Baris 85:
Baris 85:
Kaum Mukminin adalah nama lain dari orang-orang yang beriman.
Kaum Mukminin adalah nama lain dari orang-orang yang beriman.
+
+
Berdasarkan satu riwayat, definisi iman adalah sebagai berikut,
+
+
{{Arab Hadits|teks-hadits=قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَ رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَلْزَقَ رُكْبَتَهُ بِرُكْبَتِهِ ثُمَّ قَالَ يَا مُحَمَّدُ مَا الْإِيمَانُ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ}}
+
+
Artinya: ...dari ‘Umar bin Khaththâb r.a, ia berkata: ‘Kami sedang duduk-duduk di sisi Rasulullah saw lalu datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan, dan tidak ada seorangpun dari kami yang mengenalnya. Hingga dia mendatangi Nabi (saw), lalu menyandarkan lututnya pada lutut beliau dan meletakan kedua telapak tangannya pada paha beliau, kemudian dia bertanya: ‘Apa iman? Rasulullah saw menjawab: ‘Kamu beriman kepada Allah dan malaikat-Nya, dan kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, dan takdir baik dan buruk...” (H.R. Tirmidzi) <ref>[https://www.hadits.id/hadits/tirmidzi/2535 HR. Tirmidzi, Kitab Iman, bab Jibril menggambarkan tentang Iman dan Islam kepada Rasulullah saw]</ref>
== Bab 02: Rukun Iman Pertama ==
== Bab 02: Rukun Iman Pertama ==
−
Iman yang pertama adalah Iman kepada Allah. Allah Ta'ala berfirman,{{Arab Quran|teks-quran=لَاۤ اِکۡرَاہَ فِی الدِّیۡنِ ۟ۙ قَدۡ تَّبَیَّنَ الرُّشۡدُ مِنَ الۡغَیِّ ۚ فَمَنۡ یَّکۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ وَیُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَکَ بِالۡعُرۡوَۃِ الۡوُثۡقٰی ٭ لَا انۡفِصَامَ لَہَا ؕ وَاللّٰہُ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿۲۵۷﴾}}
+
Iman yang pertama adalah Iman kepada Allah. Allah Ta'ala berfirman,
+
{{Arab Quran|teks-quran=شَہِدَ اللّٰہُ اَنَّہٗ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ۙ وَالۡمَلٰٓئِکَۃُ وَاُولُوا الۡعِلۡمِ قَآئِمًۢا بِالۡقِسۡطِ ؕ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ؕ﴿۱۹﴾}}
+
+
Artinya: ”Allah memberi kesaksian bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Dia dan demikian pula malaikat-malaikat dan orang-orang berilmu, yang berpegang teguh pada keadilan; tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana”. (QS Ali-Imran 3:19){{Arab Quran|teks-quran=لَاۤ اِکۡرَاہَ فِی الدِّیۡنِ ۟ۙ قَدۡ تَّبَیَّنَ الرُّشۡدُ مِنَ الۡغَیِّ ۚ فَمَنۡ یَّکۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ وَیُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰہِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَکَ بِالۡعُرۡوَۃِ الۡوُثۡقٰی ٭ لَا انۡفِصَامَ لَہَا ؕ وَاللّٰہُ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿۲۵۷﴾}}
Tidak ada paksaan dalam agama. Sungguh jalan benar itu nyata bedanya dari kesesatan, karena itu barangsiapa ingkar kepada Tāghūt dan beriman kepada Allah, maka sungguh ia telah berpegang kepada suatu pegangan yang sangat kuat lagi tidak akan putus, dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS Al-Baqarah 2:257)
Tidak ada paksaan dalam agama. Sungguh jalan benar itu nyata bedanya dari kesesatan, karena itu barangsiapa ingkar kepada Tāghūt dan beriman kepada Allah, maka sungguh ia telah berpegang kepada suatu pegangan yang sangat kuat lagi tidak akan putus, dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS Al-Baqarah 2:257)
