Khotbah-huzur-20221014

Dari Isa Mujahid Islam
Revisi per 21 Oktober 2022 03.26 oleh Isa (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Ringkasan Khutbah Jum’at Kutipan dari Khutbah Jum'at yang disampaikan oleh Hadhrat Khalīfatul-Masīh V aba pada 14 Oktober 2022 di Masjid Baitur Rahman, Maryland, Amerika Serikat.

Setelah membaca tasyahud, ta'awwudz dan surah al-Fatihah, Hadhrat Khalifatul Masih Al-Khamis, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba. bersabda bahwa ini adalah merupakan karunia Allah Ta’ala yang sangat besar bagi orang-orang yang telah datang ke AS ini sehingga mereka dapat tinggal menetap di negara yang maju ini.

Hudhur aba. bersabda bahwa selama beberapa tahun terakhir ini, banyak sekali Ahmadi Pakistan yang telah pindah dan menetap di Amerika Serikat. Mereka terus berdatangan dan pindah ke sini dikarenakan memang, kondisi di Pakistan saat ini menjadi semakin sulit bagi para Ahmadi. Para Ahmadi hendaknya berterima kasih kepada pemerintah-pemerintah yang telah memberikan suaka/perlindungan kepada mereka. Namun, karunia terbesar yang dianugerahkan oleh Allah Ta’ala kepada kita semua adalah bahwa Dia telah memberikan karunia kepada kita untuk beriman kepada Imam di Zaman ini dan juga seorang pencinta sejati Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, jika kita sungguh-sungguh ingin mensyukuri nikmat Allah Ta’ala, maka wajib bagi kita untuk menaati segala perintah-perintah-Nya dan berlaku adil dalam beribadah kepada-Nya serta dalam memenuhi hak-hak sesama makhluk-Nya.

Pemahaman Terkait Ajaran Islam yang Sejati Sebagaimana Yang Diajarkan oleh Hakim

Hudhur aba. bersabda bahwa di era ini, Hadhrat Masih Mau'ud as. adalah sosok penunjuk jalan sejati yang, sebagaimana dinubuatkan oleh Nabi Muhammad saw., akan membimbing kita kepada ajaran Islam yang hakiki. Kita harus menyadari bahwa ajaran Islam yang sejati di masa ini hanya dapat dipahami dengan perantaraan Hadhrat Masih Mau'ud as. Hal ini dikarenakan Allah Ta’ala telah menganugerahkan kepada beliau as. pemahaman yang benar tentang makna-makna yang terkandung di dalam Al-Qur'an. Beliau as. adalah seorang pecinta sejati dan hamba setia dari Nabi Muhammad saw. Apa yang beliau as. ajarkan kepada Jemaatnya adalah sesuai dengan sunnah dan ajaran dari Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, kita harus menjalani hidup kita sesuai dengan yang telah diajarkan oleh Hadhrat Masih Mau'ud as. Kita harus meyakini beliau as. sebagai seorang hakim dan penengah yang adil di zaman ini. Kita harus memiliki keyakinan yang teguh bahwasanya jika seseorang ingin berjalan di atas jalan ajaran Islam yang sesungguhnya, maka ia harus beriman dan mengikuti Hadhrat Masih Mau'ud as.

Hadhrat Masih Mau'ud as. mengajarkan bahwasanya janganlah hanya sekedar menerima dan bai’at semata, melainkan kita juga harus memahami mengapa kita beriman kepada beliau as. dan apa alasan-alasan yang mendasari keputusan kita tersebut. Prasangka atau keragu-raguan tidaklah bermanfaat bagi kehidupan kita sehingga kita harus memiliki suatu keyakinan yang kuat. Oleh karena itu, kita harus merenungkan bahwa jika setelah bai’at kepada Hadhrat Masih Mau'ud as, kita masih memiliki kebencian/keraguan terhadap sesuatu yang telah diajarkan oleh beliau as., maka hendaknya kita harus mengintrospeksi kondisi keimanan kita sendiri. Jika seseorang meyakini Hadhrat Masih Mau'ud as. sebagai seorang hakim dan juru penengah yang adil di zaman ini, maka seyogyanya ia harus menaati semua ajaran-ajaran yang disampaikannya dan memperlakukannya dengan penuh hormat. Nabi Muhammad saw. memastikan bahwa akan ada seorang Imam di akhir zaman nanti yang akan menjadi hakim dan juru penengah yang adil. Kalau sudah begitu, lalu apa lagi yang mesti diragukan? Oleh karena itu, Hadhrat Masih Mau'ud as. bersabda bahwa orang-orang yang bai’at kepada beliau as., akan tetapi mereka masih mengajukan keberatan-keberatan/prasangka-prasangka buruk adalah orang-orang yang justru lebih bernasib buruk dibandingkan dengan orang-orang yang memang belum mampu mengenali beliau as, karena orang-orang semacam itu akan tetap mengalami kebutaan meskipun mereka sendiri telah menyaksikannya.

