Pengorbanan

Dari Isa Mujahid Islam
Revisi per 6 Oktober 2022 15.34 oleh Isa (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian


Bab 01: Pengertian Pengorbanan

Pengorbanan adalah ...

Pengorbanan itu dilakukan guna mempersiapkan kaum Muslimin untuk kebangkitan yang dijanjikan. Tuhan kembali membahas jalan kemajuan nasional dan memerintahkan orang-orang mukmin supaya membelanjakan harta dengan suka rela di jalan Allah.

Bab 02: Perintah Berkorban di Waktu Lapang ataupun Sempit

Allah Ta'ala berfirman,

الَّذِیۡنَ یُنۡفِقُوۡنَ فِی السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالۡکٰظِمِیۡنَ الۡغَیۡظَ وَالۡعَافِیۡنَ عَنِ النَّاسِ ؕ وَاللّٰہُ یُحِبُّ الۡمُحۡسِنِیۡنَ ﴿۱۳۵﴾ۚ

Yaitu orang-orang yang menginfakkan harta di waktu lapang dan di waktu sempit, yang menahan amarah dan yang memaafkan manusia, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik. (QS Ali 'Imran 3:135) Allah Ta'ala juga berfirman,

لِیُنۡفِقۡ ذُوۡ سَعَۃٍ مِّنۡ سَعَتِہٖ ؕ وَمَنۡ قُدِرَ عَلَیۡہِ رِزۡقُہٗ فَلۡیُنۡفِقۡ مِمَّاۤ اٰتٰٮہُ اللّٰہُ ؕ لَا یُکَلِّفُ اللّٰہُ نَفۡسًا اِلَّا مَاۤ اٰتٰٮہَا ؕ سَیَجۡعَلُ اللّٰہُ بَعۡدَ عُسۡرٍ یُّسۡرًا ٪﴿۸﴾

Hendaklah orang yang mempunyai kelapangan rezeki menafkahkan sesuai dengan kelapangannya. Dan barangsiapa yang disempitkan rezekinya, maka hendaknya menafkahkan dari apa yang yang Allah berikan kepadanya. Allah tidak membebani suatu jiwa melainkan apa yang telah Dia berikan kepadanya. Allah akan segera menjadikan kemudahan sesudah kesulitan. (QS At-Talaq 65:8)

Bab 03: Kaitan Erat antara Shalat dan Pengorbanan

Allah Ta'ala berfirman,

فَصَلِّ لِرَبِّکَ وَانۡحَرۡ

“Maka beribadahlah kepada Tuhan engkau dan berkorbanlah” (QS Al-Kautsar 108:3)

Allah Ta'ala berfirman,

وَاَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَاٰتُوا الزَّکٰوۃَ وَارۡکَعُوۡا مَعَ الرّٰکِعِیۡنَ ﴿۴۴﴾

Dan dirikanlah shalat, bayarlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk. (QS Al Baqarah 2:44)

Allah Ta'ala berfirman,

الَّذِیۡنَ اِذَا ذُکِرَ اللّٰہُ وَجِلَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ وَالصّٰبِرِیۡنَ عَلٰی مَاۤ اَصَابَہُمۡ وَالۡمُقِیۡمِی الصَّلٰوۃِ ۙ وَمِمَّا رَزَقۡنٰہُمۡ یُنۡفِقُوۡنَ ﴿۳۶﴾

Orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, mereka yang bersabar atas apa yang menimpa mereka, dan yang mendirikan shalat dan dari apa-apa yang Kami rezekikan kepada mereka, mereka belanjakan. (QS Al-Hajj 22:36)

Bab xx: Pentingnya Berkorban Harta di Jalan Allah

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Kebangkitan Islam kembali menuntut pengorbanan dari kita. Apakah pengorbanan itu? Itu adalah mati berjuang di jalan ini, yang dengannya kehidupan Islam, kehidupan orang-orang Muslim, dan perwujudan Allah bergantung. Ini, dengan kata lain, adalah Islam. Itu merupakan kebangkitan kembali Islam ini yang hari ini Allah kehendaki. Untuk meraih tujuan ini, adalah perlu bahwa Dia Sendiri mendirikan sistem yang besar dan efektif; dan inilah apa yang Allah Maha Bijaksana dan Maha Kuasa telah lakukan dengan mengutus aku ke dunia ini untuk memperbaiki umat manusia. Dia telah membagi tugas mendukung kebenaran dan penyebaran Islam ini dalam beberapa cabang.” [1]

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Wahai orang-orang Islam yang kaya! Aku sampaikan pesan kepada kalian bahwa kalian hendaknya membantu lembaga perbaikan ini, yang telah didirikan oleh Allah Yang Maha Kuasa, dengan sepenuh hati, perhatian dan keikhlasan kalian. Kalian harus memandang semua segi dari lembaga ini dengan rasa hormat dan laksanakan dengan segera apapun yang kalian mampu untuk membantunya. Siapapun ingin mempersembahkan sejumlah uang tiap bulan, sesuai kemampuannya, hendaknya menjadikan itu wajib bagi dirinya seperti hutang, dan melunasi pembayarannya setiap bulan tanpa kegagalan. Dia seharusnya menjadikan tugas ini murni sebagai kewajiban kepada Allah, dan hendaknya tidak terlambat atau lamban dalam pembayarannya. Dia yang ingin membayar semuanya sekaligus dapat juga melakukannya, tapi ingatlah bahwa cara benar yang akan menjamin kemajuan terus-menerus dari gerakan ini adalah bahwa orang-orang, yang benar-benar peduli pada agama, seharusnya menjadikan hal itu wajib bagi diri mereka untuk membayar suatu jumlah tertentu setiap bulan yang mereka dapat berikan dengan mudah dan teratur, kecuali jika mereka dihadapkan pada keadaan-keadaan yang tak diharapkan. Tentu saja, siapapun yang punya sarana-sarana dan sumber-sumber daya untuk memberikan sesuatu, selain dari janji bulanannya, diterima dengan senang hati untuk melakukan demikian.”

“Wahai kalian yang kusayangi, orang-orang yang kucinta, cabang-cabang yang selalu hijau dari pohon yaitu aku sendiri! Wahai yang telah, dengan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa atas kalian, masuk dalam janji Bai’at denganku! Wahai kalian yang telah mengorbankan jiwa, kenyamanan dan harta kekayaan kalian di jalan ini! Aku mengetahui bahwa kalian memandang itu sebagai satu kehormatan untuk menerima apapun yang aku katakan, dan tidak akan ragu-ragu sejauh itu ada dalam kemampuan kalian, tapi aku tidak dapat membuat paksaan bagi kalian dengan lidahku sendiri pada pengkhidmatan yang harus kalian persembahkan, supaya pengkhidmatan kalian seharusnya keluar dari kerelaan kalian sendiri dan tidak sebagai sebuah kewajiban dariku…” [2]

Bab xx: Menjadi Penolong Agama Allah

Allah Ta'ala berfirman,

فَلَمَّاۤ اَحَسَّ عِیۡسٰی مِنۡہُمُ الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ ۚ وَاشۡہَدۡ بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ ﴿۵۳﴾

Maka tatkala Isa merasa ada kekufuran pada kaumnya ia berkata, ”Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?” Para Hawari berkata, “Kamilah para penolong di jalan Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri. (QS Ali-'Imran 3:53)

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Kebanyakan anggota Jama’at-ku adalah miskin dan tak istimewa, tapi mempersembahkan diri sendiri bagi pelayanan kepada Allah dengan hati suci merupakan penyembuh bagi setiap masalah dan kesukaran. Maka siapapun yang benar-benar beriman akan adanya Allah dan mengetahui bahwa dia bergantung pada karunia-karunia-Nya dalam dunia lahiriah dan ruhani, hendaknya tidak membiarkan zaman beberkat ini lepas dari tangannya, tidak pula hendaknya membiarkan penyakit kekikiran memahrumkannya dari ganjaran ini. Hanya dia yang layak bergabung ke Jama’at ini yang mempunyai keteguhan hati yang tinggi dan yang berjanji kepada Allah bahwa dari sekarang dan seterusnya dia akan berupaya sebaik-baiknya untuk mempersembahkan setiap bulan apapun bantuan keuangan yang dia dapat persembahkan agar menghilangkan kesukaran-kesukaran yang dihadapi agama-Nya. Itu merupakan kemunafikan bahwa mengingat Allah ketika dihadapkan pada musibah dan menjadi masa bodoh ketika orang ada dalam kemudahan dan kenyamanan. Allah adalah Berdiri Sendiri dan Tak Peduli; itu adalah kalian yang harus membuktikan keikhlasan kalian agar meraih karunia-Nya. Semoga Allah beserta kalian.” [3]

Allah Ta'ala mempunyai sifat Al-Ghani, yakni Maha Kaya. Oleh karena itu, sebenarnya pengorbanan yang kita lakukan adalah untuk diri kita sendiri. Allah Ta'ala tidak memerlukan pengorbanan kita. Dia berfirman,

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِنۡ طَیِّبٰتِ مَا کَسَبۡتُمۡ وَمِمَّاۤ اَخۡرَجۡنَا لَکُمۡ مِّنَ الۡاَرۡضِ ۪ وَلَا تَیَمَّمُوا الۡخَبِیۡثَ مِنۡہُ تُنۡفِقُوۡنَ وَلَسۡتُمۡ بِاٰخِذِیۡہِ اِلَّاۤ اَنۡ تُغۡمِضُوۡا فِیۡہِ ؕ وَاعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ غَنِیٌّ حَمِیۡدٌ ﴿۲۶۸﴾

Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah barang-barang baik yang kamu usahakan dan apa-apa yang Kami keluarkan dari bumi bagimu, dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk darinya lalu kamu mem-belanjakannya di jalan Allah, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya kecuali dengan memicingkan mata terhadap-nya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji. (QS. Al-Baqarah 2:268)

Bab xx: Ganjaran Pengorbanan

Menyelamatkan Kita dari Azab yang Pedih

Allah Ta'ala berfirman,

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی تِجٰرَۃٍ تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ
تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَرَسُوۡلِہٖ وَتُجٰہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ بِاَمۡوٰلِکُمۡ وَاَنۡفُسِکُمۡ ۚ ذٰلِکُمۡ خَیۡرٌ لَّکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ

“Hai orang-orang yang beriman, Maukah Aku tunjukkan kepadamu perdagangan yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? - Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kamu berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Hal itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (QS Ash-Shaaf [61]: 11-12)

Dilipat Gandakan Ganjarannya

Allah Ta'ala berfirman,

مَنۡ ذَا الَّذِیۡ یُقۡرِضُ اللّٰہَ قَرۡضًا حَسَنًا فَیُضٰعِفَہٗ لَہٗۤ اَضۡعَافًا کَثِیۡرَۃً ؕ وَاللّٰہُ یَقۡبِضُ وَیَبۡصُۜطُ ۪ وَاِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿۲۴۶﴾

“Barang siapa yang meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Dia akan melipat gandakannya berkali lipat banyaknya. Dan Allah menerima dan meluaskan, dan kepada Dia kalian akan kembali.” (QS. Al-Baqarah [2] : 246)

Allah Ta'ala berfirman,

مَّثَلُ الَّذِیۡنَ یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوٰلَہُمۡ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ کَمَثَلِ حَبَّۃٍ اَنۡۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِیۡ کُلِّ سُنۡۢبُلَۃٍ مِّائَۃُ حَبَّۃٍ ۗ وَاللّٰہُ یُضٰعِفُ لِمَنۡ یَّشَآءُ ۗ وَاللّٰہُ وٰسِعٌ عَلِیۡمٌ

“Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan harta mereka di jalan Allah, adalah seumpama sebuah biji menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir terdapat seratus biji, Allah melipat-gandakan ganjaran-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas karunia-Nya, Maha Mengetahui” (QS Al Baqarah [2]: 262)

Diriwayatkan,

عَنْ خُرَيْمِ بْنِ فَاتِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَنْفَقَ نَفَقَةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ كُتِبَتْ لَهُ بِسَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ

...dari Khuraim bin Fatik ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa berinfak di jalan Allah maka akan dituliskan untuknya tujuh ratus lipat kebaikan." (H.R. At-Tirmidzi) [4]

