Baris 1: |
Baris 1: |
| == Arti Setia == | | == Arti Setia == |
− | satya artinya benar, autentik, murni, setia, jujur. Arti yang lainnya adalah berpegang teguh (pada janji, pendirian, dan sebagainya); patuh; taat. Arti berikutnya adalah tetap dan teguh hati (dalam persahabatan dan sebagainya). <ref>KBBI - Kata [https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/setia Setia] diakses 8 Juni 2022</ref> | + | Setia berasal dari Bahasa Sanksekerta yaitu satya yang artinya benar, autentik, murni, setia dan jujur. |
| + | |
| + | Arti yang lainnya adalah berpegang teguh (pada janji, pendirian, dan sebagainya); patuh; taat. |
| + | |
| + | Arti berikutnya adalah tetap dan teguh hati (dalam persahabatan dan sebagainya). <ref>KBBI - Kata [https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/setia Setia] diakses 8 Juni 2022</ref> |
| | | |
| == Arti Khalifah == | | == Arti Khalifah == |
Baris 53: |
Baris 57: |
| | | |
| Dia-lah Dzat yang telah menjadikan kamu di bumi pengganti orang-orang yang telah berlalu. Maka barangsiapa kafir, maka ia sendiri yang akan menanggung akibat kekafirannya. Dan kekafiran mereka itu tidak akan menambah kepada orang-orang kafir melainkan kemurkaan-Nya, dan kekafiran mereka tidak akan menambah sesuatu kepada orang-orang kafir itu melainkan kerugian semata. (QS Fatir:40) | | Dia-lah Dzat yang telah menjadikan kamu di bumi pengganti orang-orang yang telah berlalu. Maka barangsiapa kafir, maka ia sendiri yang akan menanggung akibat kekafirannya. Dan kekafiran mereka itu tidak akan menambah kepada orang-orang kafir melainkan kemurkaan-Nya, dan kekafiran mereka tidak akan menambah sesuatu kepada orang-orang kafir itu melainkan kerugian semata. (QS Fatir:40) |
− |
| |
| | | |
| https://ahmadiyah.id/konsep-khilafah-yang-benar-menurut-islam.html | | https://ahmadiyah.id/konsep-khilafah-yang-benar-menurut-islam.html |
Baris 66: |
Baris 69: |
| Dalam sebuah kitab Hadits terkenal, Musnad Ahmad oleh Imam Ahmad bin Hambal, ada sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Huzaifah ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: | | Dalam sebuah kitab Hadits terkenal, Musnad Ahmad oleh Imam Ahmad bin Hambal, ada sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Huzaifah ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: |
| | | |
− | “Kenabian akan tetap berada diantara kalian selama Allah menghendaki. Kemudian akan berlaku masa khilafah yang mengikuti jejak kenabian (''khilafah ‘ala minhajin-nubuwwah''), dan akan tetap berada selama Allah berkehendak. Kemudian diikuti masa kerajaan yang merusak (''mulkan ‘adhan''), dan dia akan tetap berada selama Allah berkendak. Kemudian setelah itu akan muncul kerajaan lalim (''mulkan jabbariyyah''), dan akan tetap berada selama Allah berkehendak. Kemudian muncul kembali khilafah yang mengikuti jejak kenabian (''khilafah ‘ala minhajin nubuwwah'').
| + | {{Arab Hadits|teks-hadits=تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ}} |
− | | |
− | Dalam hadits ini, janji khilafah dihubungkan dengan Kenabian pada dua kesempatan yang berbeda. Di antara dua masa khilafah tersebut disebutkan terdapat “kerajaan yang merusak” ''(mulkan ‘adhan)'' dan “kerajaan yang lali” ''(mulkan jabbariyyah).'' Inilah yang mengarah kepada istilah “''Caliphate''”. Banyak kerajaan Islam menggunakan istilah “''khalifah”,'' akan tetapi nyatanya mereka menyimpang dari ajaran kenabian.
| |
− | | |
− | Bahasa arab menunjukkan hubungan antara khilafah dan kenabian sebagai “''khilafah ‘ala minhajin-nubuwwah,'' yaitu khilafah yang mengikuti jejak kenabian. Ini berarti bahwa penerus sejati dari seorang nabi (''Khulafa)'' akan terus mengikuti sunah dari Nabi tersebut dan memimpin orang-orang beriman dengan cara yang sama sebagaimana Sang Nabi membimbing mereka. Ini menerangkan prinsip bahwa esensi daripada ''khilafah'' itu adalah melanjutkan misi dari seorang Nabi. ''Khilafah'' dan kenabian memiliki tujuan yang sama. Al-Qur’an menjelaskan bahwa tujuan utama dari kenabian adalah perkembangan akhlak dan rohani umat manusia. Mengenai Rasulullah saw Al-Qur’an menyatakan:
| |
− | | |
− | “Kami utus kepadamu seorang Rasul dari antara kamu yang membacakan Ayat-ayat Kami kepadamu dan menyucikan kamu dan mengajar kamu Kitab dan hikmah dan mengajar kamu apa yang belum kamu ketahui.” (2:152).
| |
− | | |
− | Ayat ini menjelaskan empat tujuan dari seorang Nabi :
| |
− | | |
− | # Membacakan ayat-ayat Allah untuk menguatkan keimanan kepada tauhid Ilahi dan beribadah hanya kepada-Nya.
| |
− | # Menyucikan jiwa-jiwa dengan memberikan perubahan akhlak dalam perilaku manusia, dengan menciptakan rasa saling mencintai, rasa simpati dan persatuan dalam diri orang-orang yang beriman dan dengan menyingkirkan kecenderungan untuk berbuat dosa dari dalam hati orang-orang yang beriman.
| |
− | # Mengajarkan Al-Kitab, yaitu Al-Qur’an yang berisi hukum dan perintah-perintah Tuhan untuk menciptakan masyarakat yang adil dan penuh kebaikan.
| |
− | # Mengajarkan Hikmah yang menekankan kaidah-kaidah alam dan sosial untuk meningkatkan pengetahuan manusia.
| |
| | | |
− | Jadi keempat tujuan ini – yang terkait dengan perkembangan rohani, akhlak, sosial dan intelektual manusia – akan terus menjadi tujuan utama orang-orang yang bertakwa dan ''khilafah'' ‘yang dibimbing Allah’ yang mengikuti jejak dari Nabi Muhammad saw.
| + | Artinya, “Kenabian akan tetap berada diantara kalian selama Allah menghendaki. Kemudian akan berlaku masa khilafah yang mengikuti jejak kenabian (khilafah ‘ala minhajin-nubuwwah), dan akan tetap berada selama Allah menghendaki. Kemudian diikuti masa kerajaan yang merusak (mulkan ‘adhan), dan dia akan tetap berada selama Allah menghendaki. Kemudian setelah itu akan muncul kerajaan lalim (mulkan jabbariyyah), dan akan tetap berada selama Allah menghendaki. Kemudian muncul kembali khilafah yang mengikuti jejak kenabian (khilafah ‘ala minhajin nubuwwah).” (H.R. Ahmad) <ref>[https://pustaka.isa.web.id/ref/hds-e867723c-bda0-4fea-bdce-0774d6f3cb06 Hadits tentang Masa Kekhalifahan dan Kerajaan]</ref> |
| | | |
| == Pentingnya Khilafat == | | == Pentingnya Khilafat == |