Khotbah-huzur-20220923

Dari Isa Mujahid Islam
Revisi per 30 September 2022 02.25 oleh Isa (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'Ringkasan Khutbah Jum’at Kutipan dari Khutbah Jum'at yang disampaikan oleh Hadhrat Khalīfatul-Masīh V aba pada 23 September 2022 di Masjid Mubarak Islāmabad, Tilf...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Ringkasan Khutbah Jum’at Kutipan dari Khutbah Jum'at yang disampaikan oleh Hadhrat Khalīfatul-Masīh V aba pada 23 September 2022 di Masjid Mubarak Islāmabad, Tilford, Inggris.

Setelah membaca tasyahud, ta'awwudz, dan surah Al-Fatihah, Hadhrat Khalifatul Masih Al-Khamis, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba. bersabda bahwa beliau aba. akan melanjutkan kembali topik berkenaan dengan aspek-aspek kehidupan Hadhrat Abu Bakar ra.

Dukungan Hadhrat Abu Bakar ra. Yang Tidak Perlu Diragukan lagi Kepada Hadhrat Rasulullah saw.

Hudhur aba. bersabda bahwa Hadhrat Aisyah ra. menceritakan tentang ayat:

اَلَّذِیۡنَ اسۡتَجَابُوۡا لِلّٰہِ وَالرَّسُوۡلِ مِنۡۢ بَعۡدِ مَاۤ اَصَابَہُمُ الۡقَرۡحُ ؕۛ لِلَّذِیۡنَ اَحۡسَنُوۡا مِنۡہُمۡ وَاتَّقَوۡا اَجۡرٌ عَظِیۡمٌ ﴿۱۷۳﴾ۚ

“Yaitu orang-orang yang telah melaksanakan perintah Allah dan Rasul sesudah mereka menderita luka-luka. Bagi orang-orang yang berbuat baik dan bertakwa di antara mereka ada ganjaran yang besar.” (QS. Ali-Imran 3:173)

Diriwayatkan bahwa Hadhrat Abu Bakar ra. termasuk di antara orang-orang yang pada perang Uhud, ketika pasukan musuh pergi, Nabi Muhammad saw. memiliki firasat bahwa mereka akan kembali. Beliau saw. pun bertanya, siapa yang akan membuntuti mereka. Ada tujuh puluh orang yang mengajukan diri mereka ke hadapan Nabi Muhammad saw., dan salah satu di antaranya adalah Hadhrat Abu Bakar ra.

Hudhur aba. bersabda bahwa setelah wafatnya Nabi Muhammad saw., Hadhrat Abu Bakar ra. menyarankan kepada Hadhrat Umar ra. bahwa mereka hendaknya mengunjungi Hadhrat Ummi Aiman ra., sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Ketika mereka mengunjunginya, Hadhrat Ummi Aiman ra. menangis sembari mengatakan bahwa sekarang, wahyu Ilahi telah berhenti. Hal ini menyebabkan Hadhrat Abu Bakar ra. dan juga Hadhrat Umar ra. juga ikut-ikutan menangis.

Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa ada suatu masa ketika semua orang menolak dan menentang beliau saw. Akan tetapi, pada masa itu beliau tidak menemukan adanya keraguan di dalam dukungan yang diberikan oleh Hadhrat Abu Bakar ra.

