Perubahan

Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
11.722 bita ditambahkan ,  5 Maret 2022 10.54
Baris 1: Baris 1: −
Mi'raj dan Isra adalah dua pengalaman ruhani yang berbeda, baik dari segi peristiwa maupun waktunya.
+
Mi'raj dan Isra adalah dua pengalaman ruhani yang berbeda, baik dari segi peristiwa maupun waktunya. Hal ini dikuatkan  oleh Alquran, yaitu,
 +
 
 +
{{Arab Quran|teks-quran=مَا کَذَبَ الۡفُؤَادُ مَا رَاٰی ﴿۱۲﴾}}
 +
 
 +
"Hati Rasulullah tidak berdusta apa yang dia lihat". (QS An-Najm ayat 12)
 +
 
 +
Jadi pengalaman tersebut adalah pengalaman hati. Bukan secara fisik.
 +
 
 +
...dari Ibnu Abbas, ia berkata; Muhammad telah melihat Tuhannya. Saya katakana; Bukankah Allah telah berfirman "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (QS. AL-an'am 104 dengan basmallah), Huss! kamu, maksud ayat itu apabila Allah menampakkan diri dengan cahaya-Nya yang merupakan cahaya-Nya. Ia berkata; dan ia (Muhammad) diberi kesempatan melihat Allah sebanyak dua kali. (H.R. Tirmidzi) <ref>[https://www.hadits.id/hadits/tirmidzi/3201 Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab Tafsir al Quran, Bab Diantara surat Annajm]</ref>
 +
 
 +
Peristiwa "Naiknya"Rasulullah (saw) ke langit bukan secara fisik. Hal ini terbukti dari firman Allah,
 +
 
 +
{{Arab Quran|teks-quran=وَقَالُوۡا لَنۡ نُّؤۡمِنَ لَکَ حَتّٰی تَفۡجُرَ لَنَا مِنَ الۡاَرۡضِ یَنۡۢبُوۡعًا ﴿ۙ۹۱﴾}}{{Arab Quran|teks-quran=اَوۡ تَکُوۡنَ لَکَ جَنَّۃٌ مِّنۡ نَّخِیۡلٍ وَّعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الۡاَنۡہٰرَ خِلٰلَہَا تَفۡجِیۡرًا ﴿ۙ۹۲﴾}}{{Arab Quran|teks-quran=اَوۡ تُسۡقِطَ السَّمَآءَ کَمَا زَعَمۡتَ عَلَیۡنَا کِسَفًا اَوۡ تَاۡتِیَ بِاللّٰہِ وَالۡمَلٰٓئِکَۃِ قَبِیۡلًا ﴿ۙ۹۳﴾}}{{Arab Quran|teks-quran=اَوۡ یَکُوۡنَ لَکَ بَیۡتٌ مِّنۡ زُخۡرُفٍ اَوۡ تَرۡقٰی فِی السَّمَآءِ ؕ وَلَنۡ نُّؤۡمِنَ لِرُقِیِّکَ حَتّٰی تُنَزِّلَ عَلَیۡنَا کِتٰبًا نَّقۡرَؤُہٗ ؕ قُلۡ سُبۡحَانَ رَبِّیۡ ہَلۡ کُنۡتُ اِلَّا بَشَرًا رَّسُوۡلًا ﴿٪۹۴﴾}}
 +
 
 +
“Dan mereka berkata, ‘Sekali-kali kami tidak akan beriman kepada engkau sebelum engkau pancarkan dari bumi sebuah mata air untuk kami… atau engkau mempunyai sebuah rumah dari emas atau engkau naik ke langit; dan sekali-kali tidak akan kami percaya kenaikan engkau ke langit, sebelum engkau turunkan kepada kami sebuah kitab yang dapat kami mambacanya.’ Katakanlah, Maha Suci Tuhanku! Aku tidak lain hanyalah seorang manusia, yang diutus sebagai seorang rasul.” (QS Bani Israil: 17: 91-94)
 +
 
 +
Hadits berikut yang disebutkan dalam Bukhari dengan tegas menunjukkan bahwa perjalanan ini bersifat rohani. Di bagian awal hadits ini ditulis bahwa Nabi Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam) sedang tidur di Masjidil Haram dan dan di bagian terakhir disebutkan ketika beliau bangun, beliau masih di Masjidil Haram. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh penglihatan beliau disaksikan oleh hati beliau yang terjaga saat mata sedang tidur.
    