Pasti Diberikan Gantinya

Allah Ta'ala berfirman,

وَاَعِدُّوۡا لَہُمۡ مَّا اسۡتَطَعۡتُمۡ مِّنۡ قُوَّۃٍ وَّمِنۡ رِّبَاطِ الۡخَیۡلِ تُرۡہِبُوۡنَ بِہٖ عَدُوَّ اللّٰہِ وَعَدُوَّکُمۡ وَاٰخَرِیۡنَ مِنۡ دُوۡنِہِمۡ ۚ لَا تَعۡلَمُوۡنَہُمۡ ۚ اَللّٰہُ یَعۡلَمُہُمۡ ؕ وَمَا تُنۡفِقُوۡا مِنۡ شَیۡءٍ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ یُوَفَّ اِلَیۡکُمۡ وَاَنۡتُمۡ لَا تُظۡلَمُوۡنَ ﴿۶۱﴾

Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka sejauh kesanggupanmu berupa kekuatan dan kuda-kuda yang ditambat di garis depan untuk berperang, yang dengan itu kamu dapat membuat gentar musuh Allah, musuhmu, dan musuh yang lain di samping mereka yang tidak kamu ketahui, tetapi Allah mengetahui mereka. Dan apa pun yang kamu belanjakan di jalan Allah itu akan dibayar penuh kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya. (QS Al-Anfal 8:61)

Diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ وَقَالَ يَمِينُ اللَّهِ مَلْأَى وَقَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ مَلْآنُ سَحَّاءُ لَا يَغِيضُهَا شَيْءٌ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

...dari Abu Hurairah hingga sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: 'Wahai anak Adam, berinfaklah kamu niscaya Aku akan memberikan ganti kepadamu.'" Beliau juga bersabda: "Pemberian Allah selalu melimpah." Ibnu Numair berkata, "Suatu pemberian yang tidak pernah berkurang meskipun mengalir siang dan malam." (H.R. Muslim) [5]

Diberikan Ganjaran yang Mulia

Allah Ta'ala berfirman,

مَنۡ ذَا الَّذِیۡ یُقۡرِضُ اللّٰہَ قَرۡضًا حَسَنًا فَیُضٰعِفَہٗ لَہٗ وَلَہٗۤ اَجۡرٌ کَرِیۡمٌ ﴿ۚ۱۲﴾

“Siapakah yang akan meminjami Allah dengan pinjaman yang baik? Maka Dia akan melipat gandakan baginya, dan baginya ada ganjaran yang mulia.” (QS. Al-Hadid [57] : 12)

Diberikan Ganjaran yang Mulia

Allah Ta'ala berfirman,

اٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَرَسُوۡلِہٖ وَاَنۡفِقُوۡا مِمَّا جَعَلَکُمۡ مُّسۡتَخۡلَفِیۡنَ فِیۡہِ ؕ فَالَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَاَنۡفَقُوۡا لَہُمۡ اَجۡرٌ کَبِیۡرٌ ﴿۸﴾

Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan belanjakanlah dari apa yang Dia telah menjadikan kamu pewaris di dalamnya. Maka orang-orang yang beriman dari antara kamu dan menafkahkan hartanya bagi mereka ganjaran yang besar. (QS Al-Hadid 57:8)

Dihilangkan Ketakutan dan Kesedihan

اَلَّذِیۡنَ یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوٰلَہُمۡ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ثُمَّ لَا یُتۡبِعُوۡنَ مَاۤ اَنۡفَقُوۡا مَنًّا وَّلَاۤ اَذًی ۙ لَّہُمۡ اَجۡرُہُمۡ عِنۡدَ رَبِّہِمۡ وَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَلَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ

“Orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dibelanjakannya itu dengan menyebut-nyebut kebaikan dan tidak pula menyakiti hati, bagi mereka ada ganjarannya di sisi Tuhan-nya, dan tidak ada ketakutan pada mereka dan tidak pula mereka akan bersedih” (QS Al Baqarah [2]: 263)

Allah Ta'ala berfirman,

اَلَّذِیۡنَ یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَہُمۡ بِالَّیۡلِ وَالنَّہَارِ سِرًّا وَّعَلَانِیَۃً فَلَہُمۡ اَجۡرُہُمۡ عِنۡدَ رَبِّہِمۡ ۚ وَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَلَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿۲۷۵﴾ؔ

“Orang-orang yang membelanjakan harta mereka di waktu malam dan siang, secara rahasia dan terbuka, maka bagi mereka ada ganjaran pada sisi Tuhan mereka; dan tak ada ketakutan atas mereka, tidak pula mereka akan berduka cita.” (QS. Al-Baqarah [2] : 275)

Membersihkan dan Mensucikan Jiwa Kita

خُذۡ مِنۡ اَمۡوٰلِہِمۡ صَدَقَۃً تُطَہِّرُہُمۡ وَتُزَکِّیۡہِمۡ بِہَا وَصَلِّ عَلَیۡہِمۡ ۖ اِنَّ صَلَوٰتَکَ سَکَنٌ لَّہُمۡ ۗ وَاللّٰہُ سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ

“Ambillah sedekah dari harta mereka agar engkau dapat membersihkan mereka dan mensucikan mereka dengannya. Dan berdoalah untuk mereka; sesungguhnya doa engkau adalah sumber ketenteraman bagi mereka. Dan, Allah itu Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS At Taubah [9]: 103)

Memperteguh Jiwa Kita

Allah Ta'ala berfirman,

وَمَثَلُ الَّذِیۡنَ یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوٰلَہُمُ ابۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ اللّٰہِ وَتَثۡبِیۡتًا مِّنۡ اَنۡفُسِہِمۡ کَمَثَلِ جَنَّۃٍۭ بِرَبۡوَۃٍ اَصَابَہَا وَابِلٌ فَاٰتَتۡ اُکُلَہَا ضِعۡفَیۡنِ فَاِنۡ لَّمۡ یُصِبۡہَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗ وَاللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِیۡرٌ

“Dan perumpamaan orang-orang yang menginfakkan harta mereka demi mencari keridhoan Allah dan memperteguh jiwa mereka adalah seperti perumpamaan kebun yang terletak di dataran tinggi, hujan lebat menimpanya lalu menghasilkan buahnya dua kali lipat, tetapi jika hujan lebat tidak menimpanya, maka hujan gerimis pun memadai. Dan Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Baqarah [2]: 266)

Tafsir dari ayat ini adalah sebagai berikut,

Pembelanjaan uang di jalan Allah memberi kekuatan kepada jiwa manusia, sebab dengan membelanjakan harta yang diperolehnya dengan susah payah, ia secara sukarela meletakkan beban atas diri sendiri dan menjadikannya lebih kuat serta lebih teguh dalam keimanan.

Hati orang-orang beriman yang membelanjakan harta dengan sukarela di jalan Allah adalah laksana sebidang tanah tinggi, hujan lebat yang kadang-kadang sangat berbahaya bagi tanah rendah – tidak membahayakannya. Sebaliknya tanah itu akan mendapat faedah dari hujan, baik itu hujan besar ataupun kecil.

Diberi Derajat yang Tinggi

Allah Ta'ala berfirman,

اَلَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَمِمَّا رَزَقۡنٰہُمۡ یُنۡفِقُوۡنَ
اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ حَقًّا ۚ لَّہُمۡ دَرَجٰتٌ عِنۡدَ رَبِّہِمۡ وَمَغۡفِرَۃٌ وَّرِزۡقٌ کَرِیۡمٌ

“Orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian dari apa yang Kami rezekikan kepada mereka * Mereka inilah orang-orang mukmin yang sejati. Bagi mereka ada derajat-derajat yang tinggi di sisi Tuhan mereka, ampunan dan rezeki yang mulia” (QS Al Anfal [8]: 4-5)

Dekat dengan Allah dan Dekat dengan Surga

Diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ السَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنْ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنْ الْجَنَّةِ قَرِيبٌ مِنْ النَّاسِ بَعِيدٌ مِنْ النَّارِ وَالْبَخِيلُ بَعِيدٌ مِنْ اللَّهِ بَعِيدٌ مِنْ الْجَنَّةِ بَعِيدٌ مِنْ النَّاسِ قَرِيبٌ مِنْ النَّارِ وَلَجَاهِلٌ سَخِيٌّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ عَالِمٍ بَخِيلٍ

...dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Orang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang bakhil itu jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, dan dekat dengan neraka. Sesungguhnya orang bodoh yang dermawan lebih Allah cintai dari pada seorang 'alim yang bakhil." (H.R. At-Tirmidzi) [6]

Bab xx: Jenis Pengorbanan:

Zakat

Zakāt yang merupakan sedekah wajib. Zakat dikumpulkan oleh negara dari setiap orang Muslim yang memiliki sejumlah harta berupa uang atau kekayaan, dan dibelanjakan oleh negara bagi fakir miskin dan anak-anak yatim, janda, dan orang-orang dalam perjalanan (musafir), dan sebagainya; keadaan si penerima yang tidak mengetahui sumber sedekah yang sebenarnya itu, menjadikan ia tidak berhutang budi terhadap perseorangan. Zakat itu merupakan tindakan negara untuk mencegah penumpukan harta pada satu tangan.

Infak

Sedekah

Sedekah atau Sadaqah merupakan sedekah nafal (tambahan). Sedekah itu bersifat sukarela dan diberikan kepada perorangan-perorangan didasari oleh keinginan untuk menolong mereka. Hal itu akan menimbulkan perasaan simpati di antara orang-orang berada terhadap saudara-saudara mereka yang miskin, dan menimbulkan rasa terima kasih di antara orang-orang miskin terhadap para dermawan mereka. Sedekah berperan pula untuk membedakan orang-orang mukmin yang ikhlas dan yang tidak.

Hadiah

Bab xx: Orang yang Berhak menerima Harta Pengorbanan

Karib Kerabat

Allah Ta'ala berfirman,

یَسۡـَٔلُوۡنَکَ مَاذَا یُنۡفِقُوۡنَ ۬ؕ قُلۡ مَاۤ اَنۡفَقۡتُمۡ مِّنۡ خَیۡرٍ فَلِلۡوَالِدَیۡنِ وَالۡاَقۡرَبِیۡنَ وَالۡیَتٰمٰی وَالۡمَسٰکِیۡنِ وَابۡنِ السَّبِیۡلِ ؕ وَمَا تَفۡعَلُوۡا مِنۡ خَیۡرٍ فَاِنَّ اللّٰہَ بِہٖ عَلِیۡمٌ ﴿۲۱۶﴾

Mereka bertanya kepada engkau apa yang harus mereka belanjakan. Katakanlah, “Apa pun yang kamu belanjakan dari harta yang baik hendaklah didahulukan untuk ibu-bapak, kaum kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, dan musafir. Dan kebaikan apa pun yang kamu perbuat maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentang itu. (QS Al Baqarah 2:216)

Tafsir dari ayat ini yakni,

Ayat ini berarti bahwa apa pun yang dibelanjakan harus diperoleh dengan kejujuran. Apa-apa yang dibelanjakan harus baik pula, dalam artian bahwa pemberian itu layak diterima oleh si penerima dan harus memenuhi keperluannya dan bahwa tujuan yang ingin dicapai dengan belanjanya itu pun harus pantas dan terpuji.

Orang Faqir

Allah Ta'ala berfirman,

لِلۡفُقَرَآءِ الَّذِیۡنَ اُحۡصِرُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ لَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ ضَرۡبًا فِی الۡاَرۡضِ ۫ یَحۡسَبُہُمُ الۡجَاہِلُ اَغۡنِیَآءَ مِنَ التَّعَفُّفِ ۚ تَعۡرِفُہُمۡ بِسِیۡمٰہُمۡ ۚ لَا یَسۡـَٔلُوۡنَ النَّاسَ اِلۡحَافًا ؕ وَمَا تُنۡفِقُوۡا مِنۡ خَیۡرٍ فَاِنَّ اللّٰہَ بِہٖ عَلِیۡمٌ ﴿۲۷۴﴾٪

Infak tersebut bagi orang-orang fakir yang terikat di jalan Allah, mereka tidak mampu bergerak bebas di muka bumi. Orang yang tidak berpengetahuan menganggap mereka itu kaya, karena mereka menghindarkan diri dari meminta-minta. Engkau dapat mengenali mereka dari wajahnya, mereka tidak suka meminta kepada manusia dengan pemaksaan. Dan harta apa pun yang kamu infakkan, maka sungguh Allah Maha Mengetahuinya.