Hudhur aba. bersabda bahwa tidak hanya Hadhrat Masih Mau'ud as. saja, akan tetapi Nabi Muhammad saw. juga telah menubuatkan mengenai akan adanya nizam/sistem Khilafat setelah Al Masih as. yang akan tetap berlangsung hingga hari kiamat. Nizam Khilafat yang dimaksud ini tidak lain adalah Khilafah Ahmadiyah yang senantiasa menjunjung tinggi ajaran-ajaran dari Sang Hakim dan Juru Penengah yang adil di zaman ini. Setiap Ahmadi berjanji untuk selalu setia dan taat kepada Khalifah. Oleh karena itu, wajib bagi setiap Ahmadi untuk menjunjung tinggi janji tersebut dengan tujuan untuk menegakkan janji bai’at mereka kepada Hadhrat Masih Mau'ud as.

Menyebarkan Cahaya Kebenaran Melalui Al-Qur’an

Hudhur aba. lalu mengutip sabda Hadhrat Masih Mau'ud as. yang mengatakan bahwa Jemaat ini didirikan untuk mengungkapkan segala kebenaran karena tanpa adanya kebenaran ini, maka tidak akan ada cahaya yang dapat disebarkan ke dunia ini. Beliau as. bersabda bahwa beliau as. menghendaki agar cahaya-cahaya Islam tersebut dapat menyebar ke seluruh dunia ini dengan perantaraan bukti-bukti amalan yang nyata. Oleh karena itu, beliau as. memerintahkan setiap Ahmadi untuk tidak hanya membaca Al-Qur’an saja, tetapi juga merenungkan dan memahami ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya. Untuk tujuan inilah Hadhrat Masih Mau'ud as. diutus ke dunia ini karena beliau as. telah dianugerahi pemahaman yang lebih mendalam perihal Al-Qur'an. Al-Qur'an bukanlah buku cerita, melainkan sebuah pedoman dan tuntunan bagi kehidupan.

Hudhur aba. bersabda bahwa jika, setelah datang ke negara-negara maju ini, kita malah melupakan pedoman hidup ini dan tidak fokus kepada keimanan kita, maka generasi penerus kita akan semakin menyimpang dari agama. Alih-alih bersyukur kepada Allah Ta’ala, orang-orang seperti itu justru akan mengabaikan karunia-karunia dari-Nya. Tujuan utama kita seharusnya adalah untuk menciptakan hubungan yang erat dengan Allah Ta’ala dan untuk membaca, merenungkan dan berperilaku sesuai dengan ajaran-ajaran yang terdapat di dalam Kitab-Nya. Apabila kita melakukan semua itu, maka barulah kita akan berlaku adil dalam memenuhi janji bai’at kita.

Hudhur aba. bersabda bahwa orang-orang yang telah pindah ke sini bisa saja mungkin mereka telah lolos dari penganiayaan-penganiayaan duniawi. Namun jika mereka tidak berjalan di atas jalan-jalan keimanan dan mereka tidak mencoba untuk memahami Al-Qur'an, maka mereka tidak akan dapat menuai berkah dari Allah Ta’ala. Demikian pula, para mubayyin baru atau para Ahmadi yang bai’at beberapa waktu lalu hendaknya harus ingat bahwa dengan hanya melakukan bai’at saja tidaklah cukup. Tujuan sejati hanya akan dapat dipenuhi apabila kita telah mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Akan tetapi, hal itu tidak akan dapat terjadi sebelum kita membaca dan memahami Kitab Allah, yaitu Al-Qur'an.