== Mi'raj ==
 
== Mi'raj ==
Baris 35: Baris 51:     
Telah menceritakan kepada kami Hudbah bin Khalid telah menceritakan kepada kami Hammam bin Yahya telah menceritakan kepada kami Qatadah dari Anas bin Malik dari Malik bin Sha'sha'ah radliallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bercerita kepada mereka tentang malam perjalanan Isra': "Ketika aku berada di al Hathim" -atau beliau menyebutkan di al Hijir- dalam keadaan berbaring, tiba-tiba seseorang datang lalu membelah". Qatadah berkata; Dan aku juga mendengar dia berkata: "lalu dia membelah apa yang ada diantara ini dan ini". Aku bertanya kepada Al Jarud yang saat itu ada di sampingku; "Apa maksudnya?". Dia berkata; "dari lubang leher dada hingga bawah perut" dan aku mendengar dia berkata; "dari atas dadanya sampai tempat tumbuhnya rambut kemaluan."lalu laki-laki itu mengeluarkan kalbuku (hati), kemudian dibawakan kepadaku sebuah baskom terbuat dari emas yang dipenuhi dengan iman, lalu dia mencuci hatiku kemudian diisinya dengan iman dan diulanginya. Kemudian aku didatangkan seekor hewan tunggangan berwarna putih yang lebih kecil dari pada baghal namun lebih besar dibanding keledai." Al Jarud berkata kepadanya; "Apakah itu yang dinamakan al Buraq, wahai Abu Hamzah?". Anas menjawab; "Ya. Al Buraq itu meletakan langkah kakinya pada pandangan mata yang terjauh"."Lalu aku menungganginya kemudian aku berangkat bersama Jibril 'alaihis salam hingga sampai di langit dunia. Lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya; "Siapakah ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang". Maka pintu dibuka dan setelah melewatinya aku berjumpa Adam 'alaihis salam. Jibril AS berkata: "Ini adalah bapakmu, Adam as. Berilah salam kepadanya". Maka aku memberi salam kepadanya dan Adam 'alaihis salam membalas salamku lalu dia berkata: "Selamat datang anak yang shalih dan nabi yang shalih". Kemudian aku dibawa naik ke langit kedua, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya; "Siapakah ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang". Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Yahya dan 'Isa 'alaihimas salam, keduanya adalah anak dari satu bibi. Jibril berkata; "Ini adalah Yahya dan 'Isa, berilah salam kepada keduanya." Maka aku memberi salam kepada keduanya dan keduanya membalas salamku lalu keduanya berkata; "Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih". Kemudian aku dibawa naik ke langit ketiga lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya; "Siapakah ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang". Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Yusuf 'alaihis salam. Jibril berkata; "Ini adalah Yusuf. Berilah salam kepadanya". Maka aku memberi salam kepadanya dan Yusuf membalas salamku lalu berkata; "Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih". Kemudian aku dibawa naik ke langit keempat lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya; "Siapakah ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang". Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Idris 'alaihis salam. Jibril berkata; "Ini adalah Idris, berilah salam kepadanya". Maka aku memberi salam kepadanya dan Idris membalas salamku lalu berkata; "Selamat datang saudar yang shalih dan nabi yang shalih". Kemudian aku dibawa naik ke langit kelima lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya; "Siapakah ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang". Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku bertemu dengan Harun 'alaihis salam. Jibril berkata; "Ini adalah Harun. Berilah salam kepadanya". Maka aku memberi salam kepadanya dan Harun membalas salamku lalu berkata; "Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih". Kemudian aku dibawa naik ke langit keempat lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya; "Siapakah ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang". Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku mendapatkan Musa 'alaihis salam. Jibril berkata; "Ini adalah Musa. Berilah salam kepadanya". Maka aku memberi salam kepadanya dan Musa membalas salamku lalu berkata; "Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih". Ketika aku sudah selesai, tiba-tiba dia menangis. Lalu ditanyakan; "Mengapa kamu menangis?". Musa menjawab; "Aku menangis karena anak ini diutus setelah aku namun orang yang masuk surga dari ummatnya lebih banyak dari orang yang masuk surga dari ummatku". Kemudian aku dibawa naik ke langit ketujuh lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya; "Siapakah ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang". Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku mendapatkan Ibrahim 'alaihis salam. Jibril berkata; "Ini adalah bapakmu. Berilah salam kepadanya". Maka aku memberi salam kepadanya dan Ibrahim membalas salamku lalu berkata; "Selamat datang anak yang shalih dan nabi yang shalih". Kemudian [[Sidratul Muntaha]] diangkat/dinampakkan kepadaku yang ternyata buahnya seperti tempayan daerah Hajar dengan daunnya laksana telinga-telinga gajah. Jibril 'alaihis salam berkata; "Ini adalah [[Sidratul Muntaha]]." Ternyata di dasarnya ada empat sungai, dua sungai Bathin dan dua sungai Zhahir". Aku bertanya: "Apakah ini wahai Jibril?". Jibril menjawab; "adapun dua sungai Bathian adalah dua sungai yang berada di surge, sedangkan dua sungai Zhahir adalah an Nail dan eufrat". Kemudian aku diangkat ke Baitul Ma'mur, lalu aku diberi satu gelas berisi khamer, satu gelas berisi susu dan satu gelas lagi berisi madu. Aku mengambil gelas yang berisi susu. Maka Jibril berkata; "Ini merupakan fithrah yang kamu dan ummatmu berada di atasnya". Kemudian diwajibkan bagiku shalat lima puluh kali dalam setiap hari. Aku pun kembali dan lewat di hadapan Musa 'alaihis salam. Musa bertanya; "Apa yang telah diperintahkan kepadamu?". aku menjawab: "Aku diperintahkan shalat lima puluh kali setiap hari". Musa berkata; "Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup melaksanakan lima puluh kali shalat dalam sehari, dan aku, demi Allah, telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Isra'il dengan sungguh-sungguh. Maka kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu". Maka aku kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelumnya, lalu aku kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelumnya, lalu aku kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelunya. Aku pun kembali, dan aku di perintah dengan sepuluh kali shalat setiap hari. Lalu aku kembali dan Musa kembali berkata seperti sebelumnya. Aku pun kembali, dan akhirnya aku diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari. Aku kembali kepada Musa dan dia berkata; "Apa yang diperintahkan kepadamu?". Aku jawab: "Aku diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari". Musa berkata; "Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup melaksanakan lima kali shalat dalam sehari, dan sesungguhnya aku, telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Isra'il dengan sungguh-sungguh. Maka kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu". Beliau berkata: "Aku telah banyak memohon (keringanan) kepada Rabbku hingga aku malu. Tetapi aku telah ridla dan menerimanya". Ketika aku telah selesai, terdengar suara orang yang berseru: "Sungguh Aku telah memberikan keputusan kewajiban-Ku dan Aku telah ringankan untuk hamba-hamba-Ku". (H.R. Al-Bukhari) <ref>[https://www.hadits.id/hadits/bukhari/3598 Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Perilaku budi pekerti yang terpuji, Bab al Mi'raj]</ref>
 
