Larangan Ketika Khatib sedang Berkhotbah

Dari Isa Mujahid Islam
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Beberapa hal yang Tidak Boleh Dilakukan ketika Khatib sedang berkhotbah diantaranya,

Bercakap-cakap ketika Khatib sedang Khotbah

Diriwayatkan,

أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ، أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ "‏ إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ‏.‏ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ ‏"‏‏.‏

Artinya, Bahwa Abu Hurairah (ra) mengabarkan Rasulullah (saw) bersabda, “Ketika Imam sedang menyampaikan khutbah dan kamu meminta sahabatmu untuk diam dan mendengarkan (khotbah), maka niscaya kamu telah melakukan perbuatan sia-sia.” (H.R. Bukhari) [1]

Memperingatkan kawan dengan kata "diam" dilarang dan merupakan hal sia-sia, apalagi (makmum) bercakap-cakap (dengan makmum lainnya) ketika khotbah berlangsung.

Selain itu diriwayatkan,

وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ ‏- صلى الله عليه وسلم ‏-{ مَنْ تَكَلَّمَ يَوْمَ اَلْجُمُعَةِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَهُوَ كَمَثَلِ اَلْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا, وَاَلَّذِي يَقُولُ لَهُ: أَنْصِتْ, لَيْسَتْ لَهُ جُمُعَةٌ } رَوَاهُ أَحْمَدُ

Dari Abbas (ra) berkata, Rasulullah (saw) bersabda: “Barangsiapa yang berbicara pada hari Jum’at ketika Imam sedang khutbah, maka dia seperti keledai yang membawa kitab, dan siapa yang menyuruhnya diam, tidak mendapatkan (ganjaran) jumu’ah.” (H.R. Ahmad) [2]

Bermain Kerikil

Diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ "‏ مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ وَزِيَادَةُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ وَمَنْ مَسَّ الْحَصَى فَقَدْ لَغَا ‏"‏ ‏.

Barangsiapa yang berwudhu dengan baik, kemudian datang shalat Jumat, mendengarkan (khutbah), berdiam diri, segala (dosanya) antara waktu itu hingga Jumat berikutnya, maka akan diampuni dosanya dengan tambahan tiga hari, dan siapa yang bermain kerikil menyebabkan kesia-siaan. (H.R. Muslim) [3]

Beberapa Perkara yang Diperbolehkan

Pernah satu kali seorang mukhotob (makmum) meminta didoakan oleh Rasulullah (saw) padahal ketika itu beliau (saw) sedang berkhotbah.

Diriwayatkan,

سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ، قَالَ أَتَى رَجُلٌ أَعْرَابِيٌّ مِنْ أَهْلِ الْبَدْوِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلَكَتِ الْمَاشِيَةُ هَلَكَ الْعِيَالُ هَلَكَ النَّاسُ‏.‏ فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَدَيْهِ يَدْعُو، وَرَفَعَ النَّاسُ أَيْدِيَهُمْ مَعَهُ يَدْعُونَ

Aku mendengar Anas bin Malik (ra) (menyampaikan), Seorang Badui mendatangi Rasulullah (saw) pada hari Jumat dan berkata, “Ya Rasulullah! Ternak, keturunan, dan manusia telah musnah.” Jadi, Rasulullah (saw) mengangkat kedua tangannya memohon kepada Allah (untuk hujan) dan orang-orang juga mengangkat tangan mereka (untuk berdoa)" (H.R. Bukhari) [4]

Selain itu Rasulullah (saw) pernah menyuruh mukhotob (makmum) untuk shalat sunnah ketika sedang menyampaikan khotbah jum'at. Diriwayatkan,

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ جَاءَ سُلَيْكٌ الْغَطَفَانِيُّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَخْطُبُ فَجَلَسَ فَقَالَ لَهُ ‏ "‏ يَا سُلَيْكُ قُمْ فَارْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَتَجَوَّزْ فِيهِمَا - ثُمَّ قَالَ - إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَلْيَتَجَوَّزْ فِيهِمَا ‏"‏ ‏.‏

Dari Jabir bin Abdillah (ra), ia berkata, Sulaik Ghatafani datang pada hari Jumat ketika Rasulullah (saw) sedang menyampaikan khotbah. Dia (Sulaik) duduk. Beliau (Nabi Suci) berkata kepadanya: Wahai Sulaik, Aku berdiri dan menjalankan dua rakaat dan mempersingkatnya, lalu bersabda: Jika salah satu dari kalian datang pada hari Jumat, saat Imam sedang berkhotbah, dia harus menjalankan dua rakaat dan harus mempersingkatnya (H.R. Muslim) [5]

Referensi