Hadhrat Abu Bakar ra. Menenangkan Umat Muslim Setelah Perjanjian Hudaibiyah

Hudhur aba. bersabda bahwa ketika poin-poin Perjanjian Hudaibiyah sedang dirumuskan, para sahabat yang hadir ketika itu sangat emosional dan kecewa. Akan tetapi, mereka dapat mengendalikan emosi mereka itu di hadapan Nabi Muhammad saw. Pada akhirnya, Hadhrat Umar ra. mengungkapkan rasa kekecewaannya itu dan bertanya kepada Nabi Muhammad saw. bahwa jika beliau saw. adalah seorang nabi yang benar, lalu mengapa mereka harus menerima penghinaan seperti itu? Nabi Muhammad saw. menjawab bahwa sebagai Rasul Allah, beliau saw. tentu memahami kehendak-Nya dan beliau saw. tidak akan menentang kehendak-Nya itu. Kemudian, Hadhrat Umar ra. bertanya, bukankah Nabi Muhammad saw. mengatakan bahwa mereka akan tawaf di Ka'bah? Nabi Muhammad saw. menjawab bahwa beliau saw. memang mengatakan hal itu, akan tetapi, beliau saw. tidak mengatakan bahwa mereka akan tawaf di tahun ini juga. Hadhrat Umar ra. masih belum puas dengan jawaban beliau saw. tersebut. Beliau ra. lalu pergi menemui Hadhrat Abu Bakar ra. dan menyampaikan rasa kekecewaannya itu. Hadhrat Abu Bakar ra. menanggapinya dengan mengatakan bahwa beliau ra. harus tetap teguh dan istiqamah dalam keyakinannya kepada Nabi Muhammad saw., karena wujud yang kepadanya, kita telah menyerahkan tangan kita adalah wujud yang benar. Mendengar nasehat tersebut, Hadhrat Umar ra. tersadar dan merasa menyesal atas tindakannya itu. Beliau ra. lalu mendirikan shalat-shalat nafal dan juga memberikan pengorbanan-pengorbanan lainnya sebagai bentuk rasa penyesalannya.

Status Nabi Muhammad saw.

Hudhur aba. bersabda bahwa suatu ketika, ada dua orang laki-laki yang sedang berdebat, yaitu seorang Muslim dan seorang Yahudi. Mereka sedang memperdebatkan status nabi mereka masing-masing. Ketika orang Yahudi menyampaikan pandangannya tentang keunggulan Nabi Musa as., orang Muslim itu lalu menamparnya. Orang Yahudi itu kemudian pergi menemui Nabi Muhammad saw. dan menceritakan apa yang terjadi. Nabi Muhammad saw. pun memanggil laki-laki Muslim itu dan memintanya untuk tidak meninggi-ninggikan derajat beliau saw. dibandingkan dengan derajat Nabi Musa as. Di dalam tafsir mengenai hadits ini, diriwayatkan bahwa laki-laki Muslim itu adalah Hadhrat Abu Bakar ra.

Hubungan Yang Penuh Cinta Kasih

Hudhur aba. bersabda bahwa Hadhrat Abu Bakar ra. memiliki hubungan yang dipenuhi dengan cinta kasih yang sedemikian rupa besarnya dengan Nabi Muhammad saw. Ketika ayat Al-Qur'an di bawah ini diturunkan:

اِذَا جَآءَ نَصۡرُ اللّٰہِ وَالۡفَتۡحُ ۙ﴿۲﴾ وَرَاَیۡتَ النَّاسَ یَدۡخُلُوۡنَ فِیۡ دِیۡنِ اللّٰہِ اَفۡوَاجًا ۙ﴿۳﴾ فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّکَ وَاسۡتَغۡفِرۡہُ ؕؔ اِنَّہٗ کَانَ تَوَّابًا ٪﴿۴﴾

“Apabila pertolongan Allah dan kemenangan akan datang. Dan engkau melihat manusia masuk ke dalam agama Allah berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhan engkau dan mohonlah ampunan-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha penerima taubat.” (QS. An-Nasr 110:2-4)

Nabi Muhammad saw. menyampaikan sebuah khutbah yang di dalamnya beliau saw. memberi tahu umat Islam tentang ayat tersebut. Beliau saw. menyampaikan bahwasanya beliau saw. telah diberikan 2 pilihan, yaitu kedekatan dengan Allah Ta’ala atau kesuksesan duniawi. Beliau saw. lalu memilih kedekatan dengan Allah Ta’ala. Umat Muslim bergembira setelah mendengar hal itu. Akan tetapi Hadhrat Abu Bakar ra. justru malah menangis dengan begitu kerasnya. Beliau ra. berkata kepada Nabi Muhammad saw. bahwa biarlah orang tua, istri dan anak-anaknya serta semua yang dia miliki dikorbankan untuk beliau saw. Beberapa orang sahabat bertanya-tanya, mengapa Hadhrat Abu Bakar ra. bereaksi seperti itu setelah mendapatkan kabar tersebut. Nabi Muhammad saw. menyadari kebingungan orang-orang terhadap reaksi dari Hadhrat Abu Bakar ra. itu. Beliau saw. bersabda bahwa Hadhrat Abu Bakar ra. adalah orang yang sangat dicintainya, sehingga apabila diperbolehkan untuk menjadikan siapa pun sebagai Khalil (teman) selain Allah Ta’ala, maka beliau saw. akan menjadikan Hadhrat Abu Bakar ra. sebagai Khalil-nya, dan di satu sisi, beliau ra. pun tetap menjadi sahabatnya. Kemudian Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa siapa pun yang memiliki jendela yang menghadap ke dalam masjid, maka mereka harus menutupnya, kecuali jendela Hadhrat Abu Bakar ra. Ini adalah ekspresi cinta yang tulus yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad saw. Dan dikarenakan kecintaannya kepada Nabi Muhammad saw., sehingga Hadhrat Abu Bakar ra. dapat menyadari bahwa ayat itu mengisyaratkan kepada kewafatan Nabi Muhammad saw. yang akan segera terjadi.