+
+
Allah adalah nama Dzat Maha Agung, pemilik tunggal semua sifat kesempurnaan dan sama sekali bebas dari segala kekurangan. Dalam bahasa Arab kata “Allah” itu tidak pernah dipakai untuk benda atau Dzat lain apa pun. Tiada bahasa lain memiliki nama tertentu atau khusus untuk Dzat Yang Maha Agung itu. Nama-nama yang terdapat dalam bahasa-bahasa lain, semuanya nama-penunjuk-sifat atau nama pemberian (pelukisan) dan seringkali dipakai dalam bentuk jamak; akan tetapi, kata “Allah” tidak pernah dipakai dalm bentuk jamak. Kata “Allah” dipergunakan di seluruh terjemahan ayat-ayat Al-Qur’an. Pandangan ini didukung oleh para alim bahasa Arab terkemuka. Menurut pendapat yang paling tepat, kata “Allah” itu, nama wujud bagi Dzat yang wajib adanya menurut Dzatnya sendiri, memiliki segala sifat kesempurnaan, dan huruf ''al'' adalah tidak terpisahkan dari kata itu. <ref>Jemaat Ahmadiyah Indonesia, ''Alquran Dengan Terjemahan dan Tafsir Singkat'', 1997, hal. 5</ref> <ref name=":0">https://ahmadiyah.id/islam/rukun-iman/iman-kepada-allah-swt</ref>
+
+
Tuhan kita adalah Maha Esa dalam Wujud-Nya dan dalam Sifat-sifat-Nya. Tidak ada wujud lainnya yang bersifat abadi dan tegak dengan sendirinya seperti Wujud-Nya. Begitu juga sifat-sifat dari wujud lain yang menyamai Sifat-sifat-Nya. Pengetahuan seseorang membutuhkan seorang guru dan itu pun tetap terbatas. Pengetahuan Tuhan tidak memerlukan guru dan tanpa batas. Kemampuan pendengaran seseorang tergantung kepada udara dan bersifat terbatas, tetapi sifat mendengar yang dimiliki Allah Ta’ala bersifat inheren dan tanpa batas. Kemampuan penglihatan manusia tergantung kepada adanya sinar matahari atau sumber sinar lainnya serta bersifat terbatas, sedangkan penglihatan Tuhan adalah berasal dari Nur yang inheren dalam Wujud-Nya dan tanpa batasan. Kemampuan manusia untuk mencipta tergantung pada sarana dan waktu serta bersifat terbatas. Kemampuan Allah mencipta tidak bergantung pada apa pun, tidak juga pada waktu dan bersifat tanpa batas. Semua sifat-sifat-Nya tanpa banding dan tidak ada apa pun yang sepadan dengan Wujud-Nya atau pun sifat-sifat-Nya. Jika ada sifat-Nya yang dianggap cacat maka keseluruhan sifat-Nya juga pasti akan cacat dan karena itu ke-Esaan-Nya tidak bisa ditegakkan sepanjang belum menyadari bahwa Dia itu tidak ada yang menyamai dalam Wujud-Nya. Dia bukan putra siapa pun dan tidak ada siapa pun yang menjadi putra-Nya. Dia itu tegak dengan sendiri-Nya dan tidak membutuhkan ayah ataupun anak. Inilah Ketauhidan yang diajarkan Al-Qur’an dan menjadi dasar dari agama kita. <ref>''Khutbah Lahore'', Lahore, Rifahi Aam Steam Press, 1904; sekarang dicetak dalam ''Ruhani Khazain'', vol. 20, hal. 152-155, London, 1984</ref> <ref name=":0" />
+
+
Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,
+
+