Telah menceritakan kepada kami Hudbah bin Khalid telah menceritakan kepada kami Hammam bin Yahya telah menceritakan kepada kami Qatadah dari Anas bin Malik dari Malik bin Sha'sha'ah radliallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bercerita kepada mereka tentang malam perjalanan Isra': "Ketika aku berada di al Hathim" -atau beliau menyebutkan di al Hijir- dalam keadaan berbaring, tiba-tiba seseorang datang lalu membelah". Qatadah berkata; Dan aku juga mendengar dia berkata: "lalu dia membelah apa yang ada diantara ini dan ini". Aku bertanya kepada Al Jarud yang saat itu ada di sampingku; "Apa maksudnya?". Dia berkata; "dari lubang leher dada hingga bawah perut" dan aku mendengar dia berkata; "dari atas dadanya sampai tempat tumbuhnya rambut kemaluan."lalu laki-laki itu mengeluarkan kalbuku (hati), kemudian dibawakan kepadaku sebuah baskom terbuat dari emas yang dipenuhi dengan iman, lalu dia mencuci hatiku kemudian diisinya dengan iman dan diulanginya. Kemudian aku didatangkan seekor hewan tunggangan berwarna putih yang lebih kecil dari pada baghal namun lebih besar dibanding keledai." Al Jarud berkata kepadanya; "Apakah itu yang dinamakan al Buraq, wahai Abu Hamzah?". Anas menjawab; "Ya. Al Buraq itu meletakan langkah kakinya pada pandangan mata yang terjauh"."Lalu aku menungganginya kemudian aku berangkat bersama Jibril 'alaihis salam hingga sampai di langit dunia. Lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya; "Siapakah ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang". Maka pintu dibuka dan setelah melewatinya aku berjumpa Adam 'alaihis salam. Jibril AS berkata: "Ini adalah bapakmu, Adam as. Berilah salam kepadanya". Maka aku memberi salam kepadanya dan Adam 'alaihis salam membalas salamku lalu dia berkata: "Selamat datang anak yang shalih dan nabi yang shalih". Kemudian aku dibawa naik ke langit kedua, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya; "Siapakah ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang". Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Yahya dan 'Isa 'alaihimas salam, keduanya adalah anak dari satu bibi. Jibril berkata; "Ini adalah Yahya dan 'Isa, berilah salam kepada keduanya." Maka aku memberi salam kepada keduanya dan keduanya membalas salamku lalu keduanya berkata; "Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih". Kemudian aku dibawa naik ke langit ketiga lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya; "Siapakah ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang". Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Yusuf 'alaihis salam. Jibril berkata; "Ini adalah Yusuf. Berilah salam kepadanya". Maka aku memberi salam kepadanya dan Yusuf membalas salamku lalu berkata; "Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih". Kemudian aku dibawa naik ke langit keempat lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya; "Siapakah ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang". Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Idris 'alaihis salam. Jibril berkata; "Ini adalah Idris, berilah salam kepadanya". Maka aku memberi salam kepadanya dan Idris membalas salamku lalu berkata; "Selamat datang saudar yang shalih dan nabi yang shalih". Kemudian aku dibawa naik ke langit kelima lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya; "Siapakah ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang". Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku bertemu dengan Harun 'alaihis salam. Jibril berkata; "Ini adalah Harun. Berilah salam kepadanya". Maka aku memberi salam kepadanya dan Harun membalas salamku lalu berkata; "Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih". Kemudian aku dibawa naik ke langit keempat lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya; "Siapakah ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang". Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku mendapatkan Musa 'alaihis salam. Jibril berkata; "Ini adalah Musa. Berilah salam kepadanya". Maka aku memberi salam kepadanya dan Musa membalas salamku lalu berkata; "Selamat datang saudara yang shalih dan nabi yang shalih". Ketika aku sudah selesai, tiba-tiba dia menangis. Lalu ditanyakan; "Mengapa kamu menangis?". Musa menjawab; "Aku menangis karena anak ini diutus setelah aku namun orang yang masuk surga dari ummatnya lebih banyak dari orang yang masuk surga dari ummatku". Kemudian aku dibawa naik ke langit ketujuh lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya; "Siapakah ini". Jibril menjawab; "Jibril". Ditanyakan lagi; "Siapa orang yang bersamamu?". Jibril menjawab; "Muhammad". Ditanyakan lagi; "Apakah dia telah diutus?". Jibril menjawab; "Ya". Maka dikatakan; "Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang". Maka pintu dibuka dan setelah aku melewatinya, aku mendapatkan Ibrahim 'alaihis salam. Jibril berkata; "Ini adalah bapakmu. Berilah salam kepadanya". Maka aku memberi salam kepadanya dan Ibrahim membalas salamku lalu berkata; "Selamat datang anak yang shalih dan nabi yang shalih". Kemudian [[Sidratul Muntaha]] diangkat/dinampakkan kepadaku yang ternyata buahnya seperti tempayan daerah Hajar dengan daunnya laksana telinga-telinga gajah. Jibril 'alaihis salam berkata; "Ini adalah [[Sidratul Muntaha]]." Ternyata di dasarnya ada empat sungai, dua sungai Bathin dan dua sungai Zhahir". Aku bertanya: "Apakah ini wahai Jibril?". Jibril menjawab; "adapun dua sungai Bathian adalah dua sungai yang berada di surge, sedangkan dua sungai Zhahir adalah an Nail dan eufrat". Kemudian aku diangkat ke Baitul Ma'mur, lalu aku diberi satu gelas berisi khamer, satu gelas berisi susu dan satu gelas lagi berisi madu. Aku mengambil gelas yang berisi susu. Maka Jibril berkata; "Ini merupakan fithrah yang kamu dan ummatmu berada di atasnya". Kemudian diwajibkan bagiku shalat lima puluh kali dalam setiap hari. Aku pun kembali dan lewat di hadapan Musa 'alaihis salam. Musa bertanya; "Apa yang telah diperintahkan kepadamu?". aku menjawab: "Aku diperintahkan shalat lima puluh kali setiap hari". Musa berkata; "Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup melaksanakan lima puluh kali shalat dalam sehari, dan aku, demi Allah, telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Isra'il dengan sungguh-sungguh. Maka kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu". Maka aku kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelumnya, lalu aku kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelumnya, lalu aku kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelunya. Aku pun kembali, dan aku di perintah dengan sepuluh kali shalat setiap hari. Lalu aku kembali dan Musa kembali berkata seperti sebelumnya. Aku pun kembali, dan akhirnya aku diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari. Aku kembali kepada Musa dan dia berkata; "Apa yang diperintahkan kepadamu?". Aku jawab: "Aku diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari". Musa berkata; "Sesungguhnya ummatmu tidak akan sanggup melaksanakan lima kali shalat dalam sehari, dan sesungguhnya aku, telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Isra'il dengan sungguh-sungguh. Maka kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu". Beliau berkata: "Aku telah banyak memohon (keringanan) kepada Rabbku hingga aku malu. Tetapi aku telah ridla dan menerimanya". Ketika aku telah selesai, terdengar suara orang yang berseru: "Sungguh Aku telah memberikan keputusan kewajiban-Ku dan Aku telah ringankan untuk hamba-hamba-Ku". (H.R. Al-Bukhari) <ref>[https://www.hadits.id/hadits/bukhari/3598 Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Perilaku budi pekerti yang terpuji, Bab al Mi'raj]</ref>
 +
 +
Dalam riwayat lain,
 +
 +
{{Arab Hadits|teks-hadits=عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا عُرِجَ بِي مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمُشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ فَقُلْتُ مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ قَالَ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ}}
 +
 +
...dari Anas bin Malik ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ketika aku dinaikkan ke lagit (dimi'rajkan), aku melewati suatu kaum yang kuku mereka terbuat dari tembaga, kuku itu mereka gunakan untuk mencakar muka dan dada mereka. Aku lalu bertanya, "Wahai Jibril, siapa mereka itu?" Jibril menjawab, "Mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan merusak kehormatan mereka." (H.R. Abu Dawud) <ref>[https://www.hadits.id/hadits/dawud/4235 Hadits Sunan Abu Dawud, Kitab Adab, Bab Penjelasan tentang ghibah]</ref>
    