Kepekaan Tinggi Hadhrat Abu Bakar ra.

Hudhur aba. menyampaikan bahwa suatu kali, Hadhrat Umar ra. membawa salinan Taurat ke hadapan Nabi Muhammad saw. dan mulai membacanya. Ketika beliau ra. membacanya, terlihat ekspresi ketidaksenangan di wajah beberkat Nabi Muhammad saw. Melihat hal itu, Hadhrat Abu Bakar ra. pun lantas bertanya kepada Hadhrat Umar ra., tidakkah beliau ra. melihat bahwa hal itu tidak disukai oleh Nabi Muhammad saw.? Hadhrat Umar ra. lalu berhenti membacanya dan meminta maaf. Hudhur aba. memberikan penjelasan bahwasanya ekspresi ketidaksenangan yang diperlihatkan oleh Nabi Muhammad saw. bukan karena sekedar membaca kitab Taurat saja, melainkan karena Hadhrat Umar ra. membaca bagian-bagian tertentu dari Taurat yang bertentangan dengan ajaran Islam. Hal inilah yang membuat Nabi Muhammad saw. tidak senang. Pembahasan lebih lanjut tentang hal ini dapat ditemukan di dalam Tafsir Kabir karya Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra., volume 6, Surah ke-24 ayat ke-3.

Upaya Menahan Diri Dari Keduniawiaan

Hudhur aba. bersabda bahwa suatu kali, Hadhrat Abu Bakar ra. sedang berbicara dengan para sahabat lainnya ketika beliau ra. meminta kepada salah satu pelayannya untuk membawakan air. Wadah air itu pun dibawakan ke hadapannya dan ketika beliau ra. hendak meminum air dari wadah itu, beliau ra. menyadari bahwa ada madu yang dicampurkan ke dalam air itu. Hadhrat Abu Bakar ra. lalu meletakkan wadah air tersebut dan beliau ra. pun mulai menangis sejadi-jadinya sehingga orang-orang di sekitarnya yang pada awalnya berupaya untuk menghiburnya, tetapi melihat beliau ra. dalam kondisi seperti itu, mereka pun justru ikut-ikutan menangis. Akhirnya, ketika mereka bertanya lagi, mengapa beliau ra. menangis, beliau ra. pun menjawab bahwa di masamasa akhir Nabi Muhammad saw., beliau ra. melihat Nabi Muhammad saw. berkata, “Menjauhlah”. Hadhrat Abu Bakar ra. lalu bertanya kepada beliau saw., apa gerangan yang membuat beliau saw. ingin menjauh darinya? Nabi Muhammad saw. menjawab bahwa kepada beliau saw. telah disodorkan kemewahan dan gemerlapnya dunia ini, dan itulah yang ingin beliau jauhkan dari diri beliau saw. Hadhrat Abu Bakar ra. lalu menjelaskan dengan suara penuh kesedihan, bahwa madu yang tercampur dengan air itu membuatnya bertanya-tanya, jangan-jangan beliau ra. sedang diliputi oleh keduniawian dan pikiran inilah yang menyebabkan beliau ra. menangis dengan begitu kencangnya.

Hudhur aba. bersabda bahwa beliau aba. akan melanjutkan kembali topik berkenaan dengan peristiwa ini di dalam khutbah-khutbah yang akan datang.