Tafsir dari ayat ini adalah sebagai berikut,

Ayat ini secara sepintas lalu memuji orang-orang yang memelihara rasa-harga-diri dengan mencegah diri dari minta-minta dan menyiratkan ketidakpantasan perbuatan meminta-minta, sebagaimana nampak dari katakata Ta‘affuf (mencegah diri dari hal-hal yang kurang pantas atau haram) dan Ilhāf (dengan mendesak-desak). Rasulullah Saw mencela perbuatan meminta-minta.

Sīmā berarti tanda atau ciri yang membedakan, atau penampilan secara umum yang memenuhi tanda atau ciri tersebut. (Aqrab).

Orang Miskin

Amil

Muallaf

Riqob

Ghorim

Sabilillah

Ibnu Sabil atau Musafir

Anak Yatim

Allah Ta'ala berfirman,

وَاِذَا حَضَرَ الۡقِسۡمَۃَ اُولُوا الۡقُرۡبٰی وَالۡیَتٰمٰی وَالۡمَسٰکِیۡنُ فَارۡزُقُوۡہُمۡ مِّنۡہُ وَقُوۡلُوۡا لَہُمۡ قَوۡلًا مَّعۡرُوۡفًا ﴿۹﴾

Dan apabila kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin hadir pada waktu pembagian warisan itu, maka berilah mereka sesuatu darinya dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang santun. (QS An-Nisa' 4:9)

Tafsir dari ayat ini adalah sebagai berikut,

Dengan kata-kata, kaum kerabat yang lain dan anak yatim dan orang-orang miskin, dimaksudkan di sini kaum kerabat yang jauh dan anak yatim dan orang-orang miskin yang, karena tidak termasuk di antara ahli waris resmi almarhum, tidak akan dapat menerima bagian dari hartanya sebagai hak. Ayat itu, walaupun tidak memberi hak waris secara resmi kepada mereka, menganjurkan kepada kaum Muslimin, agar waktu membuat wasiat mengenai pembagian harta supaya menyisihkan sebagian dari harta itu bagi mereka.

Orang yang Meminta dan Orang yang Tidak Meminta

Allah Ta'ala berfirman,

وَفِیۡۤ اَمۡوَالِہِمۡ حَقٌّ لِّلسَّآئِلِ وَالۡمَحۡرُوۡمِ ﴿۲۰﴾

Dan dalam harta benda mereka ada hak bagi yang meminta dan bagi yang tidak meminta. (QS Az-Zariyat 51:20)

Tafsir dari ayat ini adalah sebagai berikut,

Menurut Islam, baik orang-orang yang dapat menyatakan keperluan mereka ataupun yang tidak dapat, semuanya mempunyai bagian sebagai hak dalam harta orang Muslim yang kaya. Dengan demikian harta orang Muslim merupakan amanat yang orang-orang miskin pun mempunyai hak menikmati manfaatnya. Maka bila ia memenuhi keperluan saudaranya yang miskin, pada hakikatnya ia tidak berbuat kebajikan kepada mereka melainkan hanyalah menunaikan kewajiban membayar hutang kepada mereka dan mengembalikan lagi apa yang memang telah menjadi hak mereka. Kata al-Mahrūm, dalam pengertian imbuhannya bukan hanya mencakup orang-orang miskin, yang karena rasa harga dirinya atau rasa malunya tidak mau meminta sedekah (QS.2: 274), akan tetapi juga binatang-binatang tunawicara (bisu). Kata itu telah dianggap di sini mempunyai arti, seseorang yang terhalang dari mencari nafkah oleh kelemahan jasmani (sakit) atau beberapa sebab lain yang serupa.

Bab xx: Penyerahan yang Sempurna kepada Allah

Allah Ta'ala berfirman,

قُلۡ اِنَّ صَلَاتِیۡ وَنُسُکِیۡ وَمَحۡیَایَ وَمَمَاتِیۡ لِلّٰہِ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ

Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, pengorbananku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam (QS Al-An’aam 6:163)

Tafsir dari ayat ini adalah sebagai berikut,

Shalat, korban, hidup, dan mati meliputi seluruh bidang amal perbuatan manusia; dan Rasulullah Saw diperintah untuk menyatakan bahwa semua segi kehidupan di dunia ini dipersembahkan oleh beliau kepada Allah Swt, semua amal ibadah beliau dipersembahkan kepada Allah Swt, semua pengorbanan dilakukan beliau untuk Dia; seluruh kehidupan beliau persembahkan untuk berbakti kepada-Nya, maka bila di jalan agama beliau mendapat kematian, itu pun guna meraih keridhaan-Nya.

Bab xx: Berkorbanlah Sebelum Terlambat

Allah Ta'ala berfirman,

وَاَنۡفِقُوۡا مِنۡ مَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ اَحَدَکُمُ الۡمَوۡتُ فَیَقُوۡلَ رَبِّ لَوۡلَاۤ اَخَّرۡتَنِیۡۤ اِلٰۤی اَجَلٍ قَرِیۡبٍ ۙ فَاَصَّدَّقَ وَاَکُنۡ مِّنَ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿۱۱﴾

Dan belanjakanlah dari apa yang telah Kami rezekikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seseorang di antaramu, lalu ia berkata, Seandainya Tuhan, ”Wahai Engkau memberi tenggang waktu kepadaku sedikit waktu, pasti aku akan bersedekah dan menjadi bagian orang-orang yang saleh.” (QS Al-Munafiqun 63:11)

Allah Ta'ala juga berfirman,

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا بَیۡعٌ فِیۡہِ وَلَا خُلَّۃٌ وَّلَا شَفَاعَۃٌ ؕ وَالۡکٰفِرُوۡنَ ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ ﴿۲۵۵﴾

“Hai orang-orang yang beriman! Belanjakanlah sebagian dari apa yang Kami rezekikan kepada kalian sebelum tiba hari di mana tiada jual beli di dalamnya, tidak pula persahabatan, tidak pula syafaat dan orang-orang kafir itu berlaku aniaya kepada diri mereka sendiri.” (QS. Al-Baqarah [2] : 255)

Tafsir ayat ini yakni,

  • Pada hari itu keselamatan tidak akan diperoleh dengan jualbeli. Keselamatan akan bergantung hanya pada amal saleh seseorang dan berpasangan dengan rahmat Allah Swt.
  • Tidak akan ada kesempatan untuk mengadakan persahabatan baru pada hari itu.
  • Syafā‘ah (syafa’at) berasal dari kata Syafa‘a yang berarti, ia memberikan sesuatu yang mandiri bersama yang lainnya; menggabungkan sesuatu dengan sesamanya (Mufradāt). Jadi kata itu mempunyai arti kesamaan atau persamaan; pula kata itu berarti, menjadi perantara atau berdoa untuk seseorang, agar orang itu diberi karunia dan dosa-dosanya dimaafkan, oleh sebab ia mempunyai hubungan dengan si perantara. Hal ini mengandung pula arti bahwa yang mengajukan permohonan itu orang yang mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada orang yang diperjuangkan nasibnya, dan pula mempunyai hubungan yang mendalam dengan orang yang baginya ia menjadi perantara (Mufradāt dan Lisān). Syafā‘ah (perantaraan) ditentukan oleh syarat-syarat berikut:
    • (1) yang memberikan syafa’at (perantaraan) harus mempunyai hubungan istimewa dengan orang yang disyafa’ati, yaitu orang yang] untuknya ia berkenan menjadi perantara dan yang akan menikmati kebaikan hatinya yang istimewa, sebab tanpa hubungan demikian, ia tidak akan berani memberikan perantaraan dan tidak pula syafa’atnya akan berhasil;
    • (2) orang yang diperantarai harus mempunyai hubungan yang sejati dan nyata dengan perantara itu, sebab tiada orang mau memperantarai seseorang, sekiranya yang diperantarai itu tidak mempunyai hubungan sungguh-sungguh dengan perantara itu;
    • (3) orang yang meminta syafa’at pada umumnya harus orang baik dan telah berusaha sungguh-sungguh untuk mendapatkan rida Ilahi (QS.21: 29), hanya telah terjatuh ke dalam kancah dosa pada saat ia dikuasai kelemahan;
    • (4) syafa’at hanya dapat dilakukan dengan izin khusus dari Allah Swt (QS.2: 256; 10: 4). Syafa’at seperti dipahami oleh Islam, pada hakikatnya hanya merupakan bentuk lain dari permohonan pengampunan, sebab taubat (mohon pengampunan) berarti memperbaiki kembali hubungan yang terputus atau mengencangkan apa yang sudah longgar. Maka bila pintu tobat tertutup oleh kematian, pintu syafa’at tetap terbuka. Tambahan pula, syafa’at itu suatu cara untuk menjelmakan kasih-sayang Allah Swt dan karena Allah Swt itu bukan hakim, melainkan Pemilik dan Majikan, maka tiada yang dapat mencegah Dia dari memperlihatkan kasih-sayang-Nya kepada siapapun yang dikehendaki-Nya.

Allah Ta'ala berfirman,

وَمَا لَکُمۡ اَلَّا تُنۡفِقُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَلِلّٰہِ مِیۡرَاثُ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ ؕ لَا یَسۡتَوِیۡ مِنۡکُمۡ مَّنۡ اَنۡفَقَ مِنۡ قَبۡلِ الۡفَتۡحِ وَقٰتَلَ ؕ اُولٰٓئِکَ اَعۡظَمُ دَرَجَۃً مِّنَ الَّذِیۡنَ اَنۡفَقُوۡا مِنۡۢ بَعۡدُ وَقٰتَلُوۡا ؕ وَکُلًّا وَّعَدَ اللّٰہُ الۡحُسۡنٰی ؕ وَاللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ خَبِیۡرٌ ﴿٪۱۱﴾

Dan mengapa kamu tidak membelanjakan harta di jalan Allah, padahal kepunyaan Allah warisan langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang membelanjakan dan berperang sebelum kemenangan itu. Mereka lebih besar derajatnya daripada orang-orang yang membelanjakan kemudian. Dan semua yang telah Allah janjikan adalah yang terbaik. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Hadid 57:11)

Tafsir ayat ini adalah sebagai berikut,

Manusia akan terpaksa meninggalkan di dunia ini semua harta benda miliknya, yang pada hakikatnya memang kepunyaan Tuhan juga.

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Kini adalah waktunya bagi semua orang yang memandang diri mereka termasuk di kalangan para pengikutku, bahwa mereka hendaknya membantu gerakan ini dengan uang mereka. Jika seseorang hanya dapat memberikan satu paisa setiap bulan, dia hendaknya membayar satu paisa setiap bulan untuk keperluan gerakan ini; dia yang dapat memberikan satu rupee hendaknya memberikan satu rupee setiap bulan… Setiap orang yang telah menerima Bai’at hendaknya membantu sesuai dengan niat-niatnya, supaya Allah juga akan menolong mereka. Jika bantuan itu diterima secara teratur setiap bulan, bahkan jika itu sedikit, itu lebih baik dari pada yang dibuat secara mendadak sesudah masa kelalaian yang panjang. Keikhlasan setiap orang hanya dapat dinilai dengan pengkhidmatan yang dia persembahkan. Wahai orang-orang terkasihku! Ini adalah waktunya untuk menolong agama dan memenuhi tuntutan-tuntutannya. Manfaatkanlah itu, sebab masa ini tak akan pernah kembali lagi.” [7]

Bab xx: Hal yang Patut Diwaspadai ketika Berkorban

Sombong dan Menyakiti

Allah Ta'ala berfirman,

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تُبۡطِلُوۡا صَدَقٰتِکُمۡ بِالۡمَنِّ وَالۡاَذٰی کَالَّذِیۡ یُنۡفِقُ مَالَہٗ رِئَآءَ النَّاسِ وَلَا یُؤۡمِنُ بِاللّٰہِ وَالۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ۖ فَمَثَلُہٗ کَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَیۡہِ تُرَابٌ فَاَصَابَہٗ وَابِلٌ فَتَرَکَہٗ صَلۡدًا ۖ لَّا یَقۡدِرُوۡنَ عَلٰی شَیۡءٍ مِّمَّا کَسَبُوۡا ۗ وَاللّٰہُ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الۡکٰفِرِیۡنَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan sedekah-sedekahmu sia-sia dengan menyebut-nyebut jasa baik dan menyakiti, seperti orang yang membelanjakan hartanya untuk dilihat manusia, sedangkan ia tidak beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, maka keadaannya seperti batu licin yang di atasnya tertutup tanah, lalu hujan lebat menimpanya dan meninggalkannya licin. Mereka tidak akan memperoleh sesuatu dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum kafir. (QS Al Baqarah 2: 265)

Tafsir ayat ini adalah sebagai berikut,

Tiap-tiap perbuatan baik dapat disalahgunakan, dan penyalahgunaan belanja harta di jalan Allah ialah menyertakannya dengan Mann (yakni berbuat sombong dengan menyebut-nyebut perbuatan baiknya) dan Adzā (menyatakannya dengan menyakiti). Mereka yang membelanjakan kekayaan mereka di jalan Allah dilarang menyebut-nyebut dengan tanpa guna dan tidak pada tempatnya mengenai uang yang mereka belanjakan serta bakti yang mereka berikan demi kepentingan kebenaran; sebab, perbuatan demikian termasuk Mann (celaan, ejekan). Demikian pula mereka diperintahkan agar tidak menuntut sesuatu sebagai imbalan atas bantuan mereka.

