Perubahan

2 bita ditambahkan ,  4 Oktober 2022 07.43
k
tidak ada ringkasan suntingan
Baris 132: Baris 132:  
Salah satu pertanyaan yang mencuat ialah: ‘Mengapa Tuhan yang Maha Kuasa memerlukan malaikat-malaikat untuk mengoperasikan segala rancangan-Nya? Apakah kerajaan-Nya bergantung juga pada pegawai dan staf sebagaimana halnya pemerintahan manusia dan apakah Dia juga memerlukan bala tentara?’ Jawaban untuk itu ialah Tuhan tidak membutuhkan apa pun, baik malaikat, bulan, bintang atau pun matahari, hanya saja Dia menginginkan bahwa kekuasaan-Nya diperlihatkan melalui mediasi berbagai sarana agar kebijakan dan pengetahuan bisa berkembang di antara umat manusia. Jika tidak ada mediasi seperti itu maka tidak akan ada ahli astronomi, ahli fisika, ahli kedokteran atau pun ahli botani. Adalah pemanfaatan dari sarana-sarana tersebut yang memunculkan ilmu-ilmu pengetahuan di kalangan manusia. Jika kalian renungkan maka kalian akan menyadari bahwa menyangkal pemanfaatan malaikat sama saja dengan menyangkal pemanfaatan mentari, bulan, flora, mineral dan unsur-unsur alam lainnya. Mereka yang mempunyai wawasan batin mengetahui bahwa setiap zarah yang ada berfungsi sejalan dengan rancangan Ilahi dimana bahkan setetes air pun yang masuk ke dalam diri kita tidak bisa menghasilkan hal yang merugikan atau menguntungkan tanpa perkenan Ilahi. Dengan demikian, sebenarnya semua partikel dan benda-benda langit pada realitasnya adalah sejenis malaikat yang beroperasi melayani setiap saat, sebagian melayani kebutuhan jasmani manusia dan sebagian lagi kebutuhan ruhaninya. Yang Maha Bijak yang telah memilih berbagai media bagi pengembangan jasmani manusia dan menciptakan demikian banyak mediator jasmani guna mempengaruhi jasad manusia dalam berbagai cara, begitu juga Dia yang Maha Tunggal, yang kinerja-Nya selalu mengandung kesatuan dan simetri, telah menentukan bahwa pengembangan keruhanian manusia juga harus mengikuti sistem yang sama dengan pengembangan jasmani agar kedua sistem itu (yang eksternal mau pun yang internal, yang jasmani mau pun ruhani) melalui keseimbangan dan keselarasan di antara keduanya hanya akan mengarah kepada Satu Pencipta yang mengatur segala sesuatu menurut kehendak-Nya.
 