== Isra ==
 
== Isra ==
Allah Ta'ala berfirman,
+
[[Berkas:Al-aqsa.jpeg|al=Masjid Al-Aqsa|jmpl|Masjid Al-Aqsa]]
{{Arab Quran|teks-quran=سُبۡحٰنَ الَّذِیۡۤ اَسۡرٰی بِعَبۡدِہٖ لَیۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡبَصِیۡرُ ﴿۲﴾}}
+
Allah Ta'ala berfirman,{{Arab Quran|teks-quran=سُبۡحٰنَ الَّذِیۡۤ اَسۡرٰی بِعَبۡدِہٖ لَیۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ اِلَی الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِیۡ بٰرَکۡنَا حَوۡلَہٗ لِنُرِیَہٗ مِنۡ اٰیٰتِنَا ؕ اِنَّہٗ ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡبَصِیۡرُ ﴿۲﴾}}
 
Maha Suci Dia, Yang telah menjalankan hamba-Nya pada waktu malam dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha, yang telah Kami berkati, sekelilingnya supaya Kami perlihatkan kepadanya sebagaian dari Tanda-tanda Kami. Sesungguhnya Dia, Yang Maha Mendengar, Maha Melihat. -- Alquran Surah Al-Isra (17): 2
 
Maha Suci Dia, Yang telah menjalankan hamba-Nya pada waktu malam dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha, yang telah Kami berkati, sekelilingnya supaya Kami perlihatkan kepadanya sebagaian dari Tanda-tanda Kami. Sesungguhnya Dia, Yang Maha Mendengar, Maha Melihat. -- Alquran Surah Al-Isra (17): 2
   Baris 60: Baris 82:  
{{Arab Hadits|teks-hadits=حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَمَّا كَذَّبَتْنِي قُرَيْشٌ قُمْتُ فِي الْحِجْرِ فَجَلَا اللَّهُ لِي بَيْتَ الْمَقْدِسِ فَطَفِقْتُ أُخْبِرُهُمْ عَنْ آيَاتِهِ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهِ}}
 
{{Arab Hadits|teks-hadits=حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَمَّا كَذَّبَتْنِي قُرَيْشٌ قُمْتُ فِي الْحِجْرِ فَجَلَا اللَّهُ لِي بَيْتَ الْمَقْدِسِ فَطَفِقْتُ أُخْبِرُهُمْ عَنْ آيَاتِهِ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَيْهِ}}
 
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab telah menceritakan kepadaku Abu Salamah bin 'Abdurrahman; aku mendengar Jabir bin Abdullah radliallahu 'anhuma bahwa, dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ketika kaum Quraisy mendustakan aku (tentang Isra' dan Mi'raj), aku berdiri di al Hijir, lalu Allah menampakkan kepadaku Baitul Maqdis, maka aku mulai menceritakan kepada mereka tentang tanda-tandanya. sedang aku terus melihatnya". (H.R. Al-Bukhari) <ref>[https://www.hadits.id/hadits/bukhari/3597 Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Perilaku budi pekerti yang terpuji, Bab Hadits isra']</ref>
 