Keimanan Harus Diikuti Dengan Amal Perbuatan

Hudhur aba. mengutip sabda Hadhrat Masih Mau'ud as. yang mengatakan bahwa dengan berbai’at kepada beliau as., maka mungkin saja kalian semakin dekat dengan mata air yang telah diciptakan oleh Allah Ta’ala untuk kehidupan yang abadi. Namun, kalian tetaplah harus meminum air dari mata air tersebut. Kalian harus tetap berdoa memohon kepada Allah Ta’ala agar dapat minum dari mata air tersebut, karena tanpa pertolongan Allah Ta’ala, maka kalian tidak akan dapat melakukan apa pun juga. Bagaimana caranya kalian bisa minum dari mata air tersebut? Kalian hendaknya harus memenuhi dua hak yang paling utama, yaitu hak-hak kepada Allah Ta’ala dan juga hak-hak ciptaan-Nya. Jika kalian, bukan hanya mendekat ke mata air itu saja, tetapi juga mendapat karunia untuk minum darinya, maka dipastikan bahwa keimanan kalian akan selalu tetap terjaga. Untuk itu, sangatlah penting untuk dipahami bahwa sekedar bai’at saja tidaklah cukup, melainkan harus disertai juga dengan amal perbuatan. Hanya dengan cara itulah, maka kalian akan dapat memperoleh karunia dari Allah Ta’ala. Kalian tidak boleh hanya sekedar menyatakan “Saya bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah”, tetapi kalian juga harus berusaha untuk mengimplementasikannya.

Hudhur aba. bersabda bahwa setiap orang harus menganalisa diri mereka masing-masing dan merenungkan bahwa ketika mereka mengikrarkan kalimat syahadat, apakah mereka benar-benar telah mengutamakan Allah Ta’ala di atas segalanya? Apakah mereka telah mematuhi perintah-perintah Allah? Apakah mereka segera bergegas menunaikan shalat ketika waktunya tiba? Jika tidak demikian, maka meskipun mereka menyatakan keesaan Allah Ta’ala, akan tetapi ada semacam bentuk syirik tersembunyi (menyekutukan Tuhan) di dalam perilaku mereka tersebut. Orangorang lebih mengutamakan pekerjaan-pekerjaan duniawi mereka, sedangkan seorang mukmin sejati hendaknya memahami bahwa mereka hanya akan dapat mencapai kesuksesan sejati dalam pekerjaan-pekerjaan duniawi mereka dengan perantaraan karunia Allah Ta’ala. Hadhrat Masih Mau'ud as. bersabda bahwa jika mereka tidak meraih hal tersebut, maka mereka belum memenuhi tujuan sebenarnya dari bai’at yang telah mereka lakukan.

Hudhur aba. berkata bahwa mempertahankan mentalitas duniawi membuat janji bai’at kalian kepada beliau as. menjadi sia-sia. Beliau as. bersabda bahwa beriman kepada beliau as. mengharuskan kalian untuk membawa semacam kondisi kematian pada diri mereka sendiri, sehingga mereka dapat dilahirkan dengan kehidupan yang baru. Dengan kata lain, setelah beriman, kalian juga harus memasuki satu kehidupan ruhani yang baru. Jika hal ini tidak terjadi, maka janji baiat seperti itu tidak memberikan manfaat apa pun. Barangsiapa yang berbai’at dengan keikhlasan yang hakiki dan juga bertobat, maka Allah Ta’ala akan mengasihani mereka dan mengampuni mereka sedemikian rupa sehingga seolah-olah mereka diberikan sebuah kehidupan yang baru.

Dunia Menuju Kehancuran dan Apa Yang Musti Dilakukan Agar Selamat

Hudhur aba. bersabda bahwa kita harus berupaya sungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah-ibadah yang telah diperintahkan kepada kita semata-mata demi meraih ridha Allah Ta’ala. Keadaan dunia saat ini menunjukkan adanya awan gelap kehancuran yang menjulang tinggi. Baru saja kemarin, Presiden Amerika mengatakan bahwa jika Rusia menggunakan senjata nuklir, maka mereka pun akan membalasnya. Pembalasan seperti itu pasti akan menyebabkan kehancuran dunia. Oleh karena itu, orang-orang yang tinggal di negara maju seharusnya jangan mengira bahwasanya mereka itu kebal. Dalam keadaan seperti itu, merupakan tanggung jawab para Ahmadi untuk terus memanjatkan doa ke hadirat Allah Ta’ala untuk keamanan di dunia ini dengan penuh kekhusyuan. Hadhrat Masih Mau'ud as. bersabda bahwa dikarenakan cinta-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang mukhlis, maka Allah Ta’ala pun menyelamatkan yang lainnya juga. Oleh karena itu, janganlah mereka berpikiran bahwasanya dengan pindah ke sini, mereka telah menjamin keselamatan mereka dan juga masa depan yang cerah bagi anak-anak mereka. Hal itu tidak akan terjadi karena pada kenyataannya adalah bahwa hanyalah Allah Ta’ala yang dapat menyelamatkan kita. Oleh karena itu, kita harus tunduk bersujud di hadapan-Nya sembari mengajak generasi-generasi penerus kita di masa yang akan datang untuk melakukan hal yang sama. Hanya dengan cara itulah, maka kita dan juga generasi-generasi di masa yang akan datang dapat selamat.

