda bahwa tidak ada yang memusuhinya, yang tidak pernah ia doakan setidaknya dua atau tiga kali.
Sama seperti Tuhan tidak senang jika seorang hamba menyekutukan-Nya, Dia juga tidak senang jika seseorang memiliki permusuhan terhadap seseorang yang lain. Oleh karena itu, tidak peduli seberapa hebat musuh atau tidak peduli seberapa besar permusuhan yang ditunjukkan orang lain, kita harus selalu mendekati orang lain dengan hati-hati dan kebaikan serta menunjukkan standar moralitas tertinggi. Ketika kita menetapkan standar ini dalam hubungan kita satu sama lain dan kita saling mendoakan, maka kita akan mengalami kebahagiaan sejati Idul Fitri.
Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala lebih lanjut mengutip Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam yang berkata bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa pada hari kiamat, Tuhan akan berkata kepada beberapa orang bahwa Dia sangat senang dengan mereka, karena ketika Dia lapar mereka memberi makan-Nya, memakaikan pakaian kepada-Nya, memberi-Nya air, dan mengunjungi-Nya ketika Dia sakit. Orang-orang akan berkata kepada-Nya bahwa Dia suci dari hal-hal seperti itu, bagaimana mereka dapat melakukan hal-hal ini untuk-Nya?
Allah akan berfirman bahwa ada hamba-Nya dalam keadaan seperti itu dan mereka membantu mereka, dan ketika mereka melakukannya, seolah-olah mereka melakukannya untuk Allah. Karena itu, menunjukkan kebaikan dan kasih sayang kepada ciptaan Allah sangat penting dalam mencapai keridhaan Allah. Karen itu, tujuan kita untuk membantu umat manusia harus mencapai keridhaan Tuhan.
Berusaha keras untuk Membuat Pengorbanan Keuangan: Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala bersabda bahwa ketika kita melakukan ini, kita akan mengalami Idul Fitri sejati. Jemaat Muslim Ahmadiyah telah mengumpulkan banyak dana berbagai macam untuk membantu semua jenis orang yang membutuhkan dengan berbagai cara. Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha memberikan kontribusi terhadap dana ini dan dengan demikian membantu mereka yang membutuhkan, untuk mencapai keridhaan Tuhan.
Yang Mulia ayyadahuLlahu ta’ala lebih jauh mengutip Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam yang bersabda bahwa seorang pria harus memperlakukan istrinya dengan baik. Kebaikan suami dalam memperlakukan istrinya membuat rumah tangga menjadi surgawi. Dalam membangun rumah tangga surgawi seperti itulah seseorang dapat terus mengalami kebahagiaan Idul Fitri.
Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengutip Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam yang bersabda bahwa ada banyak yang tampaknya mengingat Tuhan dan menyebut nama-Nya, namun tindakan mereka tidak mencerminkan hal yang sama.
Karena itu, klaim kita harus disertai dengan amal perbuatan. Kita harus menyembah Tuhan dengan ketulusan sejati. Kita harus membaca Firman Tuhan dengan konsentrasi yang benar. Jemaat sejati Tuhan tidak dapat dibangun tanpa tindakan yang benar dan tegas.
Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala bersabda bahwa menerima Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam adalah masalah yang sangat penting. Hanya merayakan telah baiat di permukaan tidak akan membantu kita mencapai tujuan kita yang sebenarnya. Sebaliknya, kita harus berusaha untuk memenuhi janji yang telah kita buat. Kemudian, Tuhan melimpahkan karunia-Nya dan menjadi golongan yang benar lalu kebahagiaan besar terjadi karena hal tersebut, dan ketika ini terjadi, maka tidak ada Hari Raya yang lebih besar dari ini.
Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengutip Hadhrat Masih Mau’ud ‘alaihish shalaatu was salaam yang bersabda bahwa tujuan berdiri bahu-membahu dalam shalat adalah untuk membangun persatuan. Kita harus berdoa untuk saudara dan saudari kita sama seperti kita berdoa untuk diri kita sendiri, dan berharap untuk mereka apa yang kita harapkan untuk diri kita sendiri. Persatuan adalah faktor pembeda. Kita tidak boleh membiarkan permusuhan merayap untuk hal-hal terkecil. Tetapi jika kita tidak melakukannya, maka kita akan tetap kehilangan berkat Tuhan.
Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengatakan bahwa untuk mengambil bagian dari Idul Fitri yang sejati, kita harus mempertimbangkan apakah kita telah bertindak atas hal ini. Tidaklah cukup untuk bertemu dengan beberapa kerabat dan memperlakukan mereka dengan kebaikan dan kasih sayang, melainkan hanya dengan memperlakukan semua orang dengan cara yang sama sehingga kita dapat benar-benar mengalami Idul Fitri. Tidak hanya kita mengalami Idul Fitri dua kali setahun, melainkan ketika kita membangun kualitas-kualitas ini, maka setiap hari akan menjadi Idul Fitri bagi kita.
Doa untuk Palestina dan Seluruh Dunia: Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala kemudian memohon untuk berdoa. Pertama Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala berdoa untuk orang-orang Palestina, yang menghadapi kesulitan dan penganiayaan di tanah mereka sendiri. Mereka tidak dapat mengunjungi masjid mereka sendiri dan sebagai gantinya diharuskan memiliki izin tetapi bahkan itu tidak diberikan kepada mereka. Kemudian mereka yang pergi sholat diserang dan secara paksa dibawa keluar. Banyak media yang adil yang kini mulai meliput ketidakadilan yang sedang dilakukan.
Polisi [Israel] telah menyemprotkan gas air mata dan menembakkan peluru; bahkan ada serangan dan serangan udara yang menyebabkan banyak orang menderita dan terbunuh. Menurut beberapa laporan, polisi Israel menghalangi bantuan medis untuk menjangkau mereka yang membutuhkannya. Semoga Allah membantu yang tertindas dan menangkap para pelaku ketidakadilan.
Departemen Luar Negeri Amerika Serika mengklaim menyerukan keadilan, namun mereka tetap diam bahkan setelah pembunuhan sembilan anak, dan belum mengeluarkan pernyataan apa pun - bahkan jumlahnya mungkin lebih dari sembilan sekarang.
Suratkabar New York Times juga telah menyatakan menurut laporan Human Rights Watch bahwa Israel mendahulukan orang-orang Yahudi dan bahwa tidak ada keadilan bagi orang-orang Palestina. Amnesty International juga melaporkan bahwa orang-orang Palestina dihadapkan pada ketidakadilan yang parah.
Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala mengutip sebuah surat kabar nasional Israel yang menulis bahwa konsep keadilan telah diselewengkan, di mana apa yang menjadi milik kita akan selalu menjadi milik kita, dan apa yang menjadi milikmu juga milik kita; dan dengan demikian hak-hak orang Palestina dirampas.
Semoga Allah mengasihani mereka dan meskipun Idul Fitri ini telah datang di saat kesedihan luar biasa bagi mereka, semoga Dia mengubah kesedihan mereka menjadi kebahagiaan. Semoga mereka juga menemukan kepemimpinan seperti itu yang akan membantu mereka. Jika dunia Muslim bersatu, mereka dapat membantu kaum Muslim yang menghadapi ketidakadilan, namun dunia Muslim tidak dapat bersatu dan mereka belum memberikan tanggapan yang bersatu sebagaimana mestinya. Kita harus banyak berdoa untuk Palestina dan berdoa untuk kebebasan mereka.
Hudhur ayyadahuLlahu ta’ala bersabda bahwa kita harus berdoa untuk seluruh dunia dan untuk semua orang yang menghadapi kesulitan apa saja. Kita harus berdoa untuk semua orang di seluruh dunia yang memerlukan. Kita harus berdoa agar ketidakadilan diberantas dari dunia. Kita harus berdoa agar dampak wabah pandemi global ini terhapus dan dunia kembali normal. Namun, ini hanya bisa terjadi ketika dunia mengalihkan perhatiannya untuk memenuhi hak-hak yang dimiliki Tuhan dan ciptaan-Nya. Semoga dunia memiliki kemampuan untuk melakukannya. Āamīin.
Khotbah II
Doa bersama dipimpin Imam.
Catatan
- Penerjemah: Dildaar Ahmad Dartono.
- Rujukan: https://www.alislam.org/articles/love-for-allah-humankind-true-everlasting-eid-special-prayers-for-palestine-world/ dan https://www.reviewofreligions.org/31128/love-for-allah-and-humankind-the-true-and-everlasting-eid-special-prayers-for-palestine-and-the-world-summary-of-eid-al-fitr-sermon/