"Adalah pendapat yang salah sama sekali mengharapkan bisa beriman kepada Ke-Esaan Allah s.w.t. tanpa melalui bimbingan Yang Mulia Rasulullah saw dan juga tak akan mungkin memperoleh keselamatan tanpa hal tersebut. Bagaimana mungkin bisa muncul keimanan kepada Ketauhidan Ilahi jika tidak yakin sepenuhnya akan eksistensi-Nya? Percaya dan yakinlah bahwa keimanan kepada Ketauhidan Ilahi hanya dapat dicapai melalui seorang Nabi sebagaimana Nabi Suci Rasulullah s.a.w. telah meyakinkan para ateis dan umat pagan di Arabia mengenai eksistensi Allah yang Maha Kuasa dengan memperlihatkan kepada mereka beribu-ribu tanda-tanda samawi. Sampai dengan hari ini, para pengikut yang benar dan sejati dari Hazrat Rasulullah s.a.w. bisa memperlihatkan tanda-tanda itu kepada para ateis.” <ref>Haqiqatul Wahyi, Qadian, Magazine Press, 1907; Sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, London, 1984, Vol. 222, hlm. 120-121</ref> <ref name=":0" />
== Bab 03: Rukun Iman Kedua ==
== Bab 03: Rukun Iman Kedua ==
−
Iman yang kedua adalah Iman kepada malaikat-malaikat Allah
+
Iman yang kedua adalah Iman kepada malaikat-malaikat Allah. Allah menciptakan para malaikat supaya mereka menyembah dan mengikuti perintah-Nya. Para malaikat ini, dengan perintah Allah, memelihara dan mengendalikan seluruh alam semesta. Malaikat juga dapat dipahami sebagai manusia yang memiliki sifat kerohanian yang sempurna. <ref name=":1">https://ahmadiyah.id/apa-saja-6-rukun-iman-dalam-islam.html</ref>
+
+
Terkait dengan keimanan kepada Malaikat, Hadhrat Masih Mau'ud (as), menulis;
+
+
Aku meyakini bahwa malaikat itu milik Allah s.w.t. dan mereka itu berada dekat dengan Wujud-Nya. Bagi setiap malaikat sudah ditentukan posisi kedudukannya masing-masing. Tidak ada dari mereka yang bergerak dari posisi tersebut, baik naik atau pun turun. Turunnya mereka sebagaimana yang diungkapkan dalam Al-Qur’an tidak sama dengan turunnya seorang manusia dari tempat ketinggian ke tempat yang lebih rendah, dan naiknya malaikat berbeda dengan kenaikan manusia ke suatu tempat yang lebih tinggi. Naik atau turunnya manusia terkait dengan perubahan dalam posisinya yang dilakukan dengan mengeluarkan upaya dan tenaga, sedangkan malaikat tidak perlu mengeluarkan tenaga atau pun melakukan perubahan posisi. Karena itu jangan kalian mengira bahwa naik atau turunnya malaikat sama dengan naik atau turunnya jasad lain. Kenaikan dan turunnya malaikat mirip dengan naik dan turunnya Tuhan dari dan ke Arasy-Nya serta dari dan ke langit bumi. <ref>Aainah Kamalaati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 5, hal. 384-387, London, 1984</ref> <ref name=":2">https://ahmadiyah.id/islam/rukun-iman/iman-kepada-malaikat</ref>
+
+
Tidak ada dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa Tuhan itu bisa berubah sifat, tetapi jelas dikatakan kalau manusia memang mudah berubah. Adapun Tuhan menjalankan proses perubahan sejalan dengan kodrat-Nya. Ketika seorang anak berada di dalam rahim maka ia dihidupi oleh darah ibunya dan ketika telah lahir maka ia dihidupi pada awalnya oleh susu dan setelah itu dengan makanan lainnya. Allah (swt) telah mengatur hal ini dalam suatu proses yang berlangsung bersama waktu. Ketika anak itu berada dalam rahim maka Tuhan mengatur agar partikel-partikel internal dalam tubuh ibunya untuk memproduksi darah baginya. Ketika sudah lahir maka pengaturan tersebut dibatalkan. Malaikat sebagai partikel-partikel yang mengatur susu ibu, diperintahkan untuk menghasilkan susu. Begitu anak itu selesai masa susuannya maka perintah itu pun dibatalkan dan malaikat yang merupakan partikel bumi diperintahkan untuk menghasilkan makanan dan minuman