Muharram

Dari Isa Mujahid Islam
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Pengertian Muharram

Muharram dalam transliterasi Arab Indonesia ditullis, Muharrom. Sedangkan dalam Bahas Indonesia baku, ditulis Muharam.

Dalam Bahasa Arab, Muharram ditulis:

مُحَرَّم

yang artinya: sesuatu yang diharamkan atau terlarang. [1]

Muharram adalah bulan pertama pada penanggalan Hijriah. Penanggalan ini dibuat oleh Hadhrat Umar bin Khottob (ra). Bulan Muharram ini termasuk diantara bulan suci. Bulan-bulan suci adalah:

  • Dzulqaidah
  • Dzulhijjah
  • Muharram
  • Rajab

Bulan Dzulqaidah, Dzulhijjah dan Muharram termasuk bulan-bulan Haji. Sedangkan di bulan Rajab, biasanya orang-orang arab melakukan Umrah (QS.2:195 dan QS.2:218).[2]

Dalam bulan-bulan itu segala bentuk pertempuran atau peperangan dilarang. Perintah ini dimaksudkan untuk menjaga kesucian Ka’bah dan bulan-bulan suci tersebut.[3]

Dalam bulan-bulan tersebut, orang-orang musyrik diberi perlindungan untuk pesiar di seluruh negeri dan melihat sendiri, apakah Islam memperoleh kemenangan dan firman Allah menjadi genap atau tidak? Sesudah jangka waktu, ketika segala bentuk permusuhan harus ditangguhkan itu berakhir, peperangan boleh dimulai kembali memerangi musuh-musuh sengit agama Islam, bila mereka itu mengawali lagi permusuhan dan setelah mereka itu berulang-ulang melanggar perjanjian mereka. Alasan ultimatum ini dikemukakan dalam ayat-ayat QS.9:8-13. Adapun orang-orang musyrik yang tidak pernah berkhianat atau curang harus dilindungi (QS.9:4,7). [2]

Ayat-ayat tentang Muharram

Allah Ta'ala menjelaskan tentang bulan Suci,

اَلشَّہۡرُ الۡحَرَامُ بِالشَّہۡرِ الۡحَرَامِ وَالۡحُرُمٰتُ قِصَاصٌ ؕ فَمَنِ اعۡتَدٰی عَلَیۡکُمۡ فَاعۡتَدُوۡا عَلَیۡہِ بِمِثۡلِ مَا اعۡتَدٰی عَلَیۡکُمۡ ۪ وَاتَّقُوا اللّٰہَ وَاعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ مَعَ الۡمُتَّقِیۡنَ ﴿۱۹۵﴾

Pelanggaran pada Bulan Suci dapat dibalas pada Bulan Suci, dan untuk segala yang dimuliakan ada hukum pembalasannya. Karena itu barangsiapa menyerangmu, maka balaslah ia sepadan dengan tindakan melampaui batas kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS Al-Baqarah [2]:195)

Allah Ta'ala berfirman,

فَاِذَا انۡسَلَخَ الۡاَشۡہُرُ الۡحُرُمُ فَاقۡتُلُوا الۡمُشۡرِکِیۡنَ حَیۡثُ وَجَدۡتُّمُوۡہُمۡ وَخُذُوۡہُمۡ وَاحۡصُرُوۡہُمۡ وَاقۡعُدُوۡا لَہُمۡ کُلَّ مَرۡصَدٍ ۚ فَاِنۡ تَابُوۡا وَاَقَامُوا الصَّلٰوۃَ وَاٰتَوُا الزَّکٰوۃَ فَخَلُّوۡا سَبِیۡلَہُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿۵﴾

Kemudian apabila bulan-bulan yang dimuliakan itu berlalu, maka bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana pun kamu menjumpai mereka, dan tawanlah mereka, kepunglah mereka dalam benteng mereka, dan dudukilah setiap tempat pengintaian untuk mengintai mereka. Tetapi jika mereka bertaubat, senantiasa mendirikan shalat dan membayar zakat, maka bukalah jalan mereka, 1157 sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS At-Taubah [9]: 5)