Hudhur aba. bersabda bahwa dunia tidak akan dapat menyelamatkan kita. Hanya dengan cara menanamkan dan mewujudkan nilai-nilai yang terkandung di dalam kalimah syahadat, barulah Allah Ta’ala akan menganugerahkan rahmat dan kasih sayang-Nya serta menyelamatkan kita dan seluruh dunia. Kita harus menaruh perhatian kepada hal tersebut sebelum akhirnya, dunia benar-benar tenggelam di dalam kehancuran di masa yang akan datang.

Hudhur aba. menyampaikan sebuah kutipan sabda Hadhrat Masih Mau'ud as. yang mengatakan bahwa ketika sebuah kapal tenggelam, semua orang pun menangis. Namun, hal itu hanyalah suatu reaksi alami dan tidak ada manfaatnya sama sekali. Hal itu hanya akan bermanfaat bila dilakukan sebelumnya ketika suasana masih tenang. Demikian juga halnya ketika kalian berusaha untuk menemukan Allah Ta’ala, di mana kalian harus senantiasa waspada seolah-olah kalian akan disambar petir. Jika kalian mengambil suatu tindakan pencegahan, maka kalian tidak akan terkena petir. Akan tetapi, setelah itu, menangis tidaklah bermanfaat apa pun. Saat ini, memang ada tanda-tanda kehancuran dunia, yang untuk saat ini, dapat dikendalikan. Akan tetapi, tanda-tanda itu juga bisa saja lepas kendali di setiap saat. Oleh karena itu, kita harus senantiasa berdoa dengan penuh rintihan untuk keamanan dunia ini. Jika kita tidak mengindahkannya, maka bisa jadi, dunia yang indah ini akan menjadi tanah gersang yang tandus.

Hudhur aba. lebih lanjut mengutip sabda Hadhrat Masih Mau'ud as. yang mengatakan bahwa sebagaimana seseorang berlaku baik kepada anak-anaknya, maka bentuk kebaikan lainnya adalah dengan cara berdoa untuknya agar mereka dilindungi darisegala bala bencana. Orang yang berdoa tidak akan pernah kembali sebelum doanya dikabulkan. Karena itu, ia harus memiliki niat yang tulus dalam doa-doa yang dipanjatkannya. Meskipun Hadhrat Masih Mau'ud as. menyampaikan hal tersebut di saat wabah pes merajalela, namun dikarenakan dunia saat ini sedang menuju ke jurang kehancuran, maka semakin penting bagi kita untuk fokus kepada doa bagi keselamatan dunia ini.

Perlunya Menerapkan Standar Akhlak Yang Tinggi

Hudhur aba. bersabda bahwa Hadhrat Masih Mau'ud as. juga menasihati pengikutnya untuk menerapkan standar akhlak yang tinggi karena hal tersebut merupakan perintah Allah Ta’ala juga. Jika seseorang tidak merenungkan bagaimana mereka telah menghabiskan hari-hari mereka, apa yang telah mereka lakukan dengan baik dan di mana mereka gagal, maka mereka tidak akan pernah dapat berkembang. Menggunakan bahasa yang tidak bermoral juga dapat menyebabkan timbulnya perpecahan dan permusuhan. Oleh karena itu, kalian harus selalu memperhatikan bahasa yang kalian gunakan. Kalian harus menggunakan segenap kemampuan yang diberikan kepada mereka oleh Allah Ta’ala untuk memperlihatkan standar akhlak yang tertinggi.