baginya sampai akhir hayatnya. Hal-hal seperti inilah yang menjadi gambaran perubahan dalam firman Tuhan. Tuhan sudah memberitahukan kepada kita melalui Al-Qur’an bahwa sistem alamiah ini tidak berjalan dengan sendirinya dan bahwa semua partikel atau zarah dari semua benda-benda mendengar perintah Tuhan dan berlaku sebagai malaikat-Nya. Para malaikat tersebut ditugaskan oleh Wujud-Nya untuk melaksanakan berbagai fungsi yang telah ditetapkan atas mereka masing-masing dimana mereka melaksanakan semuanya sejalan dengan perintah-Nya. Partikel dari emas akan menghasilkan emas, partikel perak menghasilkan perak, partikel mutiara akan menghasilkan mutiara, sedangkan partikel dari tubuh manusia menyiapkan anaknya di dalam rahim. Keseluruhan partikel tersebut tidak berfungsi atas kemauannya sendiri, melainkan mengikuti perintah suara Tuhan dan bekerja sejalan dengan itu. Itulah sebabnya mereka disebut sebagai malaikat-Nya. Malaikat terdiri dari bermacam jenis dan mereka semua itu termasuk malaikat bumi. Adapun malaikat langit melaksanakan pengaruhnya dari langit seperti sinar matahari yang merupakan malaikat Tuhan yang menjadikan masak buah-buahan di pohon dan berbagai fungsi lainnya. Angin adalah malaikat Tuhan yang menghimpun awan yang mempengaruhi ladang pertanian dengan berbagai cara. Di samping mereka terdapat banyak lagi berbagai malaikat dengan fungsinya masing-masing. Alam menjadi saksi bahwa malaikat merupakan wujud yang esensial dan kita bisa menyaksikan kinerjanya dengan mata kita sendiri. <ref>''Nasimi Dawat'', Qadian, Ziaul Islam Press, 1903; sekarang dicetak dalam ''Ruhani Khazain'', vol. 19, hal. 89-90, London, 1984</ref> <ref name=":2" />
+
+
Patut diingat bahwa dalam syariah Islam tidak ada dikatakan kalau malaikat khusus derajatnya lebih tinggi dari orang-orang khusus tertentu. Bahkan dinyatakan bahwa manusia-manusia khusus tersebut derajatnya lebih tinggi dbanding malaikat. Fungsi para malaikat sebagai mediator dalam sistem fisik dan spiritual tidak menunjukkan superioritas mereka. Sebagaimana diungkapkan dalam Al-Qur’an, mereka itu diberi tugas dengan fungsi sebagai pelayan sebagaimana dinyatakan Allah (swt):
+
+
{{Arab Quran|teks-quran=وَسَخَّرَ لَکُمُ الشَّمۡسَ وَالۡقَمَرَ دَآئِبَیۡنِ ۚ وَسَخَّرَ لَکُمُ الَّیۡلَ وَالنَّہَارَ ﴿ۚ۳۴﴾}}
+
+
‘''Dia telah menundukkan matahari dan bulan agar mengabdi kepadamu’'' (''Q.S. Ibrahim 14:34'')
+
+
Di tempat lain dikemukakan:
+
+
{{Arab Quran|teks-quran=اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنۡ طِیۡنٍ ﴿۷۲﴾ فَاِذَا سَوَّیۡتُہٗ وَنَفَخۡتُ فِیۡہِ مِنۡ رُّوۡحِیۡ فَقَعُوۡا لَہٗ سٰجِدِیۡنَ ﴿۷۳﴾ فَسَجَدَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ کُلُّہُمۡ اَجۡمَعُوۡنَ ﴿ۙ۷۴﴾ اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ ؕ اِسۡتَکۡبَرَ وَکَانَ مِنَ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿۷۵﴾}}
+
“''Ingatlah ketika Tuhan-mu berkata kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah liat, dan demikianlah apabila telah Ku-bentuk dia hingga jadi sempurna dan telah Ku-tiupkan roh-Ku ke dalamnya maka sungkurkanlah dirimu, tunduk kepadanya.’ Maka para malaikat pun bersujudlah mereka semua bersama-sama, kecuali Iblis tidak. Ia bersitakabur dan ia termasuk orang-orang kafir''’ ''(QS. Shad 38:72-75).''