Allah Ta'ala berfirman,

اِنَّ عِدَّۃَ الشُّہُوۡرِ عِنۡدَ اللّٰہِ اثۡنَا عَشَرَ شَہۡرًا فِیۡ کِتٰبِ اللّٰہِ یَوۡمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ مِنۡہَاۤ اَرۡبَعَۃٌ حُرُمٌ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ۬ۙ فَلَا تَظۡلِمُوۡا فِیۡہِنَّ اَنۡفُسَکُمۡ وَقَاتِلُوا الۡمُشۡرِکِیۡنَ کَآفَّۃً کَمَا یُقَاتِلُوۡنَکُمۡ کَآفَّۃً ؕ وَاعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ مَعَ الۡمُتَّقِیۡنَ ﴿۳۶﴾

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, menurut ketetapan Allah sejak hari Dia menciptakan seluruh langit dan bumi, di antaranya ada empat yang suci. Itulah agama yang teguh, karena itu janganlah kamu menganiaya dirimu sendiri pada bulan-bulan tersebut. Dan pada bulan-bulan lain perangilah orang-orang musyrik itu semua sebagaimana mereka semua memerangimu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang bertakwa. (QS At-Taubah [9]: 36)

Allah Ta'ala berfirman,

اِنَّمَا النَّسِیۡٓءُ زِیَادَۃٌ فِی الۡکُفۡرِ یُضَلُّ بِہِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا یُحِلُّوۡنَہٗ عَامًا وَّیُحَرِّمُوۡنَہٗ عَامًا لِّیُوَاطِـُٔوۡا عِدَّۃَ مَا حَرَّمَ اللّٰہُ فَیُحِلُّوۡا مَا حَرَّمَ اللّٰہُ ؕ زُیِّنَ لَہُمۡ سُوۡٓءُ اَعۡمَالِہِمۡ ؕ وَاللّٰہُ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿٪۳۷﴾

Sesungguhnya penangguhan bulan suci itu merupakan tambahan dalam kekafiran, dengan itu orang-orang yang kafir disesatkan. Setahun mereka menghalalkannya dan di tahun yang lain mereka mengharamkannya, supaya mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan bulan yang dinyatakan suci oleh Allah, dengan demikian mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. Perbuatan mereka yang buruk itu ditampakkan indah kepada mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum kafir. (QS At-Taubah [9]: 37)

Yang dimaksudkan dalam ayat ini, suatu kebiasaan lama bangsa Arab sebelum Islam. Masa tiga bulan yang berturut-turut ialah Zulka’dah, Zulhijjah, dan Muharram adakalanya dirasakan oleh mereka sebagai suatu masa yang terlalu panjang untuk menahan diri dari gerakan-gerakan militer mereka yang buas itu. Oleh karenanya dengan tujuan membebaskan diri mereka dari pembatasan bulan-bulan suci itu, adakalanya mereka memperlakukan salah satu bulan suci, seperti bulan biasa dan suatu bulan biasa, seperti bulan suci.

Hadits-Hadits tentang Muharram

Empat Bulan suci

Diriwayatkan,

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

dari Abu Bakrah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya waktu telah berputar sebagaimana mestinya, hal itu ditetapkan pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun ada dua belas bulan, diantaranya ada empat bulan yang mulia. Tiga darinya berturut-turut, yaitu Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab yang biasa diagungkan Bani Mudlar yaitu antara Jumadil tsani dan Sya'ban.' (H.R. Bukhari). [4]

Dalam riwayat lain ketika Haji Wada diceritakan,

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الزَّمَانُ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحَجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ يُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ ذَا الْحَجَّةِ قُلْنَا بَلَى قَالَ أَيُّ بَلَدٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ الْبَلْدَةَ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَأَيُّ يَوْمٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ مُحَمَّدٌ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا وَسَتَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ فَيَسْأَلُكُمْ عَنْ أَعْمَالِكُمْ أَلَا فَلَا تَرْجِعُوا بَعْدِي ضُلَّالًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ أَلَا لِيُبْلِغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يَبْلُغُهُ أَنْ يَكُونَ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ فَكَانَ مُحَمَّدٌ إِذَا ذَكَرَهُ قَالَ صَدَقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ

dari Abu Bakrah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jaman berputar sebagaimana bentuknya seperti halnya ketika Allah mencipta langit dan bumi. Setahun ada dua belas bulan, empat diantaranya bulan haram, tiga bulan darinya berturut-turut, Dzul Qa'dah, Dzulhijjah dan Muharram, serta Rajab Mudlar yang berada diantara bulan Jumadil akhir dan Sya'ban. Sekarang bulan apakah ini?" Kami menjawab, 'Allah dan rasul-Nyalah yang lebih tahu! ' Nabi kemudian diam sehingga kami beranggapan beliau akan menamainya bukan dengan namanya. Nabi terus berkata: "Bukankah hari ini hari sembelihan?" mereka menjawab, "Benar." Nabi meneruskan: "Sesungguhnya darah kalian, harta kalian -Muhammad berkata, dan seingatku beliau bersabda dan kehormatan kalian- adalah haram sebagaimana kehormatan hari kalian sekarang, di negeri kalian sekarang, di bulan kalian sekarang, dan kalian akan menemui Rabb kalian dan Dia akan menanyai kalian perihal amal kalian. Ingat, jangan kalian kembali sepeninggalku menjadi orang yang sesat, sebagian kalian memenggal leher sebagian lainnya, ingat, hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, karena bisa jadi orang yang menyampaikannya jauh lebih paham dari orang yang mendengarnya." Dan Muhammad jika menyebut hadis ini, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam benar, kemudian beliau bersabda: "Bukankah telah aku sampaikan? Bukankah telah aku sampaikan?" (H.R. Bukhari) [5]

Puasa di Bulan Muharram

Diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيُّ الصِّيَامِ أَفْضَلُ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ قَالَ شَهْرُ اللَّهِ الَّذِي تَدْعُونَهُ الْمُحَرَّمَ

dari Abu Hurairah ia berkata, "Seorang laki-laki datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan bertanya, "Puasa apakah yang paling utama setelah puasa ramadlan?" beliau bersabda: "Bulan Allah yang kalian sebut Al Muharram." (H.R. Ibnu Majah) [6]

Diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

...dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seutama-utama puasa setelah Ramadlan ialah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat sesudah shalat Fardlu, ialah shalat malam." (H.R. Muslim) [7]

Diriwayatkan,

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَ الْيَهُودَ يَصُومُونَ عَاشُورَاءَ فَسُئِلُوا عَنْ ذَلِكَ فَقَالُوا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْهَرَ اللَّهُ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ وَنَحْنُ نَصُومُهُ تَعْظِيمًا لَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

dari Ibnu Abbas, ia berkata; tatkala Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang ke Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari 'Asyura, kemudian mereka ditanya mengenai hal tersebut. Kemudian mereka berkata; ini adalah hari dimana Allah memenangkan Musa atas Fir'aun, sementara kami sedang berpuasa sebagai pengagungan terhadapnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata; kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian. Dan beliau memerintahkan untuk berpuasa pada hari tersebut. (H.R. Abu Dawud) [8]

Diriwayatkan,

عَنْ عَلِيٍّ قَالَ سَأَلَهُ رَجُلٌ فَقَالَ أَيُّ شَهْرٍ تَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ قَالَ لَهُ مَا سَمِعْتُ أَحَدًا يَسْأَلُ عَنْ هَذَا إِلَّا رَجُلًا سَمِعْتُهُ يَسْأَلُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا قَاعِدٌ عِنْدَهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ شَهْرٍ تَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ قَالَ إِنْ كُنْتَ صَائِمًا بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ فَصُمْ الْمُحَرَّمَ فَإِنَّهُ شَهْرُ اللَّهِ فِيهِ يَوْمٌ تَابَ فِيهِ عَلَى قَوْمٍ وَيَتُوبُ فِيهِ عَلَى قَوْمٍ آخَرِينَ

dari Ali dia berkata, seorang laki-laki bertanya kepadanya, pada bulan apakah kamu menyuruhku untuk berpuasa setelah bulan Ramadlan? Dia (Ali radliallahu 'anhu) berkata kepadanya, saya tidak pernah mendengar orang yang bertanya demikian kecuali seorang lelaki yang bertanya demikian kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam, sadangkan saya duduk disampingnya, maka Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam menjawab: " Jika kamu ingin berpuasa selain bulan Ramadlan, maka berpuasalah pada bulan Muharram, karena sesungguhnya ia bulan dimana Allah telah memberi taubat kepada kaumnya Musa dan memberikan taubat kepada kaum yang lain." (H.R. Tirmidzi) [9]

Puasa Asyuro (9 Muharram)