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab telah menceritakan kepadaku Abu Salamah bin 'Abdurrahman; aku mendengar Jabir bin Abdullah radliallahu 'anhuma bahwa, dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ketika kaum Quraisy mendustakan aku (tentang Isra' dan Mi'raj), aku berdiri di al Hijir, lalu Allah menampakkan kepadaku Baitul Maqdis, maka aku mulai menceritakan kepada mereka tentang tanda-tandanya. sedang aku terus melihatnya". (H.R. Al-Bukhari) <ref>[https://www.hadits.id/hadits/bukhari/3597 Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Perilaku budi pekerti yang terpuji, Bab Hadits isra']</ref>
 +
 +
{{Arab Hadits|teks-hadits=كان عليه الصلاةُ والسلامُ قبل الإسراءِ والمعراجِ يصلِّي ركعتَين صباحًا ، وركعتَين مساءً ؛ كما كان يفعل النبيُّ إبراهيمُ عليه السلامُ}}
 +
 +
Bahwa Nabi (saw) sebelum Isra' dan Mi'raj shalat di pagi hari dua rakaat dan dua rakaat di waktu sore seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim (as) (H.R. Al-Albany) <ref>https://dorar.net/h/7c1e7516a09c9439c17e8fce04c84f60</ref>
 +
 +
== Penjelasan Hadhrat Masih Mau'ud (as) ==
 +
“Perjalanan mi’raj tidak dengan jasad padat ini, bahkan itu merupakan kasyaf berderajat tertinggi yang pada hakikatnya harus disebut hal terjaga. Dalam keadaan kasyaf seperti ini, seseorang dapat melakukan perjalanan ke langit dengan jasad nurani berdasarkan kemampuan jiwa yang berakal. Jadi, dikarenakan Rasulullah saw memiliki kemampuan jiwa yang berakal berderajat tinggi dan sampai pada titik puncak, oleh sebab itu beliau sampai pada titik puncak alam makmur yang dita’birkan dengan ‘arasy azhim dalam perjalanan mi’raj beliau. Jadi, pada hakikatnya, ini merupakan perjalanan kasyaf yang menyerupai hal terjaga berderajat tinggi, bahkan sejenis hal terjaga. Aku sama sekali tidak menamakannya mimpi dan menganggapnya termasuk diantara derajat-derajat rendah kasyaf, bahkan ini merupakan kedudukan mulia kasyaf yang pada hakikatnya lebih jelas dan terang dibandingkan dengan alam sadar, bahkan hal terjaga yang padat dan pengarang sendiri pengalaman dalam kasyaf-kasyaf semacam ini.” <ref>Izalah Auham Bagian Awwal, halaman 47-48, catatan kaki</ref>
 +
 +
“Malam ditetapkan untuk mi’raj, karena mi’raj itu semacam kasyaf dan malam cocok untuk kasyaf dan mimpi. Jika ini dalam kondisi terjaga, maka siang yang cocok.” <ref>Tuhfah Golrawiyah, halaman 126, catatan kaki</ref>
 +
 +
“Mi’raj adalah akhir yang sempurna dan rahasia di dalamnya adalah supaya titik jiwa Rasulullah saw dizahirkan. Di atas langit terdapat sebuah titik bagi setiap ruh. Ruh tidak dapat naik melebihinya. Titik jiwa Rasulullah saw adalah ‘Arasy dan arti Rafiq A’la juga adalah Tuhan. Jadi, tidak ada orang lain yang dihormati dan dimuliakan dibanding Rasul Karim saw.” <ref>Al-Hakam, jilid 5, 17 Februari 1901, halaman 7</ref>
 +
 +
“Kita percaya bahwa Rasulullah saw. telah melakukan mi’raj. Tetapi, sebagian orang yang berkeyakinan bahwa mi’raj itu hanya mimpi biasa, maka keyakinan ini salah dan orang-orang yang berkeyakinan bahwa Rasulullah saw. naik ke langit dengan jasad kasar dalam mi’raj, maka keyakinan ini salah. Bahkan, perkara yang sebenarnya dan keyakinan yang shahih adalah mi’raj terjadi dengan wujud nurani dalam corak kasyaf. Itu memang wujud, tetapi nurani. Dalam keadan sadar, tetapi secara kasyaf dan nurani yang tidak dapat dipahami oleh orang-orang dunia ini. Kecuali orang-orang yang pernah mengalaminya. Jika tidak, untuk naik ke langit dengan jasad dan kesadaran lahir, orang-orang Yahudi sendiri menuntut mukjizat, yang jawabannya terdapat dalam Al-Quran Suci dengan firman:
 +
{{Arab Quran|teks-quran=...  قُلۡ سُبۡحَانَ رَبِّیۡ ہَلۡ کُنۡتُ اِلَّا بَشَرًا رَّسُوۡلًا ﴿٪۹۴﴾}}
 +
Katakanlah: Mahasuci Tuhan-ku. Aku hanyalah manusia yang diutus. Manusia tidak pernah terbang naik ke langit. Inilah sunnatullah yang berlangsung sejak semula. <ref>Al-Hakam, jilid 10, 17 Juni 1906, halaman 4</ref>
 +
 +