+
+
Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,
+
+
Salah satu pertanyaan yang mencuat ialah: ‘Mengapa Tuhan yang Maha Kuasa memerlukan malaikat-malaikat untuk mengoperasikan segala rancangan-Nya? Apakah kerajaan-Nya bergantung juga pada pegawai dan staf sebagaimana halnya pemerintahan manusia dan apakah Dia juga memerlukan bala tentara?’ Jawaban untuk itu ialah Tuhan tidak membutuhkan apa pun, baik malaikat, bulan, bintang atau pun matahari, hanya saja Dia menginginkan bahwa kekuasaan-Nya diperlihatkan melalui mediasi berbagai sarana agar kebijakan dan pengetahuan bisa berkembang di antara umat manusia. Jika tidak ada mediasi seperti itu maka tidak akan ada ahli astronomi, ahli fisika, ahli kedokteran atau pun ahli botani. Adalah pemanfaatan dari sarana-sarana tersebut yang memunculkan ilmu-ilmu pengetahuan di kalangan manusia. Jika kalian renungkan maka kalian akan menyadari bahwa menyangkal pemanfaatan malaikat sama saja dengan menyangkal pemanfaatan mentari, bulan, flora, mineral dan unsur-unsur alam lainnya. Mereka yang mempunyai wawasan batin mengetahui bahwa setiap zarah yang ada berfungsi sejalan dengan rancangan Ilahi dimana bahkan setetes air pun yang masuk ke dalam diri kita tidak bisa menghasilkan hal yang merugikan atau menguntungkan tanpa perkenan Ilahi. Dengan demikian, sebenarnya semua partikel dan benda-benda langit pada realitasnya adalah sejenis malaikat yang beroperasi melayani setiap saat, sebagian melayani kebutuhan jasmani manusia dan sebagian lagi kebutuhan ruhaninya. Yang Maha Bijak yang telah memilih berbagai media bagi pengembangan jasmani manusia dan menciptakan demikian banyak mediator jasmani guna mempengaruhi jasad manusia dalam berbagai cara, begitu juga Dia yang Maha Tunggal, yang kinerja-Nya selalu mengandung kesatuan dan simetri, telah menentukan bahwa pengembangan keruhanian manusia juga harus mengikuti sistem yang sama dengan pengembangan jasmani agar kedua sistem itu (yang eksternal mau pun yang internal, yang jasmani mau pun ruhani) melalui keseimbangan dan keselarasan di antara keduanya hanya akan mengarah kepada Satu Pencipta yang mengatur segala sesuatu menurut kehendak-Nya.
+
+
Hal inilah yang menjadi alasan bahwa untuk pengembangan jasmani dan ruhani manusia, ditetapkanlah para malaikat sebagai mediator. Semua mediator tersebut berada di bawah kendali Allah s.w.t. laiknya sebuah mesin yang dikendalikan Tangan-Nya. Mereka ini tidak mempunyai keinginan tersendiri dan juga tidak mempunyai kekuasaan kendali apa pun. Seperti halnya udara mempengaruhi tubuh kita dengan perkenan Ilahi dan keluarnya pun dengan perkenan-Nya, begitu juga halnya dengan para malaikat: ‘Mereka kerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka’ (Q.S. An-Nahl [16]: 51). Sayang sekali Pandit Dayanand menyangkal adanya sistem pendaya-gunaan malaikat ini. Kalau saja ia memiliki pengetahuan tentang sistem ragawi dan ruhani dari Tuhan, maka ia tidak akan menyangkal hal ini dan meyakini akan keluhuran ajaran Al-Qur’an sebagai gambaran yang benar dari sistem hukum alam. <ref>Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 5, hal. 85-88, London, 1984</ref> <ref name=":2" />
== Bab 04: Rukun Iman Ketiga ==
== Bab 04: Rukun Iman Ketiga ==
−
Iman yang ketiga adalah Iman kepada Kitab-kitab Allah.