Diriwayatkan,

أَتَيْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ رِدَاءَهُ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ فَسَأَلْتُهُ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ إِذَا رَأَيْتَ هِلَالَ الْمُحَرَّمِ فَاعْدُدْ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ التَّاسِعِ فَأَصْبِحْ صَائِمًا فَقُلْتُ كَذَا كَانَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ فَقَالَ كَذَلِكَ كَانَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ

aku mendatangi Ibnu Abbas, sementara ia sedang berbantalkan pakaiannya di Masjid Haram kemudian aku bertanya kepada mengenai puasa Hari 'Asyura. Kemudian ia berkata; apabila engkau melihat hilal Bulan Muharram maka hitunglah, kemudian apabila pada hari yang kesembilan. Kemudian pada paginya beliau berpuasa. Aku katakan; begitulah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa. (H.R. Abu Dawud) [10]

Bolehnya Umrah di Bulan Haji

Diriwayatkan,

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ طَاوُسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانُوا يَرَوْنَ أَنَّ الْعُمْرَةَ فِي أَشْهُرِ الْحَجِّ مِنْ أَفْجَرِ الْفُجُورِ فِي الْأَرْضِ وَيَجْعَلُونَ الْمُحَرَّمَ صَفَرًا وَيَقُولُونَ إِذَا بَرَأَ الدَّبَرْ وَعَفَا الْأَثَرْ وَانْسَلَخَ صَفَرْ حَلَّتْ الْعُمْرَةُ لِمَنْ اعْتَمَرْ فَقَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ صَبِيحَةَ رَابِعَةٍ مُهِلِّينَ بِالْحَجِّ فَأَمَرَهُمْ أَنْ يَجْعَلُوهَا عُمْرَةً فَتَعَاظَمَ ذَلِكَ عِنْدَهُمْ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْحِلِّ قَالَ الْحِلُّ كُلُّهُ

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Thawus dari bapaknya dari Ibnu Abbas radliallahu 'anhuma, ia berkata; Orang-orang jahiliyah menganggap bahwa umrah di bulan-bulan haji merupakan perbuatan yang paling keji di muka bumi. Dan mereka juga menganggap bulan Muharram sama dengan bulan Shafar. Mereka mengatakan, "Apabila jama'ah haji sudah bubar (pulang), dan bulan shafar telah berlalu, maka baru boleh melakukan umrah (sunnah) bagi orang yang melakukan umrah wajib. Lalu pada bagi hari yang keempat, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang dengan para sahabatnya (dalam bulan-bulan haji) untuk berihram haji, tetapi kemudian beliau menyuruh para sahabat agar menjadikan ihram tersebut sebagai umrah, sehingga hal itu sangat penting bagi mereka. Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, nanti kita bertahallul apa?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Tahallul keseluruhan." (H.R. Muslim) [11]

Peristiwa Menyedihkan ketika Muharram

Peristiwa karbala terjadi pada tanggal 10 Muharram. Saat itulah Imam Husain (ra) syahid oleh tiran yazid. Latar belakangnya adalah bahwa Imam Husain menolak Khilafat Yazid yang tidak sah. Hadhrat Husain tidak melakukan baiat kepadanya. Beliau (ra) memutuskan hijrah bersama anggota keluarganya dan beberapa Muslim lainnya dari Madinah ke Kuffah. Yazid mengetahui tentang hal ini bahwa imam Husain (ra) tidak melakukan baiat kepadanya. Jadi Yazid mengirim perintah agar rombongan Imam Husain (ra) dicegat dan dibunuh. Kejadian itu terjadi di Karbala, Irak. saat itu pasukan yazid bertemu Hazrat Imam Husain (ra), anggota keluarganya dan beberapa Muslim lainnya. Pasukan itu mengepung Imam Husain (ra) dan rombongannya. Mereka merampas makanan dan air. Akhirnya mereka secara brutal dan barbar mensyahidkan Imam husain (ra). Innaa lillaahi wa innaa ilaihii rooji'uun. [12]

Apa yang Seharusnya Dilakukan di Bulan Muharram?

Muharram adalah bulan pertama dalam kalender islam. Jadi awali tahun tersebut dengan shalat [Tahajjud], dengan sedekah dan dengan amal saleh sangat dianjurkan.

Hadhrat Khalifatul Masih V (atba), Di bulan Muharram telah menyampaikan bahwa di bulan Muharram kita harus menyampaikan shalawat sebanyak mungkin kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam dan keturunannya.