Hadhrat Masih Mau'ud as. bersabda bahwa kalian juga harus memiliki ghairat kecintaan kepada agama kalian. Jika ada seseorang yang merupakan musuh Islam dan secara terang-terangan selalu melecehkan Nabi Muhammad saw., maka harus timbul di dalam diri kalian rasa kebencian terhadap orang itu. Namun, jika orang itu malas (hanya kadang-kadang saja bersikap seperti itu), maka hubungan baik dengan mereka hendaknya tetap dijaga. Hal ini berarti bahwa jika seseorang secara terang-terangan menentang dan melecehkan Islam dan juga Nabi Muhammad saw., maka tidak mungkin bagi seorang Ahmadi untuk menanggung hal tersebut dan dalam kasus seperti itu, ghairat kecintaan kepada agama harus muncul di dalam diri setiap Ahmadi. Para Ahmadi dari Pakistan telah melihat secara langsung bahasa vulgar dan kotor yang digunakan untuk Hadhrat Masih Mau'ud as. Namun, untuk orang-orang seperti itu pun, kami tidak pernah main hakim sendiri.

Memupuk Keharmonisan dan Persaudaraan

Hudhur aba. bersabda bahwa sifat lainnya yang ditanamkan oleh Hadhrat Masih Mau'ud as. adalah kerukunan dan rasa persaudaraan. Beliau as. bersabda bahwa Jemaat ini tidak akan berkembang sebelum semua pengikutnya menanamkan rasa kecintaan satu sama lain. Alih-alih memperlakukan orang yang lebih lemah dengan penghinaan dan permusuhan, ia justru harus menggunakan segenap kemampuannya untuk membantu orang lemah tersebut dan memperlakukan mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang. Beliau as. bersabda bahwa sebuah Jemaat akan dapat berdiri apabila seseorang menutupi kesalahan/aib yang lainnya dan semangat persaudaraan yang sejati terus ditanamkan di dalamnya. Tidak boleh ada perselisihan internal di dalam Jemaat tersebut. Para sahabat juga menerapkan kecintaan satu sama lain di antara mereka sehingga mereka pun menjadi sebuah Jemaat. Hadhrat Masih Mau'ud as. ingin menerapkan semangat yang serupa di dalam Jemaatnya. Oleh karena itu, standar akhlak yang tinggi menuntut adanya perhatian lebih yang harus diberikan kepada bagaimana caranya untuk menjaga perasaan orang lain.

Hudhur aba. bersabda bahwa inilah standar akhlak yang tinggi yang harus kita amalkan untuk menuai berkah yang dijanjikan oleh Allah Ta’ala kepada Jemaat Hadhrat Masih Mau'ud as. Tidak peduli ras kita, apakah kulit putih, orang Afrika-Amerika, Pakistan, India atau Spanyol, setelah bergabung dengan Jemaat Muslim Ahmadiyah ini, maka kita semua berasal dari satu ayah ruhani. Hal tersebut adalah ajaran yang juga telah disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. di dalam khutbah terakhir beliau. Hadhrat Masih Mau'ud as. menginginkan agar pengikutnya menjadi contoh teladan bagi dunia ini. Namun untuk menjadi teladan, diperlukan kerja keras. Kita juga harus berupaya dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan standar ibadah kita dan juga akhlak perilaku kita. Hal-hal tersebut hanya akan dapat diraih apabila kita mengamalkan ketakwaan.

Hudhur aba. menyampaikan bahwa jika kita ingin bersyukur kepada Allah Ta’ala, maka kita harus terus-menerus mengintrospeksi diri kita masing-masing. Hudhur aba. berdoa semoga kita dapat membentuk diri kita sesuai dengan keinginan Hadhrat Masih Mau'ud as. Semoga kita senantiasa mengutamakan keimanan dan agama kita di atas dunia. Semoga kita dapat menanamkan rasa takut kepada Allah dan semoga kita benar-benar menjadi orang-orang yang adil dalam mengamalkan “Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.” Semoga di akhirat nanti, kita termasuk ke dalam orang-orang yang berkenaan dengannya, Allah Ta’ala telah memberi kabar gembira kepada Nabi Muhammad saw.

Hudhur aba. bersabda, pada hari ini, 28 tahun yang lalu, pada tanggal 14 Oktober, masjid ini (Baitur Rahman, Maryland, USA) diresmikan. Mereka yang tinggal di sekitar masjid ini harus mengintrospeksi diri mereka masing-masing dan merenungkan, seberapa banyak kemajuan ruhani yang mereka rasakan dalam 28 tahun terakhir ini dan apakah mereka telah berbuat adil terhadap masjid ini. Hudhur aba. berdoa semoga Allah Ta’ala senantiasa menganugerahi taufik dan karunia-Nya kepada kita semua untuk dapat berlaku adil terhadap masjid ini dan menjaganya hingga tahun-tahun mendatang.

Catatan Penterjemah

Diringkas oleh: The Review of Religions

Diterjemahkan oleh: IHR