+
Iman yang ketiga adalah Iman kepada Kitab-kitab Allah. Umat Islam meyakini bahwa Allah telah menurunkan hukum-Nya secara bertahap kepada umat manusia melalui para nabi-Nya, sehingga umat Islam meyakini Taurat Musa (as), Mazmur Daud (as) dan Injil Nabi Isa (as) sebagai kitab suci, serta kitab suci semua rasul Allah lainnya. Namun, umat Islam percaya bahwa semua wahyu-wahyu tersebut terbatas pada masa dan kaum tertentu dan tidak lagi dipelihara dalam kemurnian isinya, tetapi telah terdistorsi. Semua Kitab Suci telah sampai pada puncaknya dan telah sempurna dalam bentuk Al-Qur’an (sebagaimana semua agama telah disempurnakan melalui Islam). <ref name=":1" />
===Iman Kepada Alquran===
===Iman Kepada Alquran===
−
{{Arab Quran|teks-quran=وَاٰمِنُوۡا بِمَاۤ اَنۡزَلۡتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَکُمۡ وَلَا تَکُوۡنُوۡۤا اَوَّلَ کَافِرٍۭ بِہٖ ۪ وَلَا تَشۡتَرُوۡا بِاٰیٰتِیۡ ثَمَنًا قَلِیۡلًا ۫ وَّاِیَّایَ فَاتَّقُوۡنِ ﴿۴۲﴾}}
+
Allah Ta'ala berfirman,{{Arab Quran|teks-quran=وَاٰمِنُوۡا بِمَاۤ اَنۡزَلۡتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَکُمۡ وَلَا تَکُوۡنُوۡۤا اَوَّلَ کَافِرٍۭ بِہٖ ۪ وَلَا تَشۡتَرُوۡا بِاٰیٰتِیۡ ثَمَنًا قَلِیۡلًا ۫ وَّاِیَّایَ فَاتَّقُوۡنِ ﴿۴۲﴾}}
Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan menggenapi apa yang ada padamu, dan janganlah kamu menjadi orang-orang yang pertama-tama kafir terhadapnya, janganlah kamu menjual ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah dan hanya kepada-Ku-lah hendaknya kamu bertakwa. (QS Al-Baqarah 2:42)
Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan menggenapi apa yang ada padamu, dan janganlah kamu menjadi orang-orang yang pertama-tama kafir terhadapnya, janganlah kamu menjual ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah dan hanya kepada-Ku-lah hendaknya kamu bertakwa. (QS Al-Baqarah 2:42)
Baris 105:
Baris 145:
== Bab 05: Rukun Iman Keempat ==
== Bab 05: Rukun Iman Keempat ==
−
Iman yang keempat adalah Iman kepada Rasul-rasul Allah. Mengenai hal ini, Allah Ta'ala berfirman,{{Arab Quran|teks-quran=رَبَّنَاۤ اٰمَنَّا بِمَاۤ اَنۡزَلۡتَ وَاتَّبَعۡنَا الرَّسُوۡلَ فَاکۡتُبۡنَا مَعَ الشّٰہِدِیۡنَ ﴿۵۴﴾}}
+
Iman yang keempat adalah Iman kepada Rasul-rasul Allah. Para Nabi Allah dipilih dari antara manusia. Mereka memberi teladan sempurna terkait akhlak dan rohani. Mereka menuntun umat manusia kepada Allah dengan menyampaikan wahyu Ilahi dan juga dengan menampilkan teladan kesucian dan ketakwaan. Nabi Muhammad (Shallallahu ‘alaihi wasallam) merupakan pemimpin para Nabi, dan Beliau membawa petunjuk yang sempurna dari Allah untuk umat manusia. Beliau datang sebagai rahmat bagi umat manusia. <ref name=":1" />
+
+
Allah Ta'ala berfirman,{{Arab Quran|teks-quran=رَبَّنَاۤ اٰمَنَّا بِمَاۤ اَنۡزَلۡتَ وَاتَّبَعۡنَا الرَّسُوۡلَ فَاکۡتُبۡنَا مَعَ الشّٰہِدِیۡنَ ﴿۵۴﴾}}
“Wahai Tuhan kami, kami beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami mengikuti Rasul ini maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi.” (QS Ali-'Imran 3:54)