Sebagian orang mengatakan bahwa pada malam '''mi’raj''' Rasulullah saw.  telah pergi ke Langit dengan tubuh kasar. Namun mereka tidak melihat bahwa hal itu ditentang oleh Quran Syarif. Dan Hadhrat  Aisyah r.a. juga menyatakan hal itu sebagai rukya (kasyaf).
 +
 +
Sebenarnya mi'raj itu merupakan sebuah kasyaf yang sangat agung, jelas, sempurna dan  lengkap. Di dalam kasyaf tubuh ini tidak diperlukan, sebab tubuh yang  diberikann dalam kasyaf padanya tidak ada  penghalang jenis apapun, bahkan memiliki  kekuatan-kekuatan besar. Dengan tubuh yang memiliki  kekuatan-kekuatan besar itulah beliau saw.  telah melakukan '''mi'raj'''.
 +
 +
Kemudian beliau saw.  dalam mendukung hal itu telah memaparkan dalil dalil melalui beberapa ayat, bahwa tubuh kasar tidak bisa naik ke langit. Hal-hal ini sebelumnya pun sudah berkali-kali saya tuliskan. Saya tidak mengulanginya lagi supaya tidak terlalu panjang.” <ref>Malfuzat, jld.IV, hlm. 118</ref>
 +
 +
Pada waktu mi’raj, Rasulullah saw. melihat para nabi Bani Israil di berbagai lapisan langit, pada hakikatnya Rasulullah saw. memaparkan silsilah para nabi Bani Israil dari segi zaman. Yang diperlihatkan paling tinggi adalah Hadhrat Ibrahim a.s., yang merupakan aabul anbiyaa (bapak para nabi). Di langit kedua Hadhrat Isa a.s.. Dikarenakan Hadhrat Yahya a.s.  sezaman dengan Hadhrat Isa, oleh sebab itu mereka berdua ditampakkan bersama. Mereka itu berada dua derajat setelah Nabi Muhammad saw., oleh sebab itu mereka diperlihatkan berada pada langit kedua. Adam diperlihatkan berada di langit pertama. Dikarenakan Rasulullah saw. juga merupakan Adam, oleh sebab itu beliau diperlihatkan pada langit pertama.” <ref>Malfuzat, jld. III, hlm. 234-235</ref>
 +
 +
Sebelum melakukan setiap pekerjaan, pikirkanlah, dan perhatikanlah, apakah dari itu Allah Ta'ala akan ridha atau murka? Shalat adalah sesuatu yang sangat penting, dan merupakan '''Mi’raj''' bagi orang mukmin. Sarana yang terbaik untuk memanjatkan doa adalah shalat. Shalat itu ditegakkan bukanlah supaya kalian melakukannya cepat-cepat, atau seperti ayam yang mematuk-matuk makanan. Banyak sekali orang yang mengerjakan shalat seperti itu. Dan banyak sekali orang yang baru mau mengerjakan shalat karena disuruh. Itu tidak ada artinya sedikit pun. <ref>Malfuzhat, Add. Nazir Isyaat, London, 1984, jld.3, h.247-248</ref>
 +
 +
== Sabda Hadhrat Khalifatul Masih V (atba) ==
 +
Nah, '''mikraj''' pun merupakan kasyaf yang sangat agung. Itu disebut ru’ya,yang pada hakekatnya ini bukanlah ru’ya. Hadhrat Masih Mauud a.s. menulis bahwa ini merupakan kasyaf yang sangat agung  yang meskipun secara zahir telah melekat disebut  ru’ya.  Beliau telah melihat pemandangan kasyaf  dimana beliau melihat Hadhrat Adam,Hadhrat Idris,Hadhrat Nuh , Hadhrat Musa, Hadhrat Isa dan Hadhrat Ibrahim a.s.yang sesuai disebut diantara mereka. Hadis ini panjang, ini ringkasannya yang diterangkan.
 +
 +
Peristiwa kewajiban shalat  terkait dengan mi’raj ini. Tatkala beliau  lewat di dekat  Hadhrat Musa dan untuk hadir di hadapan Tuhan  beliau naik  ke atas, maka pada saat  itu tatkala kembali beliau memberitahukan bahwa Allah telah mewajibkan kepada beliau  50 shalat.  Hadhrat Musa berkata: Wahai hamba Tuhan, shalat-shalat  sedemikian banyak  akan menjadi beban untuk ummat Tuan. Kembalilah dan mintalah  keringanan. Beliau kembali kepada Tuhan dan dari lima puluh dikurangi menjadi empat puluh. Kemudian, inilah peristiwa yang terjadi,yakni  beliau kembali  hingga  dari empat puluh menjadi tiga puluh yang pada akhirnya itu hingga tinggal  lima. Maka Allah berfirman bahwa  lima shalat inipun sama dengan lima puluh sembahyang kamu. (Rincian riwayat tertulis dalam ''Hadis Bukhari  dalam Kitab-ul-shalat)'' <ref>[https://ahmadiyah.id/khotbah/kashf-atau-bayangan-rohaniah Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz, 10 Januari 2003 di Dgadugu,Burkinapasu Afrika Barat]</ref>
    
== Referensi ==
 
== Referensi ==
 
<references />
 
<references />
 
[[Kategori:Agama]]
 
[[Kategori:Agama]]

Menu navigasi