Shalat Jenazah

Hudhur aba. bersabda bahwa beliau aba. akan memimpin shalat jenazah ghaib bagi beberapa anggota Jemaat yang telah wafat, sebagai berikut:

Samiullah Sial

Samiullah Sial yang pernah menjabat sebagai Wakilul Zira’at di Tahrik-e-Jadid. Almarhum wafat pada usia 89 tahun. Ketika ayahnya bai’at ke dalam Jemaat Ahmadiyah, almarhum baru berusia empat tahun. Setelah mengetahui bai’atnya sang suami, ibu Samiullah Sial lalu meninggalkan suaminya dan membawa almarhum bersamanya. Khalifatul Masih Ats-Tsani, Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. menyarankan ayahandanya untuk mengadukan ke pengadilan agar dia mendapatkan hak asuh putranya sehingga putranya dapat kembali ke pangkuannya. Upaya itu pun membuahkan hasil yang sukses. Almarhum mewakafkan hidupnya untuk berkhidmat kepada Jemaat ini setelah mengikuti tes yang dibuat oleh Khalifah Kedua ra. Almarhum bertugas di Sierra Leone. Setelah itu, almarhum ditugaskan di kantor dengan beberapa jabatan yang berbeda-beda. Almarhum adalah seorang pribadi yang yang saleh dan rendah hati serta selalu mengutamakan petunjuk dari Khilafat. Almarhum juga adalah sosok yang sangat ramah. Ketika ayahnya disyahidkan, pihak keluarga ibunya mendesaknya untuk meninggalkan Ahmadiyah sehingga dengan begitu, mereka akan membantunya. Akan tetapi, almarhum menolak tawaran itu dan tetap setia kepada Jemaat Ahmadiyah. Setiap kali dihadapkan kepada kesulitan, almarhum akan berpaling kepada Allah Ta’ala dan memohon pertolongan-Nya dengan perantaraan doa-doa yang almarhum panjatkan ke hadirat-Nya. Semasa menjadi waqf-zindegi, almarhum ditugaskan untuk mengambil gelar Master. Seseorang menyatakan kepada Khalifah Kedua ra. bahwa bisa jadi setelah berhasil mendapatkan gelar Master itu, dia akan mulai tertarik untuk mencari pekerjaan-pekerjaan duniawi. Khalifah Kedua ra. menjawab bahwa Sial tidak akan berkhianat. Hudhur aba. berdoa semoga Allah Ta’ala menganugerahinya rahmat dan kasih sayang serta ampunan, menjaga keturunannya agar senatiasa terikat dengan Khilafat dan Jemaat ini. Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan kesabaran dan ketabahan kepada mereka dalam menghadapi ujian ini.

Siddiqa Begum

Siddiqa Begum yang baru saja wafat. Putra almarhumah yang bernama Abdul Hadi Tariq adalah seorang mubaligh dan dosen di Jamiah Ahmadiyah Ghana. Setelah kewafatan ayahandanya, Khalifah Kedua ra. memastikan bahwa keluarganya akan diperhatikan. Almarhumah adalah menantu dari Sahabat Hadhrat Masih Mau'ud as, istri dari seorang waqf zindegi dan ibu dari seorang waqf zindegi. Almarhumah memiliki banyak sekali sifat-sifat yang baik dan terpuji, termasuk kerendahan hati, takut kepada Allah Ta’ala, keramahan, kebaikan, kesabaran, dan lain-lain. Almarhumah dawam dalam mendirikan shalat lima waktu, tahajud, dan membaca Al-Qur'an. Almarhumah meninggalkan dua orang putri dan tiga orang putra. Salah satu putra almarhumah yang berprofesi sebagai mubaligh tidak dapat menghadiri pemakaman ibundanya dikarena sedang bertugas di lapangan. Hudhur aba. berdoa semoga Allah Ta’ala menganugerakan taufik dan karunia kepada keturunannya untuk dapat meneruskan warisan kebaikan-kebaikan almarhumah semasa hidupnya. Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan kasih sayang dan ampunan-Nya kepada almarhum serta meninggikan derajatnya di sisi Allah Ta’ala.

Catatan Penerjemah

Diringkas oleh: The Review of Religions

Diterjemahkan oleh: IHR