Pamer dan Menyakiti

Allah Ta'ala berfirman,

اَیَوَدُّ اَحَدُکُمۡ اَنۡ تَکُوۡنَ لَہٗ جَنَّۃٌ مِّنۡ نَّخِیۡلٍ وَّاَعۡنَابٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ لَہٗ فِیۡہَا مِنۡ کُلِّ الثَّمَرٰتِ ۙ وَاَصَابَہُ الۡکِبَرُ وَلَہٗ ذُرِّیَّۃٌ ضُعَفَآءُ ۪ۖ فَاَصَابَہَاۤ اِعۡصَارٌ فِیۡہِ نَارٌ فَاحۡتَرَقَتۡ ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَتَفَکَّرُوۡنَ ﴿۲۶۷﴾٪

Apakah ada salah seorang di antara kamu yang ingin memiliki kebun kurma dan anggur, yang di bawahnya Di mengalir sungai-sungai? dalam kebun itu ia memiliki segala macam buah, kemudian masa tua menjelangnya sedangkan ia memiliki keturunan yang lemah, lalu kebun itu ditimpa angin puyuh yang mengandung api, maka terbakarlah kebun itu. Demikianlah Allah menjelaskan Tanda-tanda-Nya bagimu supa-ya kamu berfikir. (QS Al Baqarah 2:267)

Tafsir ayat ini adalah sebagai berikut,

Melalui perumpamaan ini orang mukmin diperingatkan bahwa bila ia membelanjakan harta bendanya untuk pamer atau mengiringi sedekahnya dengan membangkit-bangkit jasa baiknya dan menyakiti perasaan orang yang disedekahinya, maka semua yang dibelanjakannya itu akan menjadi sia-sia belaka.

Takut Miskin

Allah Ta'ala berfirman,

اَلشَّیۡطٰنُ یَعِدُکُمُ الۡفَقۡرَ وَیَاۡمُرُکُمۡ بِالۡفَحۡشَآءِ ۚ وَاللّٰہُ یَعِدُکُمۡ مَّغۡفِرَۃً مِّنۡہُ وَفَضۡلًا ؕ وَاللّٰہُ وَاسِعٌ عَلِیۡمٌ ﴿۲۶۹﴾ۖۙ

Setan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan, dan menyuruhmu berbuat kekejian, padahal Allah menjanjikan kepadamu ampunan dan karunia dari-Nya. Dan Allah Mahaluas karunia-Nya, Maha Mengetahui. (QS Al Baqarah 2:269)

Tafsir dari ayat ini sebagai berikut,

Ayat ini melenyapkan prarasa takut yang dibisikkan setan bahwa membelanjakan harta dengan sukarela di jalan Allah dapat menjadikan seseorang jatuh miskin; sebaliknya ayat itu menerangkan dengan tegas bahwa bila orang-orang kaya tidak membelanjakan dengan sukarela dalam urusan yang baik, akibatnya ialah faqr nasional, artinya, negeri akan menderita dalam bidang ekonomi dan akan mengalami kemerosotan akhlak, karena bila keperluan ekonomi anggota-anggota masyarakat yang kurang beruntung tidak terpenuhi secara layak, mereka akan cenderung menempuh Fahsyā’ (cara yang buruk dan bertentangan dengan akhlak baik) untuk mencari nafkah mereka.

Pengorbanan Secara Berlebih-lebihan

Allah Ta'ala juga berfirman,

وَاَنۡفِقُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَلَا تُلۡقُوۡا بِاَیۡدِیۡکُمۡ اِلَی التَّہۡلُکَۃِ ۚۖۛ وَاَحۡسِنُوۡا ۚۛ اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الۡمُحۡسِنِیۡنَ ﴿۱۹۶﴾

“Dan belanjakanlah di jalan Allah, dan janganlah menjerumuskan diri kalian dalam kebinasaan dengan tangan kalian sendiri, dan berbuat baiklah; sungguh Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Al-Baqarah [2] : 196)

Bab xx: Berkorbanlah dengan mengambil Jalan Tengah

Allah Ta'ala berfirman,

وَالَّذِیۡنَ اِذَاۤ اَنۡفَقُوۡا لَمۡ یُسۡرِفُوۡا وَلَمۡ یَقۡتُرُوۡا وَکَانَ بَیۡنَ ذٰلِکَ قَوَامًا ﴿۶۸﴾

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta tidaklah boros dan tidak pula kikir, melainkan mengambil jalan tengah di antara kedua keadaan itu. (QS Al-Furqan 25:68)

Allah Ta'ala juga berfirman,

یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ الۡخَمۡرِ وَالۡمَیۡسِرِ ؕ قُلۡ فِیۡہِمَاۤ اِثۡمٌ کَبِیۡرٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِ ۫ وَاِثۡمُہُمَاۤ اَکۡبَرُ مِنۡ نَّفۡعِہِمَا ؕ وَیَسۡـَٔلُوۡنَکَ مَاذَا یُنۡفِقُوۡنَ ۬ؕ قُلِ الۡعَفۡوَ ؕ کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَتَفَکَّرُوۡنَ ﴿۲۲۰﴾ۙ

Mereka bertanya kepada engkau tentang khamar dan judi. Katakanlah, “Di dalam keduanya ada dosa besar dan kerugian dan juga beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa serta kerugiannya lebih besar daripada manfaatnya.” Dan mereka bertanya kepada engkau tentang apa yang harus mereka belanjakan. Katakanlah, “Belanjakanlah dari apa yang dapat kamu sisihkan.” Demikianlah Allah menjelaskan hukum-hukum-Nya bagimu supaya kamu berpikir, (QS. Al-Baqarah 2:220)

Tafsir dari ayat ini sebagai berikut,

‘Afw berarti:

(a) apa yang melebihi atau tersisa dari dan di luar keperluan seseorang, yang bila dibelanjakan tidak menyebabkan kesusahan bagi si pemberi;

(b) bagian terbaik dari sesuatu hal;

(c) memberi tanpa diminta (Aqrab).

Orang-orang mukmin biasa diminta membelanjakan apa yang masih tinggal setelah keperluannya sendiri yang wajar telah dipenuhi, dan golongan orang-orang mukmin yang lebih baik keadaannya, diharapkan membelanjakan bagian terbaik miliknya. Tetapi bila anak kalimat itu secara keseluruhan dikenakan kepada semua orang mukmin, maka kata-kata itu akan berarti bahwa di waktu peperangan, mereka harus menyisihkan untuk diri sendiri bagian dari miliknya yang hanya cukup untuk memenuhi keperluan hidupnya sesederhana mungkin.

Bab xx: Berkorbanlah di Jalan Allah dari Apa yang Kalian Cintai

Allah Ta'ala berfirman,

لَنۡ تَنَالُوا الۡبِرَّ حَتّٰی تُنۡفِقُوۡا مِمَّا تُحِبُّوۡنَ ۬ؕ وَمَا تُنۡفِقُوۡا مِنۡ شَیۡءٍ فَاِنَّ اللّٰہَ بِہٖ عَلِیۡمٌ ﴿۹۳﴾

“Kalian tidak akan meraih kebaikan hingga kalian membelanjakan sebagian dari apa yang kalian cintai; dan apapun yang kalian belanjakan, sungguh Allah mengetahuinya.” (QS. Ali-‘Imran [3] : 93)

Tafsir dari ayat ini adalah sebagai berikut,

Untuk mencapai keimanan sejati, yang merupakan inti segala kebajikan yang sempurna dan merupakan bentuk tertinggi kebaikan, orang harus siap-sedia mengorbankan segala sesuatu yang disayanginya. Taraf tertinggi kebajikan yang sempurna dapat dicapai hanya dengan membelanjakan di jalan Allah apa-apa yang paling dicintainya. Akhlak luhur (Birr) tidak dapat dicapai tanpa menyerap jiwa pengorbanan yang sebenarnya.

Allah Ta'ala berfirman,

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِنۡ طَیِّبٰتِ مَا کَسَبۡتُمۡ وَمِمَّاۤ اَخۡرَجۡنَا لَکُمۡ مِّنَ الۡاَرۡضِ ۪ وَلَا تَیَمَّمُوا الۡخَبِیۡثَ مِنۡہُ تُنۡفِقُوۡنَ وَلَسۡتُمۡ بِاٰخِذِیۡہِ اِلَّاۤ اَنۡ تُغۡمِضُوۡا فِیۡہِ ؕ وَاعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ غَنِیٌّ حَمِیۡدٌ ﴿۲۶۸﴾

Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah barang-barang baik yang kamu usahakan dan apa-apa yang Kami keluarkan dari bumi bagimu, dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk darinya lalu kamu mem-belanjakannya di jalan Allah, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya kecuali dengan memicingkan mata terhadap-nya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji. (QS. Al-Baqarah 2:268)

Tafsir dari ayat ini adalah sebagai berikut,

Ayat ini berarti berarti bahwa orang-orang mukmin hendaknya membelanjakan di jalan Allah apa-apa yang baik dan murni, sebab harta yang dihasilkan secara sah sekalipun, adakalanya meliputi juga barang barang buruk. Barang-barang tua dan bekas boleh saja diberikan kepada orang miskin, tetapi barang-barang yang sudah rusak janganlah dipilih untuk maksud tersebut.

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Pintu menuju kesolehan adalah sempit. Maka ingatlah bahwa tak seorang dapat memasukinya dengan membelanjakan barang-barang tak berguna dan tak bernilai. Perintah yang jelas adalah:

لَنۡ تَنَالُوا الۡبِرَّ حَتّٰی تُنۡفِقُوۡا مِمَّا تُحِبُّوۡنَ...