Penting untuk dicatat bahwa Jemaat Muslim Ahmadiyah mengingat sentimen komunitas syiah di seluruh dunia. Kami merekomendasikan umat Islam untuk tidak mengadakan pernikahan dan lain-lain misalnya pada tanggal 10 Muharram dan sekitar hari-hari itu sehingga sentimen saudara dan saudari syiah kita di seluruh dunia bisa dihormati. [13]

Keutamaan Bulan Muharram

Di Bulan Muharram banyak sejarah penting. Salah satunya adalah syahidnya imam hussain (ra). Beliau (ra) adalah cucu nabi suci sallallahu alaihi wasallam dan putra Hadhrat Ali.

Kita juga tahu dari hadits sahih bahwa nabi suci sallallahu alaihi wasallam akan berpuasa pada hari ke kesepuluh di bulan Muharram. Nabi Suci salallahu alaihi wasallam mengetahui bahwa beberapa orang Yahudi akan berpuasa pada tanggal 10 Muharram karena mereka meyakini bahwa hari itu adalah hari ketika Nabi Musa alaihissalam diselamatkan oleh Allah (swt) dari cengkeraman Firaun. Karena hal tersebut Nabi Suci salallahu salem bersabda bahwa umat Islam juga hendaknya berpuasa. Beliau (saw) juga akan berpuasa (di hari itu) dan mendorong umat Islam untuk berpuasa. Namun ketika turun perintah puasa Ramadhan, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam kemudian menjadikan puasa Asyura itu pilihan. Boleh berpuasa namun tidak mengikat.[14]

Bulan Muharram dan Khilafat

Sejarah kelam Karbala yang terjadi pada tanggal 10 Muharram mengingatkan kita pada akhir tragis dari khalifah Rasyidah dalam sejarah islam awal. Tetapi Bulan Muharram juga merupakan bulan untuk bersyukur kepada Allah Yang Maha Kuasa yang telah mendirikan khilafat ruhani.

Penyebabkan syahidnya Hazrat Imam Husain sebenarnya berasal dari orang-orang munafik yang mengangkat isu-isu tentang khilafat. Hal itu pada akhirnya menyebabkan syahidnya Hazrat Umar (ra), Hazrat Utsman (ra) dan Hazrat Ali (ra). Bulan Muharram berfungsi sebagai pengingat bagi semua Muslim Ahmadi untuk melindungi, mentaati dan untuk selalu memuliakan khilafat serta berdoa agar khilafat selalu tetap bersama kita yang hanya ditegakkan melalui rahmat dan kasih sayang Allah Ta'ala. [15]

Kecintaan Hadhrat Masih Mau'ud (as) kepada Imam Husain

Hadhrat Mirza Basyir Ahmad ra putra Hadhrat Masih Mau'ud (as) meriwayatkan,

"Suatu waktu di bulan Muharram, Hadhrat Masih Mau'ud 'alaihissalam sedang merebahkan diri di sebuah carpai (dipan berkasur, tempat duduk dan berbaring) di taman. Beliau (as) lalu memanggil saudari kami, Mubarakah Begum (putri beliau) dan saudara kami, Mubarak Ahmad, yang dari antara kami bersaudara ialah yang terkecil. Beliau bersabda,

"Marilah kemari, anak-anakku, Ayah akan menceritakan sebuah kisah tentang bulan Muharram."

Kemudian dengan penuh kesedihan, beliau memperdengarkan (menceritakan) mengenai peristiwa-peristiwa seputar kesyahidan Hadhrat Imam Husain (ra).

Seraya menceritakan peristiwa-peristiwa tersebut, mata beliau berlinangan dengan air mata yang mengalir deras... jari-jemari tangan beliau berkali-kali diletakkan untuk mengusap mata beliau yang berair. Setelah selesai menceritakan kisah menyedihkan ini, beliau bersabda dengan sangat penuh kedukaan,

‘Yazid peleed ne zhulm hamare Nabi Karim shallallahu 'alaihi wa sallam ke nawaaze par karwaaya. Magar Khuda ne bhi un zhaalimong ko bahut jald apne 'adzaab me paker liya.’

Artinya,

"Yazid si kotor itu telah menyebabkan (menyuruh) terjadinya perbuatan zalim itu terhadap cucu Nabi kita yang mulia shallallahu 'alaihi wa sallam. Namun demikian, Tuhan juga telah dengan sangat cepat mencengkeramkan adzab-Nya kepada orang-orang zalim itu." [16]

“Perhatikanlah! Bagaimana kesusahan-kesusahan yang ditimpakan kepada Imam Husain. Penderitaan yang beliau hadapi di akhir masa hidup beliau, tertulis dalam riwayat betapa menyedihkannya beliau. Saat itu umur beliau 57 tahun dan beberapa orang menyertai beliau. Ketika 72 atau 73 orang yang menyertai beliau telah dibunuh dan beliau menghadapi keadaan mencekam dan tiadanya pertolongan dari segala arah sampai-sampai air minum pun dilarang untuk sampai kepada beliau.