“Wahai Tuhan kami, kami beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami mengikuti Rasul ini maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi.” (QS Ali-'Imran 3:54)
{{Arab Quran|teks-quran=قُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا بِاللّٰہِ وَمَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡنَا وَمَاۤ اُنۡزِلَ اِلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ وَاِسۡمٰعِیۡلَ وَاِسۡحٰقَ وَیَعۡقُوۡبَ وَالۡاَسۡبَاطِ وَمَاۤ اُوۡتِیَ مُوۡسٰی وَعِیۡسٰی وَمَاۤ اُوۡتِیَ النَّبِیُّوۡنَ مِنۡ رَّبِّہِمۡ ۚ لَا نُفَرِّقُ بَیۡنَ اَحَدٍ مِّنۡہُمۡ ۫ۖ وَنَحۡنُ لَہٗ مُسۡلِمُوۡنَ ﴿۱۳۷﴾}}
{{Arab Quran|teks-quran=قُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا بِاللّٰہِ وَمَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡنَا وَمَاۤ اُنۡزِلَ اِلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ وَاِسۡمٰعِیۡلَ وَاِسۡحٰقَ وَیَعۡقُوۡبَ وَالۡاَسۡبَاطِ وَمَاۤ اُوۡتِیَ مُوۡسٰی وَعِیۡسٰی وَمَاۤ اُوۡتِیَ النَّبِیُّوۡنَ مِنۡ رَّبِّہِمۡ ۚ لَا نُفَرِّقُ بَیۡنَ اَحَدٍ مِّنۡہُمۡ ۫ۖ وَنَحۡنُ لَہٗ مُسۡلِمُوۡنَ ﴿۱۳۷﴾}}
Baris 113:
Baris 155:
== Bab 06: Rukun Iman Kelima ==
== Bab 06: Rukun Iman Kelima ==
−
Iman yang kelima adalah Iman kepada Hari Kiamat
+
Iman yang kelima adalah Iman kepada Hari Kiamat atau Hari Pembalasan. Salah satu keyakinan yang paling ditekankan dalam Al-Qur’an adalah beriman pada Hari Pembalasan. Islam mengajarkan bahwa kematian jasmani bukanlah akhir keberadaan manusia, melainkan pintu menuju bentuk kehidupan yang lebih tinggi yang dapat mendekatkan seseorang kepada Allah, sesuai dengan perbuatan seseorang dalam kehidupan di dunia ini. Menurut Al-Quran, pada Hari Penghisaban seluruh dunia akan berakhir, dan orang mati akan dibangkitkan. Perbuatan mereka akan dihakimi dan mereka akan diberi ganjaran yang sesuai. Orang-orang yang memiliki catatan kebaikan maka ia akan mendapatkan surga, sedangkan orang-orang yang melakukan perbuatan jahat ia akan dijerumuskan ke Neraka. Keimanan ini menjadi alat pertanggungjawaban yang kuat dalam kehidupan ini, artinya, pada akhirnya pertanggungjawaban atas tindakan dan perbuatan kita adalah kepada Allah Ta’ala di akhirat.<ref name=":1" />
== Bab 07: Rukun Iman Keenam ==
== Bab 07: Rukun Iman Keenam ==
−
Iman yang pertama adalah Iman kepada Qadha dan Qadar
+
Iman yang pertama adalah Iman kepada Qadha dan Qadar. Takdir Ilahi artinya adalah Kehendak Allah. Umat Islam percaya bahwa Takdir Ilahi mengatur hasil akhir dari semua tindakan di dunia ini. Takdir merupakan hukum atau ukuran dari sesuatu yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam Al-Qur’an, istilah ini dijelaskan sebagai hukum universal Allah yang bekerja melalui seluruh ciptaan, yang menjangkau seluruh alam semesta. Dalam batas-batas Takdir Ilahi ini, manusia diberikan kehendak bebas.<ref name=":1" />
== Bab 08: Iman kepada yang Ghaib ==
== Bab 08: Iman kepada yang Ghaib ==