Kalian tak pernah dapat meraih kebajikan hingga kalian membelanjakan sebagian dari apa yang kalian cintai’. Hingga kalian membelanjakan barang-barang yang kalian cintai dan berharga bagi kalian, kalian tidak dapat meraih derajat menjadi dicintai. Jika kalian tidak siap menanggung penderitaan dan meraih kesolehan yang sebenarnya, bagaimana kalian dapat berharap untuk berhasil? Apakah murid-murid meraih kedudukan mereka tanpa berbuat sesuatu? Lihatlah betapa seseorang harus bekerja dan bersusah payah untuk meraih suatu gelar duniawi, walaupun itu tidak memberikan kedamaian dan kepuasan yang sebenarnya. Maka bagaimana mungkin untuk gelar ‘semoga Allah ridho dengannya’ diraih dengan tak ada kesukaran. Sebenarnya bahwa tidak mungkin untuk meraih ridho Allah – yang merupakan sumber kebahagiaan hakiki – hingga seseorang tidak menanggung kesukaran-kesukaran sementara. Allah tidak dapat ditipu. Berbahagialah orang-orang yang tidak menghiraukan kepedihan supaya dapat meraih ridho-Nya, sebab itu hanyalah penderitaan sementara hingga orang beriman dianugrahi cahaya kegembiraan abadi dan kenikmatan kekal.” [8]

Bab xx: Ganjaran bagi yang Kikir dan Tidak mau Berkorban

Digantikan oleh Kaum Lain

ہٰۤاَنۡتُمۡ ہٰۤؤُلَآءِ تُدۡعَوۡنَ لِتُنۡفِقُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ۚ فَمِنۡکُمۡ مَّنۡ یَّبۡخَلُ ۚ وَمَنۡ یَّبۡخَلۡ فَاِنَّمَا یَبۡخَلُ عَنۡ نَّفۡسِہٖ ؕ وَاللّٰہُ الۡغَنِیُّ وَاَنۡتُمُ الۡفُقَرَآءُ ۚ وَاِنۡ تَتَوَلَّوۡا یَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا غَیۡرَکُمۡ ۙ ثُمَّ لَا یَکُوۡنُوۡۤا اَمۡثَالَکُمۡ ﴿٪۳۹﴾

Ingatlah, kamu adalah orang-orang yang dipanggil supaya membelanjakan hartamu di jalan Allah, lalu di antara kamu ada orang yang bakhil. Dan barang-siapa yang bakhil, maka sesungguhnya ia berlaku bakhil terhadap dirinya sendiri. Dan Allah MahaKaya sedangkan kamu adalah orang-orang miskin. Dan jika kamu berpaling, Dia akan menggantikan dengan suatu kaum yang lain, kemudian mereka tidak akan menjadi seperti kamu. (QS Muhammad 47:39)

Tafsir dari ayat ini yakni,

Kebakhilan merupakan penyakit akhlak yang sangat membinasakan dan menggerogoti unsur-unsur penting kesejahteraan akhlak dan rohani manusia. Di tempat lain Al-Qur’an telah mempergunakan bahasa yang sangat keras mengenai orang-orang seperti itu (QS.9:35).

Ketika suatu peristiwa kepada Rasulullah Saw ditanyakan tentang siapa yang dimaksudkan dalam kata-kata, “Dia akan menggantikan dengan suatu kaum selain kamu,” beliau menurut riwayat telah bersabda, “Jika iman telah terbang ke Bintang Suraya, seorang keturunan bangsa Parsi akan membawanya kembali ke bumi” (Roh-al-Ma’ani).

Azab yang Pedih

Allah Ta'ala berfirman,

یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ الۡاَحۡبَارِ وَالرُّہۡبَانِ لَیَاۡکُلُوۡنَ اَمۡوَالَ النَّاسِ بِالۡبَاطِلِ وَیَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ وَالَّذِیۡنَ یَکۡنِزُوۡنَ الذَّہَبَ وَالۡفِضَّۃَ وَلَا یُنۡفِقُوۡنَہَا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ۙ فَبَشِّرۡہُمۡ بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿ۙ۳۴﴾ یَّوۡمَ یُحۡمٰی عَلَیۡہَا فِیۡ نَارِ جَہَنَّمَ فَتُکۡوٰی بِہَا جِبَاہُہُمۡ وَجُنُوۡبُہُمۡ وَظُہُوۡرُہُمۡ ؕ ہٰذَا مَا کَنَزۡتُمۡ لِاَنۡفُسِکُمۡ فَذُوۡقُوۡا مَا کُنۡتُمۡ تَکۡنِزُوۡنَ ﴿۳۵﴾

Wahai beriman, sesungguhnya orang-orang yang kebanyakan para ulama dan para rahib itu makan harta orang dengan cara tidak benar, dan mereka menghalangi dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menimbun emas, perak dan tidak membelanjakannya di jalan Allah, maka berilah mereka kabar gembira tentang azab yang pedih. Pada hari ketika emas dan perak akan dipanaskan di dalam Api Jahanam, lalu dahi mereka, lambung mereka dan punggung mereka akan dicap-bakar dengannya, dan akan dikatakan kepada mereka, “Inilah apa yang telah kamu timbun untuk dirimu, karena itu rasakanlah apa yang telah kamu timbun!” (QS At-Taubah 9:34-35)

Tafsir ayat ini adalah sebagai berikut,

Ungkapan ini nampaknya mengandung arti kiasan. Ketika karena bakhil dan sombong seorang yang kaya enggan menolong orang yang memerlukan pertolongan, dahinya dikuncupkan sehingga menimbulkan kerut-kerut. Kemudian ia berpaling ke samping dan akhirnya dengan nama menghina, ia memperlihatkan punggungnya kepada orang yang meminta pertolongan kepadanya. Dengan tepat sekali keadaan itu dikemukakan bahwa dahi, lambung, dan punggung, akan dicap-bakar.

Kehancuran bagi Orang yang Kikir

Diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

...dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun (datang) dua malaikat kepadanya lalu salah satunya berkata; "Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya", sedangkan yang satunya lagi berkata; "Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil) ". (H.R. Al-Bukhari) [9]

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Aku percaya bahwa iman dan kekikiran tidak dapat ada dalam hati yang sama. Orang yang beriman kepada Allah dengan hati ikhlas, tidak hanya percaya dirinya sendiri berada dalam kepemilikan yang menjadi kunci keselamatannya, bahkan dia percaya seluruh miliknya merupakan harta kekayaan dari Allah Yang Maha Kuasa; dan dengan demikian kekikiran disingkirkan darinya sebagaimana kegelapan disingkirkan dengan cahaya. Itu bukan hanya menjadi dosa bahwa aku harus menghimbau Jama’at untuk berbuat sesuatu tapi tak seorang pun memberikan perhatian kepadanya, bahkan itu juga merupakan dosa pada pandangan Tuhan bahwa orang hendak melaksanakan suatu khidmat dan membayangkan bahwa dia telah berbuat sesuatu …” [10]

Kikir Menyebabkan Rizki Menjadi Sempit

Diriwayatkan,

عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ أَنَّهَا جَاءَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا نَبِيَّ اللَّهِ لَيْسَ لِي شَيْءٌ إِلَّا مَا أَدْخَلَ عَلَيَّ الزُّبَيْرُ فَهَلْ عَلَيَّ جُنَاحٌ أَنْ أَرْضَخَ مِمَّا يُدْخِلُ عَلَيَّ فَقَالَ ارْضَخِي مَا اسْتَطَعْتِ وَلَا تُوعِي فَيُوعِيَ اللَّهُ عَلَيْكِ

...dari Asma` binti Abu Bakar bahwa ia mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan bertanya, "Wahai Nabiyullah, aku tidak punya apa-apa untuk disedekahkan selain yang diberikan Zubair (suamiku) kepadaku (untuk belanja rumah tangga). Berdosakah aku apabila uang belanja itu aku sedekahkan alakadarnya?" maka beliau pun menjawab: "Sedekahkanlah ala kadarnya sesuai dengan kemampuanmu, dan jangan menghitung-hitung, karena Allah akan menghitung-hitung pula pemberian-Nya kepadamu, dan jangan pula kikir sehingga Allah akan menyempitkan rizkimu." (H.R. Muslim) [11]

Tidak Diberikan Pertolongan

Allah Ta'ala berfirman,

وَمَاۤ اَنۡفَقۡتُمۡ مِّنۡ نَّفَقَۃٍ اَوۡ نَذَرۡتُمۡ مِّنۡ نَّذۡرٍ فَاِنَّ اللّٰہَ یَعۡلَمُہٗ ؕ وَمَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ ﴿۲۷۱﴾

Dan apapun yang kamu belanjakan atau nazar apa pun yang kamu nazarkan bagi Allah maka sungguh Allah mengetahuinya, dan bagi orang-orang aniaya sama sekali tidak ada seorang penolong pun. (QS Al Baqarah 2:271)

Tafsir dari ayat ini yakni,

Ada sebuah hadis yang menerangkan bahwa Rasulullah Saw tidak menyetujui sumpah yang bersyarat guna pelaksanaan amal kebajikan yang tidak diwajibkan; tetapi, jika seseorang berbuat demikian maka menepati sumpah itu menjadi wajib baginya. [12]

Bab xx: Iri dalam Berkorban

Diriwayatkan,

عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

...dari Ibnu Mas'ud radliallahu 'anhu berkata; Aku mendengar Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tidak boleh iri (dengki) kecuali kepada dua hal. (Yaitu kepada) seorang yang Allah berikan kepadanya harta lalu dia menguasainya dan membelanjakannya di jalan yang haq (benar) dan seorang yang Allah berikan hikmah (ilmu) lalu dia melaksanakannya dan mengajarkannya (kepada orang lain)" (H.R. Al-Bukhari) [13]

Bab xx: Tamak Harta

Allah Ta'ala berfirman,

قُلۡ اِنۡ کَانَ اٰبَآؤُکُمۡ وَاَبۡنَآؤُکُمۡ وَاِخۡوَانُکُمۡ وَاَزۡوَاجُکُمۡ وَعَشِیۡرَتُکُمۡ وَاَمۡوَالُ ۣ اقۡتَرَفۡتُمُوۡہَا وَتِجَارَۃٌ تَخۡشَوۡنَ کَسَادَہَا وَمَسٰکِنُ تَرۡضَوۡنَہَاۤ اَحَبَّ اِلَیۡکُمۡ مِّنَ اللّٰہِ وَرَسُوۡلِہٖ وَجِہَادٍ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ فَتَرَبَّصُوۡا حَتّٰی یَاۡتِیَ اللّٰہُ بِاَمۡرِہٖ ؕ وَاللّٰہُ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿٪۲۴﴾

Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anak lelakimu, saudara-saudara lelakimu, istri-istrimu, kerabatmu, harta yang kamu telah mengupayakannya, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan tempat tinggal yang kamu menyukainya, kesemuanya lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang durhaka. (QS At-Taubah 9:24) Allah Ta'ala juga berfirman,

فَشٰرِبُوۡنَ شُرۡبَ الۡہِیۡمِ ﴿ؕ۵۶﴾

“dan akan minum seperti unta kehausan.” (QS Al-Waqi’ah 56:56)

Tafsir ayat ini adalah sebagai berikut,

Ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya menggambarkan hukuman yang akan ditimpakan kepada orang berdosa di hari kemudian dengan bahasa yang sepadan dengan besar dosa mereka di dunia ini. Mereka melahapi apa yang telah diperoleh orang lain dengan mengeluarkan keringat sendiri, dan menderita oleh nafsu yang tiada puas-puas akan harta, yang ditumpuk mereka dengan jalan halal dan haram, dan karena kebanggaan atas harta itu mereka menolak seruan Ilahi. Sebagai hukuman, mereka akan diberi makan pohon Zaqqūm yang akan membakar perut mereka, dan mereka akan mendapat air mendidih guna pelepas haus mereka, dan seperti unta-unta sakit dan kehausan, dahaga mereka akan tetap tidak terlepaskan.

Allah Ta'ala berfirman,

اَلۡہٰکُمُ التَّکَاثُرُ ۙ﴿۲﴾ حَتّٰی زُرۡتُمُ الۡمَقَابِرَ ؕ﴿۳﴾

persaingan satu sama lain dalam mengumpulkan harta telah menjadikanmu lalai, Sampai kamu masuk ke kuburan.