Sedemikian rupa mereka berlaku sangat kejam hingga kaum wanita dan anak-anak pun mereka serang. Orang-orang [kaum ibu yang menyertai Imam Husain] pun berteriak menyesali bagaimana standar kehormatan dan rasa malu orang-orang Arab sudah tidak tersisa sedikit pun. Sekarang, perhatikanlah bagaimana sampai-sampai kaum perempuan dan anak-anak pun dibunuh dan ini semua dilakukan hanya demi jabatan semata.” [17] [18]

Hadhrat Masih Mau'ud (as) menulis dalam syair,

“Segenap jiwa dan hatiku kukorbankan untuk keindahan Hadhrat Muhammad saw. Setiap partikel dari diriku kukorbankan demi keluarga Hadhrat Muhammad saw.” [19]

“Kekufuran merebak di segala arah bagai merajalelanya pasukan Yazid, sementara keimanan sejati terbaring lemah sakit tak berdaya dan tanpa penolong, bak Zainul Abidin.” [20]


Rasulullah (saw) mencintai Hasan dan Husein serta memerintahkan untuk mencintai mereka dan mencintai orang yang mencintai mereka berdua. [^cinta_hasan_husein]

أَبِي أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ طَرَقْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي بَعْضِ الْحَاجَةِ فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُشْتَمِلٌ عَلَى شَيْءٍ لَا أَدْرِي مَا هُوَ فَلَمَّا فَرَغْتُ مِنْ حَاجَتِي قُلْتُ مَا هَذَا الَّذِي أَنْتَ مُشْتَمِلٌ عَلَيْهِ قَالَ فَكَشَفَهُ فَإِذَا حَسَنٌ وَحُسَيْنٌ عَلَى وَرِكَيْهِ فَقَالَ هَذَانِ ابْنَايَ وَابْنَا ابْنَتِيَ اللَّهُمَّ إِنِّي أُحِبُّهُمَا فَأَحِبَّهُمَا وَأَحِبَّ مَنْ يُحِبُّهُمَا

Usamah bin Zaid dia berkata; "Suatu malam aku mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam karena ada beberapa keperluan, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar dengan membawa sesuatu yang aku tidak mengetahui apa itu, ketika aku selesai dari keperluanku, aku bertanya; "Apa ini, sehingga anda menutupinya?"; Abu Usamah berkata: "Lalu beliau membukanya ternyata adalah Hasan dan Husein yang berada di pinggulnya, beliau bersabda: "Ini adalah kedua anakku dan anak putriku, Ya Allah! Sungguh aku mencintai mereka berdua, maka cintailah mereka berdua dan orang yang mencintai keduanya." [21]

Sabda Hadhrat Khalifatul Masih V (atba)

Hazrat Khalifatul Masih V (atba) bersabda,

Bulan ini (Bulan Muharram), kita sedang memasuki sepuluh hari pertama bulan Muharram. Di dalam bulan Muharram ini, 1400 tahun lalu pada tanggal 10 seorang yang sangat dicintai oleh Hadhrat Rasulullah saw yakni Hadhrat Imam Husain ra telah disyahidkan oleh orang yang sangat zalim.

Hadhrat Imam Husain ra disyahidkan pada tahun 61 Hijriyah (680 M), berumur sekitar 57 tahun pada zaman Yazid bin Muawiyah baru bertahta. Hampir 50 tahun setelah wafat Nabi saw (w. 11 H/632 M), 20 tahun setelah wafat ayahnya, Hadhrat Ali ra pada 660 M. [22]

Hazrat Khalifatul Masih V (atba) memberikan nasehat,

Jadi, pada hari ini bertepatan dengan bulan Muharram dan hari Jumat pertama di tahun baru ini, saya anjurkan agar setiap anggota Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia, anak-anak, orang tua, lelaki, perempuan, tua, muda, dengan gejolak semangat baru dan rohaniah baru harus mengadakan perubahan suci pada diri masing-masing dan menunjukkan keindahan setiap amalperbuatan masing-masing sehingga menggerakkan Tuhan Pemilik ‘Arasy untuk mengulurkan cinta kasih-Nya. Munculkanlah kekhusyu’an dalam doa sehingga Tuhan Langit dan Bumi, Tuhan Yang Maha Kuasa dan Gagah Perkasa, Tuhan Pengabul doa-doa, mengabulkan doa-doa kita, mengibarkan bendera Hadhrat Rasulullah saw di setiap pelosok dunia dan memperlihatkan kepada kita kebangkitan sebuah revolusi yang agung di muka bumi yang bisa kita saksikan dalam kehidupan kita ini.

