Peresmian Masjid An-Nur, Jemaat Bawang

Dari Isa Mujahid Islam
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Allah Ta'ala berfirman,

اِنَّمَا یَعۡمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰہِ مَنۡ اٰمَنَ بِاللّٰہِ وَالۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوۃَ وَاٰتَی الزَّکٰوۃَ وَلَمۡ یَخۡشَ اِلَّا اللّٰہَ فَعَسٰۤی اُولٰٓئِکَ اَنۡ یَّکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُہۡتَدِیۡنَ ﴿۱۸﴾

Artinya: Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah, Hari Kemudian, dan yang mendirikan shalat, membayar zakat, dan ia tidak takut kecuali kepada Allah, maka mudah-mudahan mereka itu termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS At-Taubah 9:18) Di tempat lain Allah Ta'ala berfirman,

اَلَّذِیۡنَ اِنۡ مَّکَّنّٰہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ اَقَامُوا الصَّلٰوۃَ وَاٰتَوُا الزَّکٰوۃَ وَاَمَرُوۡا بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَنَہَوۡا عَنِ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَلِلّٰہِ عَاقِبَۃُ الۡاُمُوۡرِ ﴿۴۲﴾

Orang-orang yang, jika Kami beri kedudukan mereka di bumi, mereka mendirikan shalat, membayar zakat dan menyuruh berbuat kebaikan serta melarang dari keburukan. Dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS Al-Hajj 22:42)

Alhamdulillah, Allah Ta’ala telah mengizinkan dan memungkinkan Jemaat Ahmadiyah Bawang untuk merenovasi Masjid An-Nur. Anggota jemaat baik yang pria maupun yang wanita, baik dari Jemaat Bawang atau dari jemaat lainnya telah menunjukkan ketulusan, keikhlasan dan kesungguhan dalam pembangunan Masjid ini.

Beberapa anggota di Jemaat Bawang ini, secara umum adalah para petani, ada juga para orang tua, anak-anak dan Ibu rumah tangga. Namun para anggota Jemaat menunjukkan saling berlomba dalam pengorbanan ini. Perlu untuk diketahui bahwa sepengetahuan saya, orang yang pertama kali menyumbangkan dana untuk renovasi masjid ini adalah sesepuh kita mbah Sohari. Saya juga melihat bahwa beberapa penyumbangnya adalah anak-anak yang mau untuk memecah celengan mereka untuk berkorban.

Selain itu dana pembangunan masjid ini, beberapa didapatkan dari luar Jemaat tanpa kita minta. Kita patut berterimakasih juga kepada mereka.

Sekilas sejarah masjid ini, bahwa Masjid An-Nur ini adalah masjid tertua kedua di Kecamatan Bawang. Masjid Tertua di Kecamatan Bawang ada di Desa Blambangan, Kec. Bawang. Masjid ini dibangun oleh bapak H. Ali. Jadi, sebelum Jemaat Ahmadiyah ada di Bawang ini, masjid An-Nur sudah lama berdiri. Dahulu masjid ini tidak hanya digunakan oleh warga Jemaat dan warga sekitar masjid. Namun warga dari desa-desa terdekat juga berjamaah di masjid ini.

Renovasi masjid terkini dimulai tanggal 2 November 2019. Para warga berlomba-lomba untuk ikut dalam pengkhidmatan wikari amal atau kerja bakti.

Diantaranya adalah di tanggal 2 November 2019 (pembongkaran), 9 Agustus 2020 (pengambilan bambu), 31 Agustus 2020 (pengecoran pertama), 30 Sep 2020 (pengecoran kubah) dan Alhamdulillah saat ini masjid sudah bisa dipergunakan untuk Shalat Jumat berjamaah. Jadi diperkirakan renovasi masjid ini memakan waktu selama 867 hari atau 2,4 tahun dan membutuhkan dana 427 juta juta rupiah.

Luas masjid ini menurut peta adalah 187,03 meter persegi.

Kami ucapkan jazakumullah kepada para panitia dan pengurus serta donatur yang telah mengorbankan harta, waktu, pikiran dan hal-hal lainnya sehingga masjid ini bisa berdiri kokoh dan indah.

Sabda Rasulullah

Diriwayatkan,

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ

...dari Utsman bin Affan ia berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangunkan baginya masjid di surga." [1]

عَنْ عَمْرِو بْنِ عَبَسَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يُذْكَرُ اللَّهُ فِيهِ بَنَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ

...dari 'Amr bin 'Abasah bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa membangun masjid yang dipakai untuk berdzikir kepada Allah, maka Allah Azza wa Jalla akan membangun sebuah rumah di surga baginya." (H.R. An-Nasai) [2]

Hurairah -ra- Rasulullah saw bersabda, “Bagian negeri yang paling Allah cintai adalah Masjid-Masjidnya, dan bagian negeri yang paling Allah benci adalah pasar-pasarnya.” (H.R. Muslim)

Sabda Hadhrat Masih Mau'ud (as)

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: “Jemaat kita pada masa ini sangat memerlukan pembangunan Masjid-Masjid. Masjid adalah rumah Allah. Ketahuilah! Ketika sebuah Masjid dibangun di sebuah desa atau di sebuah kota bagi kita maka dasar kemajuan Jemaat telah diletakkan. Jika ada sebuah desa atau sebuah kota yang tidak ada orang Islam di sana atau hanya ada sedikit orang Muslim di sana, dan kalian harapkan adanya kemajuan Islam di tempat tersebut, maka bangunlah Masjid di sana. Allah Ta’ala sendiri yang akan menarik orang-orang Muslim ke Masjid tersebut. (artinya, orang Muslim lainnya akan bergabung dengan kalian disamping para penduduk pribumi di situ. Beginilah bertambahnya jumlah kalian)

Namun, syarat atau niatan di balik pembangunan Masjid tersebut harus niat yang baik dan tulus ikhlas. Tidak membangun kecuali semata-mata demi memperoleh ridha Allah. Tidak boleh ada unsur hawa nafsu, keburukan, kerusakan ataupun kepentingan tertentu. (Jika demikian) maka Allah akan memberkahi perbuatan tersebut dengan berkah yang banyak.”

“Jemaat harus memiliki Masjidnya sendiri dengan imam dari Jemaat yang dapat memberikan Khotbah dsb. Para anggota Jemaat harus berkumpul di dalam Masjid tersebut untuk melakukan shalat berjamaah. Ada berkah dan karunia luar biasa di dalam berjamaah dan harmoni dalam kerukunan. Sedangkan jika jemaat saling menjauh dan terpecah-belah, maka dapat menyebabkan permusuhan dan perselisihan. Pada masa ini suatu keharusan yang sangat untuk menjunjung persatuan dan harmoni dalam kerukunan secara sangat serius dan luas. Tingkatkanlah kesatu-paduan dan persatuan. Abaikanlah perkara-perkara remeh-temeh yang dapat menyebabkan perselisihan dan perpecahan.” [3] [4]

Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: “Maksud banyaknya pahala dan ganjaran untuk shalat berjamaah ialah karena itu menciptakan persatuan. Fokus perhatian agar dapat merawat dan memelihara persatuan ini telah ada dalam corak amalan, para mushalli (yang shalat) ketika berjamaah diperintahkan supaya kaki-kaki mereka pun dalam barisan selama shalat harus lurus, dan Jemaah harus berdiri dengan bahu sejajar. Seolah-olah mereka tengah berada dalam pimpinan satu orang. Hal itu supaya nur (cahaya) ruhani dari seseorang akan meresap kepada orang lain (dikarenakan kerohanian seseorang ada yang lebih baik/banyak dibanding yang lain, maka dengan bersatu seperti itu cahaya rohani yang satu akan mengalir pada yang lain, dan itu supaya) “…luntur/hilang diantara mereka corak-corak keunggulan yang melahirkan keakuan, ‘ujb (kebanggaan) dan pengutamaan diri sendiri.” (inilah yang diharapkan oleh Hudhur as agar kita menghilangkan kebanggaan diri dan keakuan dari diri kita.)

Perhatikanlah betul tentang hal ini bahwa manusia memiliki kapasitas untuk menyerap cahaya ruhani orang lain. Untuk tujuan persatuan maka diperintahkan melakukan shalat setiap hari di dalam Masjid lokal secara berjamaah dan melaksanakan shalat mingguan (shalat Jumat) di Masjid utama wilayah tersebut sekali dalam seminggu serta sekali setahun berkumpul untuk melaksanakan shalat ‘Eid di sana. Dan seluruh Muslim yang menghuni muka bumi berkumpul sekali setahun di Rumah Allah (Ka’bah). Tujuan dari segenap perintah ini adalah sama: yaitu persatuan.” [5]

Sabda Hadhrat Khalifatul Masih V (atba)

Kita telah berbaiat di tangan Hadhrat Masih Mau’ud as. Kita telah berbaiat dengan maksud guna meraih ridha Ilahi, sembari menjauhi pertengkaran pribadi, kita harus mengambil pelajaran dari jalan yang ditempuh orang Muslim lainnya zaman ini yang tidak hanya telah melupakan ajaran Islam, namun juga melewati jalan perpecahan dan memasukkan berbagai bid’ah. Selanjutnya, bukan hanya melupakan pokok-pokok Islam, mereka juga melupakan nilai-nilai akhlak. Hendaknya merenungkan pihak lainnya dan hendaknya kita tetap bersatu dalam satu pusat. Timbulkanlah kesatu-paduan dan kesepakatan diantara kalian. Jalanilah jalan-jalan yang ditunjukkan oleh Allah dan rasul-Nya. [4]

Referensi