Diriwayatkan,

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَهْرَمُ ابْنُ آدَمَ وَتَشِبُّ مِنْهُ اثْنَتَانِ الْحِرْصُ عَلَى الْمَالِ وَالْحِرْصُ عَلَى الْعُمُرِ

...dari Anas ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap manusia pasti akan menjadi tua. Namun jiwanya tetap muda mengenai dua perkara, yaitu: Tamak akan harta benda dan selalu ingin panjang umur." (H.R. Muslim) [14]

Diriwayatkan,

عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ عُمَيْسٍ الْخَثْعَمِيَّةِ قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ تَخَيَّلَ وَاخْتَالَ وَنَسِيَ الْكَبِيرَ الْمُتَعَالِ بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ تَجَبَّرَ وَاعْتَدَى وَنَسِيَ الْجَبَّارَ الْأَعْلَى بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ سَهَا وَلَهَا وَنَسِيَ الْمَقَابِرَ وَالْبِلَى بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ عَتَا وَطَغَى وَنَسِيَ الْمُبْتَدَا وَالْمُنْتَهَى بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ يَخْتِلُ الدُّنْيَا بِالدِّينِ بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ يَخْتِلُ الدِّينَ بِالشُّبُهَاتِ بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ طَمَعٌ يَقُودُهُ بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ هَوًى يُضِلُّهُ بِئْسَ الْعَبْدُ عَبْدٌ رَغَبٌ يُذِلُّهُ

...dari Asma` binti 'Umais Al Khats'amiyah berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Seburuk buruk hamba adalah hamba yang sombong, berbangga diri dan lupa terhadap Dzat yang maha besar dan maha tinggi, seburuk buruk hamba adalah hamba yang diktator dan kejam dan dia lupa terhadap Dzat yang maha perkasa lagi maha tinggi, seburuk buruk hamba adalah hamba yang lupa dan lalai dan lupa akan kuburan dan ujian, seburuk buruk hamba adalah hamba yang melampaui batas dan berlebih lebihan, lupa terhadap adanya permulaan dan kesudahan, seburuk buruk hamba adalah hamba yang mencari dunia dengan mengorbankan agama, seburuk buruk hamba adalah hamba yang mencari agama dengan hal hal yang syubhat, seburuk buruk hamba adalah hamba yang dikendalikan oleh sifat tamak, seburuk buruk hamba adalah hamba yang dikuasai oleh hawa nafsu yang menyesatkannya dan seburuk buruk hamba adalah hamba yang dikuasai sifat rakus yang menjadikannya hina." (H.R. Tirmidzi) [15]

Diriwayatkan,

أَنَّ حَكِيمَ بْنَ حِزَامٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ قَالَ لِي يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى قَالَ حَكِيمٌ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَا أَرْزَأُ أَحَدًا بَعْدَكَ شَيْئًا حَتَّى أُفَارِقَ الدُّنْيَا فَكَانَ أَبُو بَكْرٍ يَدْعُو حَكِيمًا لِيُعْطِيَهُ الْعَطَاءَ فَيَأْبَى أَنْ يَقْبَلَ مِنْهُ شَيْئًا ثُمَّ إِنَّ عُمَرَ دَعَاهُ لِيُعْطِيَهُ فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِينَ إِنِّي أَعْرِضُ عَلَيْهِ حَقَّهُ الَّذِي قَسَمَ اللَّهُ لَهُ مِنْ هَذَا الْفَيْءِ فَيَأْبَى أَنْ يَأْخُذَهُ فَلَمْ يَرْزَأْ حَكِيمٌ أَحَدًا مِنْ النَّاسِ شَيْئًا بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى تُوُفِّيَ

...bahwa Hakim bin Hizam radliallahu 'anhu berkata; 'Aku meminta sesuatu kepada Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam lalu Beliau memberikannya, kemudian aku meminta lagi dan Beliaupun kembali memberikannya lalu Beliau berkata kepadaku: "Wahai Hakim, harta itu hijau lagi manis, maka barangsiapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya maka harta itu akan memberkahinya. Namun barangsiapa yang mencarinya untuk keserakahan (ambisius, tamak) maka harta itu tidak akan memberkahinya, seperti orang yang makan namun tidak kenyang. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah". Hakim berkata; "Lalu aku berkata (kepada Beliau); "Wahai Rasulullah, demi Dzat yang telah mengutusmu dengan benar, aku tidak akan mengurangi hak seorangpun (dengan meminta) setelah engkau hingga aku meninggalkan dunia ini". Suatu kali Abu Bakar pernah memanggil Hakim untuk diberikan sesuatu agar dia datang dan menerima pemberiannya. Kemudian 'Umar radliallahu 'anhu juga pernah memanggil Hakim untuk memberikan sesuatu namun Hakim tidak memenuhinya. Maka 'Umar radliallahu 'anhu berkata: "Wahai kaum Muslimin sekalian, sungguh aku pernah menawarkan kepadanya haknya dari harta fa'i ini (harta musuh tanpa peperangan) namun dia enggan untuk mengambilnya dan sungguh Hakim tidak pernah mengurangi hak (meminta) seorangpun setelah Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam hingga dia wafat". (H.R. Bukhari) [16]

Bab xx: Orang yang Mendukung Pengorbanan Termasuk Jihad di Jalan Allah

Diriwayatkan,

وَعَن رَافع بن خديح قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الْعَامِلُ عَلَى الصَّدَقَةِ بِالْحَقِّ كَالْغَازِي فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى بَيْتِهِ»

...dan dari Hadhrat Rafi’ Bin Khudaij (ra) meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) bersabda: “Petugas yang memungut zakat dengan cara yang benar adalah seperti orang yang berjuang di jalan Allah hingga dia kembali.” (Misykat) [17]

Bab xx: Pengorbanan Rasulullah (saw)

Diriwayatkan,

عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ كَانَ لِي مِثْلُ أُحُدٍ ذَهَبًا لَسَرَّنِي أَنْ لَا تَمُرَّ عَلَيَّ ثَلَاثُ لَيَالٍ وَعِنْدِي مِنْهُ شَيْءٌ إِلَّا شَيْئًا أَرْصُدُهُ لِدَيْنٍ

...dari 'Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah, Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sekiranya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, maka aku tidak suka jika ia masih berada di sisiku selama tiga hari, dan sekiranya aku memiliki sedikit saja dari itu, niscaya aku telah membayarkan untuk utang." (H.R. Al-Bukhari) [18]

---> hadits pengorbanan rasulullah ketika ramadhan

---> hadits ketika kehilangan uang 1 dirham

Bab xx: Pengorbanan Istri-istri Rasulullah (saw)

Allah Ta'ala berfirman,

یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ قُلۡ لِّاَزۡوَاجِکَ اِنۡ کُنۡـتُنَّ تُرِدۡنَ الۡحَیٰوۃَ الدُّنۡیَا وَزِیۡنَتَہَا فَتَعَالَیۡنَ اُمَتِّعۡکُنَّ وَاُسَرِّحۡکُنَّ سَرَاحًا جَمِیۡلًا ﴿۲۹﴾ وَاِنۡ کُنۡـتُنَّ تُرِدۡنَ اللّٰہَ وَرَسُوۡلَہٗ وَالدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ فَاِنَّ اللّٰہَ اَعَدَّ لِلۡمُحۡسِنٰتِ مِنۡکُنَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿۳۰﴾

Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istri engkau, “Jika kamu menghendaki kehidupan dunia ini dan perhiasannya, maka marilah akan aku berikan kepada kamu dan akan menceraikan kamu dengan cara yang baik. Tetapi, jika kamu menghendaki Allah dan Rasul-Nya dan rumah akhirat maka sesungguhnya Allah telah menyediakan pahala yang besar bagi mereka di antara kamu yang berbuat kebajikan. (QS Al-Ahzab 33:29-30)

Tafsir dari ayat ini yakni,

Oleh karena istri-istri Rasulullah Saw harus menjadi contoh dalam perilaku sosial, maka seyogianya mereka telah diminta supaya memperlihatkan suri teladan dalam sikap melupakan kepentingan diri sendiri. Bukanlah karena penggunaan uang dan kenikmatan hidup itu sama sekali terlarang bagi mereka, akan tetapi yang pasti mereka diharapkan memperlihatkan sikap melupakan diri sendiri bertaraf tinggi sekali. Kepada taraf pengorbanan yang tinggi bertalian dengan faedah kebendaan dan kehidupan mewah serta serba ada inilah yang dimaksudkan ayat ini dan beberapa ayat berikutnya. Kedudukan menjadi teman-hidup Rasulullah Saw menghendaki pengorbanan ini, dan kepada istri-istri beliau dikatakan supaya memilih, apakah mau kehidupan mewah ataukah menjadi teman-hidup beliau (saw).

Bab xx: Pengorbanan Sahabat Rasulullah (saw)

Diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا رَجُلٌ بِفَلَاةٍ مِنْ الْأَرْضِ فَسَمِعَ صَوْتًا فِي سَحَابَةٍ اسْقِ حَدِيقَةَ فُلَانٍ فَتَنَحَّى ذَلِكَ السَّحَابُ فَأَفْرَغَ مَاءَهُ فِي حَرَّةٍ فَإِذَا شَرْجَةٌ مِنْ تِلْكَ الشِّرَاجِ قَدْ اسْتَوْعَبَتْ ذَلِكَ الْمَاءَ كُلَّهُ فَتَتَبَّعَ الْمَاءَ فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ فِي حَدِيقَتِهِ يُحَوِّلُ الْمَاءَ بِمِسْحَاتِهِ فَقَالَ لَهُ يَا عَبْدَ اللَّهِ مَا اسْمُكَ قَالَ فُلَانٌ لِلِاسْمِ الَّذِي سَمِعَ فِي السَّحَابَةِ فَقَالَ لَهُ يَا عَبْدَ اللَّهِ لِمَ تَسْأَلُنِي عَنْ اسْمِي فَقَالَ إِنِّي سَمِعْتُ صَوْتًا فِي السَّحَابِ الَّذِي هَذَا مَاؤُهُ يَقُولُ اسْقِ حَدِيقَةَ فُلَانٍ لِاسْمِكَ فَمَا تَصْنَعُ فِيهَا قَالَ أَمَّا إِذْ قُلْتَ هَذَا فَإِنِّي أَنْظُرُ إِلَى مَا يَخْرُجُ مِنْهَا فَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثِهِ وَآكُلُ أَنَا وَعِيَالِي ثُلُثًا وَأَرُدُّ فِيهَا ثُلُثَهُ

...dari Abu Hurairah dari nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Saat seseorang berada di suatu padang pasir, ia mendengar suara di awan: 'Siramilah kebun si fulan' lalu awan itu menjauh dan menuangkan air. Ternyata di kebun itu ada seseorang yang tengah mengurus air dengan sekopnya. Ia bertanya padanya: 'Wahai hamba Allah, siapa namamu? ' Ia menjawab: 'Fulan.' Sama seperti nama yang ia dengar dari awan. Ia bertanya: 'Hai hamba Allah, kenapa kau tanya namaku? ' ia menjawab: 'Aku mendengar suara di awan dimana inilah airnya. Awan itu berkata: 'Siramilah kebun si fulan, namamu. Apa yang kau lakukan dalam kebunmu? ' ia menjawab: 'Karena kau mengatakan seperti itu, aku melihat (hasil) yang keluar darinya, lalu aku sedekahkan sepertiganya, aku makan sepertiganya bersama keluargaku dan aku kembalikan sepertiganya ke kebun'." (H.R. Muslim) [19]

Bab xx: Pengorbanan Orang Kafir

Allah Ta'ala Berfirman,

اِنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَہُمۡ لِیَصُدُّوۡا عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ فَسَیُنۡفِقُوۡنَہَا ثُمَّ تَکُوۡنُ عَلَیۡہِمۡ حَسۡرَۃً ثُمَّ یُغۡلَبُوۡنَ ۬ؕ وَالَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اِلٰی جَہَنَّمَ یُحۡشَرُوۡنَ ﴿ۙ۳۷﴾

Sesungguhnya orang-orang yang ingkar membelanjakan harta mereka guna menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Maka mereka akan senantiasa membelanjakannya; kemudian hal itu akan menjadi sumber penyesalan bagi mereka, sesudah itu mereka akan ditaklukkan. Dan orang-orang yang ingkar akan dihimpun ke dalam Jahanam. (QS Al-Anfal 8:37)

Tafsir dari ayat ini yakni,

Kata-kata ini mengandung nubuatan bahwa kekayaan yang dibelanjakan oleh orang kafir dalam peperangan melawan Islam, terbukti akan menjadi sumber kesedihan dan duka cita bagi mereka. Karena, upaya upaya mereka untuk memusnahkan Islam akan mengalami kegagalan dan anak-cucu mereka sendiri kelak akan menerima Islam lalu menafkahkan harta kekayaannya untuk memajukan perjuangan Islam.

