Sidratul Muntaha: Perbedaan revisi

Dari Isa Mujahid Islam
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
(Membuat artikel rintisan)
 
k
Baris 1: Baris 1:
 +
 +
 
'''Sidratul Muntaha''' berasal dari kata sidrah dan muntaha. Sidrah adalah pohon Bidara, sedangkan muntaha berarti tempat terakhir atau ujung. Jadi, secara bahasa Sidratulmuntaha berarti pohon Bidara tempat berkesudahan. Allah Ta'ala menjelaskan hal ini di dalam Alquran,
 
'''Sidratul Muntaha''' berasal dari kata sidrah dan muntaha. Sidrah adalah pohon Bidara, sedangkan muntaha berarti tempat terakhir atau ujung. Jadi, secara bahasa Sidratulmuntaha berarti pohon Bidara tempat berkesudahan. Allah Ta'ala menjelaskan hal ini di dalam Alquran,
  

Revisi per 5 Maret 2022 10.01


Sidratul Muntaha berasal dari kata sidrah dan muntaha. Sidrah adalah pohon Bidara, sedangkan muntaha berarti tempat terakhir atau ujung. Jadi, secara bahasa Sidratulmuntaha berarti pohon Bidara tempat berkesudahan. Allah Ta'ala menjelaskan hal ini di dalam Alquran,

عِنۡدَ سِدۡرَۃِ الۡمُنۡتَہٰی ﴿۱۵﴾

"Dekat pohon Sidrah tertinggi," (QS An-Najm 53:15 [dengan basmallah])

Salah satu makna dari sampainya Rasulullah (saw) ke Sidratul Muntaha adalah bahwa Rasulullah (saw) telah mencapai batas tertinggi atau puncak dalam mi'raj (perjalanan ruhani) beliau atau derajat beliau sebagai makhluk Allah Ta'ala telah mencapai taraf kedekatan yang sangat dekat dengan Allah Ta'ala.

Dalam riwayat dijelaskan,

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُفِعْتُ إِلَى السِّدْرَةِ فَإِذَا أَرْبَعَةُ أَنْهَارٍ نَهَرَانِ ظَاهِرَانِ وَنَهَرَانِ بَاطِنَانِ فَأَمَّا الظَّاهِرَانِ النِّيلُ وَالْفُرَاتُ وَأَمَّا الْبَاطِنَانِ فَنَهَرَانِ فِي الْجَنَّةِ فَأُتِيتُ بِثَلَاثَةِ أَقْدَاحٍ قَدَحٌ فِيهِ لَبَنٌ وَقَدَحٌ فِيهِ عَسَلٌ وَقَدَحٌ فِيهِ خَمْرٌ فَأَخَذْتُ الَّذِي فِيهِ اللَّبَنُ فَشَرِبْتُ فَقِيلَ لِي أَصَبْتَ الْفِطْرَةَ أَنْتَ وَأُمَّتُكَ

...dari Anas bin Malik dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Ketika aku diangkat menuju Sidratul Muntaha, aku melewati empat sungai, dua sungai telah nampak olehku sementara dua lainnya belum nampak, dua sungai yang nampak olehku adalah sungai nil dan sungai efrat, sedangkan dua sungai yang tidak nampak olehku adalah sungai yang berada di surga, lalu aku diberi tiga mangkuk, satu mangkuk bersisi susu, satu mangkuk lagi berisi madu dan satu mangkuk lainnya berisi khamr, maka aku mengambil mangkuk yang berisi susu dan meminumnya, lalu diberitahukan kepadaku; "Kamu dan ummatmu telah memilih fithrah." (H.R. Bukhari) [1]

Dalam riwayat lain tentang Mi'raj, dijelaskan,

... فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ رَاجِعْ رَبَّكَ فَقُلْتُ اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي ثُمَّ انْطَلَقَ بِي حَتَّى انْتَهَى بِي إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَغَشِيَهَا أَلْوَانٌ لَا أَدْرِي مَا هِيَ ثُمَّ أُدْخِلْتُ الْجَنَّةَ فَإِذَا فِيهَا حَبَايِلُ اللُّؤْلُؤِ وَإِذَا تُرَابُهَا الْمِسْكُ

...Maka aku kembali menemui Musa dan ia kembali berkata, 'Kembailah kepada Rabb-Mu! ' Aku katakan, 'Aku malu kepada Rabb-ku.' Jibril lantas membawaku hingga sampai di Sidratul Muntaha yang diselimuti dengan warna-warni yang aku tidak tahu benda apakah itu. Kemudian aku dimasukkan ke dalam surga, ternyata di dalamnya banyak kubah-kubah terbuat dari mutiara dan tanahnya dari minyak kesturi." (H.R. Al-Bukhari) [2]

Dalam riwayat lain tentang Mi'raj diceritakan,

... وَرُفِعَتْ لِي سِدْرَةُ الْمُنْتَهَى فَإِذَا نَبِقُهَا كَأَنَّهُ قِلَالُ هَجَرَ وَوَرَقُهَا كَأَنَّهُ آذَانُ الْفُيُولِ فِي أَصْلِهَا أَرْبَعَةُ أَنْهَارٍ نَهْرَانِ بَاطِنَانِ وَنَهْرَانِ ظَاهِرَانِ فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ فَقَالَ أَمَّا الْبَاطِنَانِ فَفِي الْجَنَّةِ وَأَمَّا الظَّاهِرَانِ النِّيلُ وَالْفُرَاتُ ...

...Kemudian diperlihatkan kepadaku Sidratul Muntaha yang ternyata bentuknya seperti kubah dengan daun jendelanya laksana telinga-telinga gajah. DI dasarnya ada empat sungai yang berada di dalam (disebut Bathinan) dan di luar (Zhahiran) ". Aku bertanya kepada Jibril, maka dia menjawab; "Adapun Bathinan berada di surga sedangkan Zhahiran adalah an-Nail dan al-Furat (dua nama sungai di surga) ". (H.R. Al-Bukhari) [3]

Referensi