Salah satu pertanyaan yang mencuat ialah: ‘Mengapa Tuhan yang Maha Kuasa memerlukan malaikat-malaikat untuk mengoperasikan segala rancangan-Nya? Apakah kerajaan-Nya bergantung juga pada pegawai dan staf sebagaimana halnya pemerintahan manusia dan apakah Dia juga memerlukan bala tentara?’ Jawaban untuk itu ialah Tuhan tidak membutuhkan apa pun, baik malaikat, bulan, bintang atau pun matahari, hanya saja Dia menginginkan bahwa kekuasaan-Nya diperlihatkan melalui mediasi berbagai sarana agar kebijakan dan pengetahuan bisa berkembang di antara umat manusia. Jika tidak ada mediasi seperti itu maka tidak akan ada ahli astronomi, ahli fisika, ahli kedokteran atau pun ahli botani. Adalah pemanfaatan dari sarana-sarana tersebut yang memunculkan ilmu-ilmu pengetahuan di kalangan manusia. Jika kalian renungkan maka kalian akan menyadari bahwa menyangkal pemanfaatan malaikat sama saja dengan menyangkal pemanfaatan mentari, bulan, flora, mineral dan unsur-unsur alam lainnya. Mereka yang mempunyai wawasan batin mengetahui bahwa setiap zarah yang ada berfungsi sejalan dengan rancangan Ilahi dimana bahkan setetes air pun yang masuk ke dalam diri kita tidak bisa menghasilkan hal yang merugikan atau menguntungkan tanpa perkenan Ilahi. Dengan demikian, sebenarnya semua partikel dan benda-benda langit pada realitasnya adalah sejenis malaikat yang beroperasi melayani setiap saat, sebagian melayani kebutuhan jasmani manusia dan sebagian lagi kebutuhan ruhaninya. Yang Maha Bijak yang telah memilih berbagai media bagi pengembangan jasmani manusia dan menciptakan demikian banyak mediator jasmani guna mempengaruhi jasad manusia dalam berbagai cara, begitu juga Dia yang Maha Tunggal, yang kinerja-Nya selalu mengandung kesatuan dan simetri, telah menentukan bahwa pengembangan keruhanian manusia juga harus mengikuti sistem yang sama dengan pengembangan jasmani agar kedua sistem itu (yang eksternal mau pun yang internal, yang jasmani mau pun ruhani) melalui keseimbangan dan keselarasan di antara keduanya hanya akan mengarah kepada Satu Pencipta yang mengatur segala sesuatu menurut kehendak-Nya.
   −
Hal inilah yang menjadi alasan bahwa untuk pengembangan jasmani dan ruhani manusia, ditetapkanlah para malaikat sebagai mediator. Semua mediator tersebut berada di bawah kendali Allah s.w.t. laiknya sebuah mesin yang dikendalikan Tangan-Nya. Mereka ini tidak mempunyai keinginan tersendiri dan juga tidak mempunyai kekuasaan kendali apa pun. Seperti halnya udara mempengaruhi tubuh kita dengan perkenan Ilahi dan keluarnya pun dengan perkenan-Nya, begitu juga halnya dengan para malaikat: ‘Mereka kerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka’ (Q.S. An-Nahl [16]: 51). Sayang sekali Pandit Dayanand menyangkal adanya sistem pendaya-gunaan malaikat ini. Kalau saja ia memiliki pengetahuan tentang sistem ragawi dan ruhani dari Tuhan, maka ia tidak akan menyangkal hal ini dan meyakini akan keluhuran ajaran Al-Qur’an sebagai gambaran yang benar dari sistem hukum alam. <ref>Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 5, hal. 85-88, London, 1984</ref> <ref name=":2" />
+
Hal inilah yang menjadi alasan bahwa untuk pengembangan jasmani dan ruhani manusia, ditetapkanlah para malaikat sebagai mediator. Semua mediator tersebut berada di bawah kendali Allah s.w.t. laiknya sebuah mesin yang dikendalikan Tangan-Nya. Mereka ini tidak mempunyai keinginan tersendiri dan juga tidak mempunyai kekuasaan kendali apa pun. Seperti halnya udara mempengaruhi tubuh kita dengan perkenan Ilahi dan keluarnya pun dengan perkenan-Nya, begitu juga halnya dengan para malaikat: ‘Mereka kerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka’ (Q.S. An-Nahl [16]: 51). Sayang sekali Pandit Dayanand menyangkal adanya sistem pendaya-gunaan malaikat ini. Kalau saja ia memiliki pengetahuan tentang sistem ragawi dan ruhani dari Tuhan, maka ia tidak akan menyangkal hal ini dan meyakini akan keluhuran ajaran Al-Qur’an sebagai gambaran yang benar dari sistem hukum alam. <ref>Aainah Kamalaati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 5, hal. 85-88, London, 1984</ref> <ref name=":2" />
 
== Bab 04: Rukun Iman Ketiga ==
 
== Bab 04: Rukun Iman Ketiga ==
 
Iman yang ketiga adalah Iman kepada Kitab-kitab Allah. Umat Islam meyakini bahwa Allah telah menurunkan hukum-Nya secara bertahap kepada umat manusia melalui para nabi-Nya, sehingga umat Islam meyakini Taurat Musa (as), Mazmur Daud (as) dan Injil Nabi Isa (as) sebagai kitab suci, serta kitab suci semua rasul Allah lainnya. Namun, umat Islam percaya bahwa semua wahyu-wahyu tersebut terbatas pada masa dan kaum tertentu dan tidak lagi dipelihara dalam kemurnian isinya, tetapi telah terdistorsi. Semua Kitab Suci telah sampai pada puncaknya dan telah sempurna dalam bentuk Al-Qur’an (sebagaimana semua agama telah disempurnakan melalui Islam). <ref name=":1" />
 
Iman yang ketiga adalah Iman kepada Kitab-kitab Allah. Umat Islam meyakini bahwa Allah telah menurunkan hukum-Nya secara bertahap kepada umat manusia melalui para nabi-Nya, sehingga umat Islam meyakini Taurat Musa (as), Mazmur Daud (as) dan Injil Nabi Isa (as) sebagai kitab suci, serta kitab suci semua rasul Allah lainnya. Namun, umat Islam percaya bahwa semua wahyu-wahyu tersebut terbatas pada masa dan kaum tertentu dan tidak lagi dipelihara dalam kemurnian isinya, tetapi telah terdistorsi. Semua Kitab Suci telah sampai pada puncaknya dan telah sempurna dalam bentuk Al-Qur’an (sebagaimana semua agama telah disempurnakan melalui Islam). <ref name=":1" />