Bab xx: Pengorbanan Orang Munafik

Allah Ta'ala berfirman,

یَکَادُ الۡبَرۡقُ یَخۡطَفُ اَبۡصَارَہُمۡ ؕ کُلَّمَاۤ اَضَآءَ لَہُمۡ مَّشَوۡا فِیۡہِ ٭ۙ وَاِذَاۤ اَظۡلَمَ عَلَیۡہِمۡ قَامُوۡا ؕ وَلَوۡ شَآءَ اللّٰہُ لَذَہَبَ بِسَمۡعِہِمۡ وَاَبۡصَارِہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿٪۲۱﴾

"Nyaris kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat menyinarinya, mereka berjalan di dalamnya tetapi aapabila gelap meliputinya mereka berhenti. Dan seandainya Allah menghendaki niscaya Dia menghilangkan pendengaran mereka dan penglihatan mereka, sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu." (QS Al Baqarah 2:21)

Tafsir dari ayat ini adalah sebagai berikut,

Orang-orang munafik yang dilukiskan sebagai orang-orang lemah iman sangat dekat kepada kehilangan penglihatan. Mereka tidak benar-benar kehilangan mata, tetapi jika mereka berulang-ulang dihadapkan kepada keadaan yang meminta keberanian dan pengorbanan yang dilambangkan dengan petir dan guruh, mereka sangat boleh jadi akan kehilangan matanya, yakni imannya. Tetapi kasih-sayang Allah Swt telah mengatur demikian, sehingga kilat itu tidak selamanya disertai halilintar. Seringkali kilat hanya sekilas kilau yang menyingkapkan selimut kegelapan dan menolong sang musafir untuk bergerak ke muka. Manakala Islam nampaknya mencapai kemajuan, orangorang munafik mengadakan kerjasama dengan kaum Muslimin. Tetapi, kalau kilat diikuti oleh guntur, maksudnya bila keadaan menghendaki pengorbanan jiwa dan harta-benda, dunia menjadi gelap bagi mereka; mereka menjadi kehilangan akal lalu berhenti, enggan bergerak maju bersama dengan orang-orang yang beriman.

Dalam Tafsir QS Ali 'Imran 3:158 dijelaskan sebagai berikut,

Sementara orang-orang munafik takut mati karena kekayaan dan harta benda yang harus ditinggalkan mereka, sebaliknya orang-orang mukmin yang mati syahid di jalan Allah akan mendapat sesuatu yang nilainya jauh lebih besar dari apa yang ditimbun orang-orang munafik dengan tamaknya atau lebih besar dari apa yang dapat dikumpulkan oleh orang-orang Muslim sendiri dalam bentuk kekayaan dan harta-benda duniawi lainnya.

Allah Ta'ala Berfirman,

قُلۡ اَنۡفِقُوۡا طَوۡعًا اَوۡ کَرۡہًا لَّنۡ یُّتَقَبَّلَ مِنۡکُمۡ ؕ اِنَّکُمۡ کُنۡتُمۡ قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ ﴿۵۳﴾ وَمَا مَنَعَہُمۡ اَنۡ تُقۡبَلَ مِنۡہُمۡ نَفَقٰتُہُمۡ اِلَّاۤ اَنَّہُمۡ کَفَرُوۡا بِاللّٰہِ وَبِرَسُوۡلِہٖ وَلَا یَاۡتُوۡنَ الصَّلٰوۃَ اِلَّا وَہُمۡ کُسَالٰی وَلَا یُنۡفِقُوۡنَ اِلَّا وَہُمۡ کٰرِہُوۡنَ ﴿۵۴﴾

Katakanlah, “Belanjakanlah dengan rela atau pun dengan terpaksa, ini sama sekali tidak akan pernah diterima darimu. Sesungguhnya kamu adalah kaum yang durhaka.” Dan tidak ada yang menghalangi diterimanya sumbangan dari mereka, kecuali karena sesungguhnya mereka tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka tidak mendirikan shalat kecuali dengan malas, dan mereka tidak membelanjakan harta di jalan Allah kecuali dengan enggan. (QS At-Taubah 9:53-54)

Tafsir dari ayat ini yakni,

Jenis hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang munafik patut diperhatikan secara khusus. Tidak ada denda yang dikenakan kepada mereka, mereka tidak dipenjarakan, dan tidak pula dikenai hukuman yang biasa diberikan kepada pelanggar-pelanggar semacam itu. Kepada mereka hanya diberitahukan bahwa zakat, yang merupakan sarana untuk mensucikan jiwa mereka itu, tidak akan diterima dari mereka. Hal itu menunjukkan bahwa perlakuan Rasulullah Saw terhadap orang-orang munafik tidak didorong oleh pertimbangan-pertimbangan dari sisi keuangan atau pertimbangan duniawi.

Allah Ta'ala berfirman,

ہُمُ الَّذِیۡنَ یَقُوۡلُوۡنَ لَا تُنۡفِقُوۡا عَلٰی مَنۡ عِنۡدَ رَسُوۡلِ اللّٰہِ حَتّٰی یَنۡفَضُّوۡا ؕ وَلِلّٰہِ خَزَآئِنُ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ وَلٰکِنَّ الۡمُنٰفِقِیۡنَ لَا یَفۡقَہُوۡنَ ﴿۸﴾

Mereka itulah orang-orang yang berkata, “Janganlah membelanjakan harta bagi orang yang ada bersama Rasul Allah supaya mereka lari dan meninggalkannya. Padahal kepunyaan Allah khazanah-khazanah langit dan bumi; akan tetapi orang-orang munafik itu tidak mengerti. (QS Al-Munafiqun 63:8)

Tafsir dari ayat ini yakni,

Karena tiada ketulusan dan kejujuran dalam dirinya, seorang orang munafik memandang orang-orang lain seperti dirinya sendiri. Kaum munafikin Medinah membuat pikiran totol dan keliru sama sekali tentang ketulusan tujuan para sahabat Rasulullah Saw, sebab mereka menyangka para sahabat telah berkumpul di sekitar beliau karena pertimbangan kepentingan duniawi, dan mereka menyangka apabila mereka (para sahabat) itu menyadari bahwa harapan mereka itu tidak terlaksana, mereka itu akan meninggalkan Rasulullah Saw. Perjalanan masa membatalkan sama sekali segala harapan mereka yang sia-sia itu.

Bab xx: Harta Kekayaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Kehendak Allah

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Itu tanpa perlu mengatakan, bahwa kalian tidak dapat mencintai dua hal pada waktu yang sama: itu tidak mungkin bagi kalian untuk mencintai harta kekayaan juga mencintai Allah. Kalian hanya dapat mencintai salah satu dari itu. Beruntunglah dia yang mencintai Allah. Jika sebagian dari kalian mencintai Dia dan membelanjakan harta kekayaan di jalan-Nya, aku menjamin bahwa harta kekayaannya akan bertambah lebih banyak dari pada yang lain, sebab harta kekayaan tidak datang dengan sendirinya, bahkan itu datang dengan kehendak Allah. Siapapun yang berpisah dari sebagian harta kekayaannya demi ridho Allah, pasti akan mendapatkannya kembali. Tapi dia yang mencintai harta kekayaannya dan tidak berkhidmat di jalan Allah seperti yang dia mau, pasti akan kehilangan harta kekayaannya. Jangan pernah membayangkan bahwa harta kekayaan kalian datang karena upaya kalian sendiri, tidak, itu datang dari Allah Yang Maha Kuasa. Dan jangan pernah membayangkan bahwa kalian telah berbuat kebaikan kepada Allah atau orang yang diutus-Nya dengan mempersembahkan uang kalian atau bantuan dengan cara lain. Bahkan itu merupakan karunia-Nya atas kalian bahwa dia menyeru kalian pada pengkhidmatan ini.” [20]

Bab xx: Nasihat Khusus Mengenai Penerimaan Candah dari Para Ahmadi Baru

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Ratusan orang menyatakan bai’at kepadaku setiap hari tapi, ketika kalian menanyai mereka, sungguh ada sedikit yang membayar candah mereka secara teratur tiap bulannya. Apa lagi yang kita harapkan dari orang yang tidak membantu gerakan ini dengan sedikit uang sesuai dengan kemampuannya? Apa kebaikan orang semacam itu bagi gerakan ini? Bahkan ketika seorang yang biasa saja pergi ke kota, betapapun mungkin melaratnya dia, dia selalu membawa pulang sesuatu, sesuai dengan kemampuannya, untuk dirinya dan anak-anaknya; maka gerakan ini, yang Allah telah dirikan bagi tujuan-tujuan yang demikian besar, tidak cukup berharga hingga dia hendak mengorbankan sedikit uang untuk itu …

Sudahkah pernah ada sebuah gerakan, apakah duniawi atau ruhani, yang dapat bertahan hidup tanpa sumbangan keuangan? Ini merupakan sarana-sarana dunia, Allah telah menakdirkan sebuah sarana bagi setiap tujuan. Betapa keakuan dan kikirnya hingga orang itu tidak dapat membelanjakan sesuatu yang sepele seperti uang bagi jalan yang demikian mulianya. Pada zaman ketika orang-orang pada biasa menyerahkan jiwa mereka seperti kambing dan domba demi agama Allah, tidak menyebutkan harta milik mereka. Lebih dari sekali Hadhrat Abu Bakar (r.a.) mengorbankan seluruh harta miliknya dan bahkan tidak menyimpan jarum bagi beliau sendiri. Hadhrat Umar dan Utsman (r.a.) berbuat yang sama sesuai dengan sarana-sarana dan kedudukan ruhani mereka. Sama halnya, seluruh sahabat Rasulullah (s.a.w.), sesuai dengan sarana dan derajat mereka, siap untuk mengorbankan diri mereka sendiri demi agama Allah beserta jiwa-jiwa dan harta milik mereka. Kini ada orang-orang yang menyatakan bai’at mereka, dan bersumpah untuk memberikan keutamaan bagi agama mereka di atas kepentingan dunia, tapi ketika tiba [waktunya] untuk membantu dan menolong agama, mereka memegang erat-erat kantong-kantong mereka. Dengan kecintaan pada dunia yang demikian dalam hati mereka, dapatkah mereka pernah berharap untuk meraih manfaat ruhani? Tak pernah. Tak pernah. Allah Yang Maha Kuasa berfirman:

لَنۡ تَنَالُوا الۡبِرَّ حَتّٰی تُنۡفِقُوۡا مِمَّا تُحِبُّوۡنَ...

‘Kalian tidak dapat meraih kebajikan kecuali kalian membelanjakan di jalan Allah apa yang kalian cintai’… (QS Ali ‘Imran: 93 [dengan basmallah])

Oleh sebab itu, aku tekankan atas kalian semua, apakah yang hadir atau tidak hadir, untuk memberi tahu saudara-saudara kalian mengenai Candah dan berusaha untuk membawa saudara-saudara kalian yang lemah dalam sistem Candah. Kesempatan ini tidak akan pernah ada lagi.” [21]

Bab xx: Membelanjakan Harta di Jalan Allah Akan Memperpanjang Umur

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Jika kalian berbuat amal-amal soleh dan melakukan suatu khidmat pada masa ini, kalian akan menetapkan meterai (cap) atas keikhlasan kalian. Kalian akan hidup lebih lama dan harta kekayaan kalian akan meningkat.” [22]

---> hadits sedekah memanjangkan umur

Bab xx: Allah Memberi Petunjuk kepada Kalian

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Kita memuji Allah dan memohonkan berkat-berkat bagi Nabi-Nya, yang penuh kasih sayang dan terpercaya, dan bagi keturunan beliau yang suci dan bersih, dan bagi murid-murid beliau yang sempurna. Murid-murid ini berjuang di jalan Allah dan, memutuskan diri mereka sendiri dengan dunia, menundukkan diri mereka secara sempurna di hadapan Dia. Maka, wahai sahabat-sahabat, kalian hendaknya mengetahui – dan semoga Allah mengasihi kalian – bahwa seorang pemberi petunjuk telah datang kepada kalian dari Allah pada waktu yang ditetapkan. Kasih sayang Allah telah datang untuk menolong kalian pada awal abad ini. Kalian sedang menantikan seorang pemberi petunjuk seperti orang kehausan, maka kini dia telah datang dengan karunia Allah, supaya dia boleh memperingatkan orang-orang yang para leluhurnya tidak diberi peringatan dan supaya orang-orang yang berbuat jahat akan menjadi nyata. Dia telah diperintahkan untuk menyeru kalian kepada Kebenaran dan Keimanan dan membimbing kalian pada jalan lurus dan mengungkapkan kepada kalian semua yang akan melayani kalian pada hari penghakiman. Karenanya, dia telah mengajari kalian Kebenaran dan Pemahaman, karena kalian tak pernah dapat mengetahuinya sendiri. Karenanya, dia telah dengan sepenuhnya menyampaikan pesan Tuhan kepada kalian dan telah memberikan kalian pemahaman. Kalian telah melihat apa yang para leluhur kalian tidak lihat, dan kalian menjumpai cahaya kepastian yang mereka tidak [jumpai]. Oleh sebab itu, janganlah menolak berkat-berkat Allah dan jangan masa bodoh. Aku melihat di antara kalian orang-orang yang tidak menghargai Allah sebagaimana yang seharusnya dilakukan. Mereka berkata bahwa mereka beriman sedangkan mereka (orang lain) tidak beriman. Apakah mereka pikir mereka melakukan kebajikan untuk Allah? Tidak, semua kebajikan adalah dari Dia, seandainya saja mereka mengetahui! Segala Keagungan dan Kebesaran adalah milik-Nya. Jika kalian tidak peduli kepada-Nya, Dia akan berpaling dari kalian dan mendatangkan orang-orang lain, dan kalian tak akan dapat membuat kerugian bagi-Nya. Ini adalah hari-hari Allah dan hari-hari dari Tanda-Tanda-Nya. Karenanya takutlah kepada Allah dan hari-hari-Nya jika kalian takut kepada-Nya. Segera kalian akan dikembalikan kepada Allah dan dimintai pertanggung jawaban, dan aku tidak melihat sesuatu dari harta kekayaan dan milik kalian pergi beserta kalian. Maka, datanglah pada kesadaran kalian dan jangan bodoh. Berdirilah dengan ketaatan dan siap untuk mengorbankan jiwa-jiwa kalian dan harta milik kalian di jalan-Nya.

Apakah kalian berharap Allah ridho kepada kalian sedangkan kalian tidak melakukan dengan penuh kejujuran apa seharusnya dilakukan? Kalian tidak akan mencapai kebajikan hingga kalian membelanjakan dari apa yang kalian cintai. Mengapa kalian tidak memahami? Apakah kalian berpikir bahwa kalian akan dibiarkan hidup dan tak akan pernah mati? Aku telah diperintahkan untuk memperingatkan kalian, dan biarlah aku memberi tahu kalian bahwa Allah melihat semua amal kalian dan Dia menyeru kalian untuk menolong dia dengan jiwa-jiwa kalian dan milik kalian. Maka apakah kalian akan taat? Siapapun di kalangan kalian yang menolong Allah, Allah akan menolong dia. Apapun yang dia berikan kepada Allah, akan dikembalikan kepadanya berkali lipat, sebab Dia adalah Maha Pemurah melebihi orang yang pemurah. Oleh sebab itu, bangkitlah dan berupayalah berlomba satu sama lain. Allah mengetahui orang-orang yang unggul dan Dia mengetahui orang-orang yang beriman dan terutama mengenai Bai’at dan janji mereka. Dia mengetahui orang-orang yang beramal soleh dan tetap bergerak maju dan bersabar. Bagi orang-orang ini ada keselamatan, karunia istimewa dan ridho Allah. Orang-orang setia yang sebenarnya adalah hamba-hamba-Nya yang suci.” [23]

Bab xx: Kondisi Ketika Tidak Bisa Berkorban

Allah Ta'ala Berfirman,

لَیۡسَ عَلَی الضُّعَفَآءِ وَلَا عَلَی الۡمَرۡضٰی وَلَا عَلَی الَّذِیۡنَ لَا یَجِدُوۡنَ مَا یُنۡفِقُوۡنَ حَرَجٌ اِذَا نَصَحُوۡا لِلّٰہِ وَرَسُوۡلِہٖ ؕ مَا عَلَی الۡمُحۡسِنِیۡنَ مِنۡ سَبِیۡلٍ ؕ وَاللّٰہُ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿ۙ۹۱﴾ وَّلَا عَلَی الَّذِیۡنَ اِذَا مَاۤ اَتَوۡکَ لِتَحۡمِلَہُمۡ قُلۡتَ لَاۤ اَجِدُ مَاۤ اَحۡمِلُکُمۡ عَلَیۡہِ ۪ تَوَلَّوۡا وَّاَعۡیُنُہُمۡ تَفِیۡضُ مِنَ الدَّمۡعِ حَزَنًا اَلَّا یَجِدُوۡا مَا یُنۡفِقُوۡنَ ﴿ؕ۹۲﴾

Tidak ada celaan terhadap orang-orang yang lemah, tidak pula terhadap orang-orang yang sakit, dan tidak pula terhadap orang-orang yang tidak terdapat sesuatu pada dirinya yang dapat mereka belanjakan, apabila mereka ikhlas terhadap Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan untuk mencela orang-orang yang berbuat baik, dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan tidak ada pula celaan terhadap orang-orang yang apabila mereka datang kepada engkau agar engkau dapat menyediakan kendaraan bagi mereka untuk sama-sama berjihad, engkau menjawab, “Aku tidak memiliki sesuatu yang dapat mengangkutmu”, mereka kembali dengan mata berlinang oleh air mata karena sedih disebabkan mereka tidak memperoleh apa-apa yang dapat mereka belanjakan di jalan Allah. (QS At-Taubah 9:91-92)

Tafsir dari ayat ini yakni,

Ayat ini dapat dikenakan kepada umum (siapa saja yang keadaannya sesuai dengan isi ayat, Peny). Tetapi orang-orang yang dimaksudkan secara khusus, ialah tujuh orang Islam miskin yang berkeinginan keras untuk ikut dalam jihad, tetapi tidak memiliki syarat-syarat dan sarana-sarana untuk memenuhi hasrat mereka.

Bab xx: Keputusan Akhir

Hadhrat Masih Mau'ud (as) bersabda,

“Ini bukanlah sebuah pengumuman biasa, bahkan itu merupakan keputusan akhir berkenaan dengan orang-orang yang mendakwakan diri menjadi para pengikutku. Allah Yang Maha Kuasa telah memberi tahuku bahwa aku terhubung hanya dengan orang-orang, dan hanya yang demikianlah para pengikutku pada pandangan Allah, yang menyibukkan diri dengan menolong dan membantu aku. Tapi ada banyak yang menipu Allah. Kini, dengan berawalnya sistem baru ini, setiap orang harus berjanji lagi dan memberi tahuku secara tertulis bahwa dia akan memandang dirinya terikat untuk mengirimkan kepadaku jumlah tertentu setiap bulan. Seharusnya tak akan ada [alasan] ‘kalau-kalau dan tapi-tapi’ mengenainya. Telah ada beberapa orang yang tidak menjaga perkataan mereka dan dengan demikian berdosa terhadap Allah. Kini setiap orang wajib mempertimbangkan secara hati-hati dan menjanjikan jumlah yang dia dapat bayar setiap bulan, bahkan jika itu satu paisa. Jangan coba menipu Allah atau akal-akalan dengan Dia. Setiap orang yang mengikuti aku hendaknya mengikatkan diri untuk membayar jumlah tertentu setiap bulan, apakah itu satu paisa atau satu dhela. Orang yang tidak berjanji untuk memberikan sesuatu tidak pula berusaha untuk membantu Gerakan ini dengan suatu cara lain, adalah seorang munafik dan dia tidak akan tetap ada dalam gerakan ini. Aku akan menunggu tiga bulan sesudah penerbitan pengumuman untuk melihat jika masing-masing dari para pengikutku setuju untuk membantu aku dengan jumlah tertentu setiap bulan. Seseorang yang tidak menanggapi selama periode ini akan dikeluarkan dari Jama’at ini. Dan jika seseorang membuat janji tapi gagal untuk mengirimkan uangnya selama tiga bulan, dia juga akan dikeluarkan. Dan karenanya tak ada orang takabur dan masa bodoh yang tak ada bantuannya akan dapat tetap ada dalam Jama’at.[24]

Lain-lain

عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَاكُمْ الْمُصَدِّقُ فَلْيَصْدُرْ عَنْكُمْ وَهُوَ عَنْكُمْ رَاضٍ

...dari Jarir bin Abdullah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika seorang amil zakat mendatangi kalian, maka hendaklah ia kembali dalam keadaan ridla atas kalian." (H.R. Muslim) [25]

قَالَ عَبْدُ اللَّهِ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّكُمْ مَالُ وَارِثِهِ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ مَالِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا مِنَّا أَحَدٌ إِلَّا مَالُهُ أَحَبُّ إِلَيْهِ قَالَ فَإِنَّ مَالَهُ مَا قَدَّمَ وَمَالُ وَارِثِهِ مَا أَخَّرَ

Abdullah berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapakah diantara kalian yang harta pewarisnya lebih ia cintai daripada hartanya sendiri?" Mereka menjawab; 'Wahai Rasulullah, tidak ada diantara kami melainkan hartanya lebih ia cintai daripada harta pewarisnya.' Beliau bersabda: 'Hartamu adalah apa yang telah engkau dahulukan sedang harta pewarismu adalah apa yang engkau tangguhkan.' (H.R. Al-Bukhari) [26]

Catatan Kaki

  1. Kemenangan Islam, Ruhani Khazain, jil. 3, hal. 10-12
  2. Kemenangan Islam, Ruhani Khazain, jil. 3, hal. 33-34
  3. Majmu’ah Isytiharat, jil. 3, hal. 165-166
  4. Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab keutamaan jihad, Bab Keutamaan berderma fii sabiilillah
  5. Hadits Shahih Muslim, Kitab Zakat, Bab Anjuran untuk sedekah dan berita gembira bagi orang yang suka berinfaq dengan pahala
  6. Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab Berbakti dan menyambung silaturrahim, Bab Dermawan
  7. Bahtera Nuh, Ruhani Khazain, jil. 19, hal. 83
  8. Tafsir Hadhrat Masih Mau’ud (as), jil.2, hal. 131
  9. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Zakat, Bab Firmam Allah "Adapun orang yang memberikan (hartanya) dan bertaqwa serta membenarkan balasan yang terbaik (Surga)…."
  10. Tabligh-e-Risalat, jil. 10, hal. 55-56
  11. Hadits Shahih Muslim, Kitab Zakat, Bab Dorongan untuk infak larangan dari sikap pelit
  12. ...dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Tidaklah nadzar mendatangi Adam menuju kepada takdir dengan membawa sesuatu pun yang belum Aku takqirkan untuknya, akan tetapi nadzar tersebut mempertemukannya dengan takdir yang telah Aku takdirkan. Nadzar dikeluarkan dari orang yang bakhil, ia memberi karena nadzar tersebut sesuatu yang belum pernah ia berikan sebelumnya." (Hadits Sunan Abu Dawud, Kitab Sumpah dan Nadzar, Bab Larangan untuk nadzar)
  13. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Zakat, Bab Membelanjakan Harta Sesuai Haknya
  14. Hadits Shahih Muslim, Kitab Zakat, Bab Larangan untuk rakus kepada dunia
  15. Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab Sifat qiamat, penggugah hati dan wara', Bab Sifat bejana telaga
  16. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Bagian seperlima, Bab Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam memberikan kepada orang-orang yang hatinya akan dilunaknya dan selainnya dari seperlima bagian
  17. Misykat, Kitabuz Zakat
  18. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Hal-hal yang melunakkan hati, Bab Sabda nabi Shallallahu'alaihiwasallam "Aku tidak suka jika aku mempunyai seperti"
  19. Hadits Shahih Muslim, Kitab Zuhud dan kelembutan hati, Bab Sedekah untuk orang miskin
  20. Majmu’ah Isytiharat, jil. 3, hal. 497-498
  21. Malfuzhat, jil. 3, hal. 359-360
  22. Tabligh-e-Risalat, jil. 10, hal. 56
  23. Majmu’ah Isytiharat, jil. 3, hal. 151-153
  24. Majmu’ah Isytiharat, jil. 3, hal. 468-469
  25. Hadits Shahih Muslim, Kitab Zakat, Bab Ridla pengambil zakat selama ia tidak meminta yang haram
  26. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Hal-hal yang melunakkan hati, Harta yang diinfakkan adalah harta sejati