Berbicara mengenai pengabulan doa-doa dan saat masuknya bulan Muharram ini, saya ingin mengatakan bahwa pada hari-hari ini dan pada bulan ini harus banyak-banyak menaruh perhatian untuk membaca durood syarif (shalawat) sebanyak-banyaknya, karena itulah resep untuk pengabulan doa yang telah diberitahukan oleh Hadhrat Rasulullah saw sendiri, dan Asyiq Shadiq (Pecinta hakiki) Hadhrat Rasulullah saw (yaitu Hadhrat Masih Mau’ud, Imam Mahdi as) telah memberi keteladanan kepada kita secara amal perbuatan dan menjelaskan berkat-berkat dari shalawat dan salam kepada Nabi saw, dan beliau as pun telah menganjurkan kepada kita untuk memberikan perhatian secara khas dalam membaca shalawat. [23]

Sabda Hadhrat Khalifatul Masih II (ra)

Hadhrat Muslih Mau’ud ra telah melukiskannya dalam bentuk syair, ‘Mereka membuat kamu seperti Husain, mereka sendiri menjadi seperti Yazid’

Tonton Juga

Catatan Kaki

  1. Kamus Al Ma'any - Kata مُحَرَّم
  2. 2,0 2,1 Alquran dengan Terjemah dan Tafsir Singkat. Neratja Press. Halaman 683
  3. Alquran dengan Terjemah dan Tafsir Singkat. Neratja Press. Halaman 139
  4. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Tafsir Al Quran, [Bab Surat At Taubah ayat 36]
  5. Hadits Shahih Al-Bukhari, Kitab Tauhid, Bab Firman Allah Ta'ala: {Wajah-wajah pada hari itu berseri-seri, Kepada Tuhannyalah mereka melihat}
  6. Hadits Sunan Ibnu Majah, Kitab Puasa, Puasa bulan Muharram
  7. Hadits Shahih Muslim, Kitab Puasa, Bab Puasa Muharram
  8. Hadits Sunan Abu Dawud, Kitab Puasa, Puasa Asyura
  9. Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab Puasa, Bab Puasa Muharram
  10. Hadits Sunan Abu Dawud, Kitab Puasa, Bab Riwayat bahwa Asyura ada pada hari ke sembilan
  11. Hadits Shahih Muslim, Kitab Haji, Bolehnya umrah di bulan haji
  12. Channel Youtube MTA Internasional - Basics Of Muharram - What is the event of Karbala?
  13. Channel Youtube MTA Internasional - Basics Of Muharram - How should Muslims act in this month?
  14. Channel Youtube MTA Internasional - Basics Of Muharram - What is the importance of Muharram?
  15. Channel Youtube MTA Internasional - Basics Of Muharram - What is the relation between Muharram and Khilafat?
  16. Riwayat Hadhrat Sayyidah Nawaab Mubarakah Begum, putri Hadhrat Masih Mau'ud as dalam 'Sirat Tayyibah' karya Hadhrat Mirza Basyir Ahmad, h. 36-37
  17. Malfuzhaat, jilid 5, halaman 336
  18. Khotbah Jumat di Bulan Muharram
  19. Durre Tsamin Persia, h. 89
  20. Fath-e-Islam, Kemenangan Islam, Ruhani Khazain jilid III, bagian penutup
  21. Hadits Jami' At-Tirmidzi, Kitab Budi pekerti yang terpuji, Bab Biografi hasan dan Husain Radhiyallahu'anhuma
  22. Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahulloohu Ta’ala binashrihil ‘aziiz tanggal 10 Fatah 1389 HS/Desember 2010 di Mesjid Baitul Futuh, London
  23. Khotbah Jumat Sayyidina Amirul Mu’minin, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz 75 Tanggal 2 Sulh 1388 HS/Januari 2009 Di Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK